Mendapat pengingat diri, dari obrolan kemarin dengan bapak guru, saudara dan teman.
Kematian dalam Islam: Akhir dari Segala Kepemilikan Dunia
Kematian adalah peristiwa yang tidak terelakkan dan merupakan bagian dari siklus kehidupan yang telah ditetapkan. Dalam Islam, kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan yang lain, yang lebih abadi. Saat seseorang menghadapi kebenaran kematian, semua yang ia miliki di dunia ini tidak dapat lagi memberikan manfaat atau perlindungan. Di tengah gemerlapnya kehidupan duniawi, Islam mengajarkan umatnya untuk menjalani kehidupan ini dengan kesadaran yang mendalam tentang kematian dan kehidupan setelahnya.
Menurut ajaran Islam, ketika seorang manusia, atau 'anak adam' seperti yang sering disebut dalam hadits, meninggal dunia, dia tidak dapat membawa harta kekayaan, keluarga, ataupun pangkat jabatan. Disebutkan dalam sebuah hadits dari HR Muslim No. 1631, bahwa ada tiga amal yang akan terus mengalir meskipun seseorang telah berpulang, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.
Sedekah jariyah menjadi salah satu sarana untuk terus menebar kebaikan meskipun seseorang telah meninggal dunia. Contohnya bisa dari membangun masjid, sarana pendidikan, atau sumur air yang terus digunakan oleh orang lain. Ilmu yang bermanfaat yang telah diajarkan dan diterapkan oleh orang lain akan terus menjadi sumber pahala. Anak saleh yang mendoakan orang tuanya juga menjadi salah satu sumber keberkahan yang terus mengalir kepada orang yang telah meninggal.
Di balik itu semua, kematian mengajarkan kepada kita untuk hidup dengan rendah hati. Kain kafan yang menjadi pakaian seorang muslim saat ia dimakamkan adalah simbol kesederhanaan yang mendalam; ia tidak memiliki kantong, melambangkan bahwa tiada apapun yang dapat dibawa saat meninggal. Faktanya, sebagaimana kita dibantu saat dilahirkan ke dunia ini, kita juga memerlukan bantuan orang lain saat kita meninggal. Jika saat lahir kita tidak membawa apa-apa dan dalam keadaan yang sangat memerlukan pertolongan, begitu pula saat kematian, kita tidak dapat melakukan apapun sendiri. Maka, mengapa hidup dengan sombong?
Kesombongan, harta, dan kekayaan tidak akan memiliki nilai di hadapan kematian. Dari sini muncul pemahaman bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan apa yang kita lakukan di dalamnya akan menentukan kehidupan kita setelah kematian. Islam memandu umatnya untuk menggunakan waktu di dunia ini untuk berbuat kebaikan, persiapan bagi kehidupan akhirat yang kekal.
Lebih lanjut, kematian mengajarkan untuk tidak terlalu terikat dengan kenikmatan dunia. Bekerja dan mengejar kesenangan hidup dibolehkan dalam Islam, namun umat Islam diingatkan untuk tidak lupa kepada tujuan akhir dari kehidupan ini. Setiap momen yang dilalui, baik suka maupun duka, merupakan bagian dari ujian dan persiapan untuk akhirat.
Dalam kehidupan sosial, kematian juga mengajarkan pentingnya tolong-menolong dan empati. Ketika seseorang meninggal, umat Islam dianjurkan untuk saling membantu dalam mengurusi jenazah, dari mengurus pemakaman sampai pelaksanaan doa bersama. Momen ini sering kali menjadi pengingat bagi yang masih hidup tentang pentingnya mempererat hubungan sosial. Kegiatan seperti berkunjung ke keluarga yang berduka, memberikan dukungan moril dan materiil, merupakan salah satu manifestasi dari nilai-nilai Islam yang luhur dalam menghadapi kematian.
Pada akhirnya, kematian dalam Islam mengajarkan kita tentang pentingnya mengejar makna kehidupan yang lebih dalam dan tidak sekadar terpaku pada materi. Persiapan bagi akhirat, yang tidak kenal waktu pasti untuk setiap individu, menjadi prioritas dalam kehidupan seorang muslim. Segala yang diperbuat, dihayati, dan ditunaikan di dunia ini menjadi bekal yang akan dinilai di hadapan Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Setiap detik dalam kehidupan menjadi berharga, karena di baliknya tersimpan kesempatan untuk beramal kebaikan yang akan terus abadi, melampaui waktu dan batas kematian itu sendiri. Ajaran Islam tentang kematian yang menyeluruh ini tidak hanya menjadi petunjuk bagi umatnya tetapi juga menjadi pengingat bagi seluruh umat manusia untuk menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab, kerendahan hati, dan kasih sayang.
Jadi kematian dalam Islam diajarkan sebagai momen yang menyadarkan akan kefanaan segala kepemilikan duniawi, di mana harta, kekayaan, dan kenikmatan tidak bersama kita ke alam baka. Apa yang bertahan adalah segala perbuatan baik yang kita tinggalkan, seperti sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang saleh, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Kematian menerangkan pentingnya hidup dengan kerendahan hati, mengingatkan atas esensi dari kesalingan yang harus dijaga semasa hidup. Konsep ini merupakan rumusan untuk menjalani kehidupan yang tidak hanya sementara dalam mencapai kesenangan duniawi, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal sesudahnya, meraih keberkahan yang abadi yang melebihi batas kehidupan di dunia.
Catatan Mas Bojreng, mencoba merangkum beberapa perbincangan dan kotbah kemarin.
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment