Saturday, November 8, 2025

Dan itu… sudah cukup.

Pernah nggak, suatu pagi bangun dan rasanya dunia sudah “jalan duluan”?

Baru melek setengah, masih nyari arah, eh tangan otomatis ngecek ponsel.
Belum sempat tarik napas, langsung lihat orang yang lagi liburan, ada yang pamer upgrade hidup, ada yang posting kata-kata bijak ala motivator profesional.

Dan kita?
Masih duduk di pinggir kasur sambil mikir,
“Ini orang-orang kok hidupnya selalu rapih amat, ya?”

Padahal kalau boleh jujur, hidup itu nggak sesempurna itu.
Ada hari yang semangat banget.
Ada hari yang cuma pengin minum hangat dan diam.
Ada hari yang rasanya mau senyum, tapi ada juga hari yang rasanya “udah lah”.

Tapi dunia medsos kayak nggak kenal konsep hari buruk.
Di sana semuanya harus mulus, cerah, tersenyum, dan penuh pencapaian.

Kadang kita sampai lupa rasanya jadi diri sendiri…
yang apa adanya, bukan yang selalu kelihatan “si paling positif”.

Di tengah hiruk-pikuk itu, ada satu kalimat Rasulullah ﷺ yang rasanya cocok banget buat zaman sekarang:
“Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tapi hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)

Kalau dibahasakan ala zaman sekarang:
Allah nggak peduli feed kamu aesthetic atau tidak.
Yang Allah lihat: apa yang kamu lakukan saat tidak ada kamera.

Kebayang nggak betapa lega sebenarnya hidup kalau ingat itu?

Coba bayangin rutinitas kita sehari hari:
Bangun pagi, bikin kopi panas, lalu menyingkap korden pelan-pelan.
Buka jendelanya, biarin angin masuk dengan sendirinya, dan memulai hari dengan tidak buru buru.
Hal-hal sederhana kayak gitu nggak bakal muncul di layar mana pun,
tapi justru di situlah hidup terasa nyata..
Tidak ada rating bintang.
Tidak ada komentar.
Tapi Allah lihat semuanya.

Di medsos itu lucu… semua orang bisa kelihatan super bahagia, padahal hatinya lagi remuk.
Bisa tampak religius banget, padahal cuma buat konten.
Bisa kelihatan sukses luar biasa, padahal tiap malam pusing mikirin hidup.

Allah berfirman dalam Qur’an:
“Jangan campur kebenaran dengan kebatilan.” (Al-Baqarah: 42)

Kalau dipikir-pikir, buat hidup kita yang sekarang, pesannya simpel banget:
jangan sampai diri sendiri hilang cuma karena sibuk bikin citra.
Nggak perlu maksa kelihatan sempurna,
apalagi berubah jadi sosok yang sebenarnya kita sendiri bingung, “ini siapa?”

Kadang yang kita butuhin cuma keberanian buat muncul apa adanya.
Tanpa topeng. Tanpa polesan. Tanpa harus pura-pura kuat.
Nggak perlu jadi tokoh yang bukan diri kita.

Dan lucunya… begitu berani jadi diri sendiri, rasanya beda banget.
Napas lebih lega, langkah lebih enteng,
dan hati—akhirnya—bisa istirahat.

Yang lucu adalah… justru hal paling berharga itu terjadi di balik layar:
saat kita nahan emosi padahal hati sudah panas,
saat bantu orang tanpa harus bilang ke siapa-siapa,
saat memaafkan tanpa bikin pengumuman,
dan saat memperbaiki diri pelan-pelan tanpa perlu spotlight.

Itu semua kecil… tapi nilainya besar banget di sisi Allah.

Hal-hal kecil itu—yang tidak di-posting—yang justru punya bobot besar di sisi Allah.

Jadi kalau hari ini ada yang kasih rating, komentar, review tentang diri kita…
nggak apa-apa.
Itu cuma opini manusia.
Besok bisa berubah lagi.

Yang tetap itu cuma satu: bagaimana Allah melihat hati ini.

Dan ketika layar akhirnya mati, aplikasi ditutup, dan notifikasi berhenti berisik…
yang tinggal itu cuma kita yang asli.

Bukan versi yang dipoles biar terlihat menarik,
bukan versi yang diedit sana-sini,
bukan versi yang dibentuk demi tepuk tangan orang.

Yang tersisa cuma diri kita—
versi jujur, versi mentah, versi apa adanya—
yang Allah sudah tahu sejak awal, sebelum dunia tahu apa-apa..

Dan itu… sudah cukup.

Saat Layar Dimatikan

Pernah bangun pagi
dan merasa dunia sudah berangkat tanpa pamit—
sementara kita
masih duduk di pinggir kasur, cari diri sendiri.

Hidup tak selalu rapi,
kadang semangat meledak,
kadang cuma ingin menyesap hangat
dan mengizinkan hati beristirahat sebentar.

Di balik layar yang selalu pura-pura bahagia,
Allah melihat yang tak pernah kita unggah—
getaran niat yang tersembunyi,
dan langkah kecil yang kita jaga diam-diam.

Dan ketika semua suara padam,
tinggal kita yang paling jujur—
versi yang tak pernah butuh filter,
versi yang Allah cintai apa adanya.

Mas Bojreng dalam gelap

#AuthenticSelf #SilentGrace #HeartOverImage #UnfilteredLife #SeenByAllah
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Dan itu… sudah cukup.

Pernah nggak, suatu pagi bangun dan rasanya dunia sudah “jalan duluan”? Baru melek setengah, masih nyari arah, eh tangan otomatis ngecek po...