Thursday, September 25, 2025

Flek Saat Hamil, Bahaya Nggak Sih? Terus, Salatnya Gimana?

Sering menjumpai pertanyaan ibu hamil mengenai hal ini, yang banyak kemudian tidak melakukan ibadah sholat. Oke deh saya mencoba merangkum dalam bentuk tulisan, semoga ada yang berkenan membaca, karena memang saya gak bisa jogetan di tiktok.

Flek Saat Hamil, Bahaya Nggak Sih? Terus, Salatnya Gimana?

Buat banyak calon ibu, kehamilan itu penuh kejutan. Nggak cuma soal ngidam yang aneh-aneh, tapi juga hal-hal kecil yang bisa bikin panik—salah satunya adalah munculnya flek atau bercak darah. Pertanyaannya, flek itu bahaya nggak sih buat janin? Dan buat ibu muslimah, muncul kebingungan lain: kalau keluar flek gini, masih boleh salat atau harus berhenti kayak lagi haid?

Flek saat hamil biasanya berupa bercak darah yang warnanya bisa cokelat muda, merah muda, atau sedikit merah terang. Banyak dokter bilang, flek di awal kehamilan bisa jadi hal yang normal. Kadang karena perlekatan janin ke rahim, perubahan hormon, atau serviks yang lebih sensitif.

Tapi, ada catatan penting: kalau flek keluar terus-menerus, darahnya banyak, warnanya merah segar, apalagi disertai nyeri perut hebat atau pusing → itu tanda bahaya. Jangan tunggu-tunggu, langsung periksa ke dokter kandungan. Jadi intinya, flek bisa normal, tapi tetap harus waspada.

Pendapat Para Ulama Soal Flek Saat Hamil

Nah, sekarang kita masuk ke sisi agamanya. Banyak ibu hamil bingung: “Kalau keluar darah kayak gini, aku masih wajib salat atau nggak?”

Imam Ahmad bin Hanbal (Mazhab Hambali)

Beliau berpendapat, wanita hamil tidak mungkin mengalami haid. Jadi kalau ada darah keluar saat hamil, itu bukan haid, tapi istihādah. Konsekuensinya: salat tetap wajib.

Imam Abu Hanifah (Mazhab Hanafi)

Ada riwayat dari sebagian ulama Hanafi yang mendukung pendapat ini—darah saat hamil bukan haid. Jadi hukum sama: tetap salat.

Mazhab Syafi’i

Menurut sebagian pendapat Syafi’iyah, kalau darah yang keluar saat hamil ciri-cirinya mirip haid (warnanya, lamanya, dan sesuai siklus biasanya), maka bisa dihitung haid. Tapi kondisi ini jarang terjadi, karena secara medis pun haid saat hamil hampir mustahil.

Ulama Kontemporer

Ustadz Ammi Nur Baits (pengasuh KonsultasiSyariah.com) bilang: “Wanita hamil tidak bisa mengalami haid, maka jika ada darah yang keluar, itu bukan haid, tapi istihādah. Sehingga tetap wajib salat sebagaimana wanita suci dari haid.”

Dari NU Online juga ditegaskan, flek menjelang persalinan bukanlah nifas, sehingga ibadah tetap berjalan. (nu.or.id)

Dalil yang jadi pegangan adalah hadis tentang istihādah (darah yang bukan haid). Rasulullah ﷺ bersabda kepada Fatimah binti Abi Hubaisy yang mengalami istihādah:

“Sesungguhnya itu hanyalah darah penyakit, bukan darah haid. Maka apabila datang waktu haidmu, tinggalkanlah salat. Namun apabila sudah selesai (masa haidmu), maka cucilah darah itu dan salatlah.”

(HR. Bukhari no. 306, Muslim no. 333)

Dari hadis ini, jelas bahwa darah selain haid (termasuk flek pada hamil) tidak membatalkan kewajiban salat.


Jadi, kalau ibu hamil mengalami flek:

Secara medis: bisa normal, bisa bahaya → tetap konsultasi ke dokter.

Secara agama: mayoritas ulama bilang itu bukan haid → salat tetap wajib.

Hadis shahih sudah menegaskan: selama bukan haid, ibadah jalan terus.


Tips Praktis Biar Tenang

Kalau lagi ngalamin flek tapi tetap harus salat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan biar lebih nyaman:

Bersihkan dulu bercaknya sebelum salat.

Gunakan pembalut tipis biar nggak tembus ke pakaian.

Kalau darahnya terus keluar, wudhu tetap dilakukan tiap kali masuk waktu salat.

Tenang aja, Allah itu Maha Tahu kondisi hambanya. Kalau lemah, salat bisa duduk atau bahkan berbaring. Yang penting hati tetap terhubung, ibadah tetap dijaga.

Catatan Mas Bojreng

#PregnancyJourney #FaithAndMotherhood #StayStrongMama #IslamicGuidance #HealthyPregnancy #PrayerInPregnancy #StrengthInFaith #GuidedByHadith #MotherhoodAndIslam #PeacefulWorship #catatanmasbojreng #masbojreng

Friday, September 12, 2025

Embun di Dahi yang Merendah


Dalam bisikan malam yang sunyi,

lidah ini bergetar lirih, Astaghfirullahaladzim,
dosa bagai debu yang menutupi cermin hati,
namun rahmat-Mu, ya Allah, tiada pernah redup.

Kupeluk istighfar seperti anak hilang yang kembali,
setiap hembus nafas membawa penyesalan,
tetapi di balik luka dan runtuhnya diri,
kutemukan Engkau, kasih yang abadi.

Ya Allah, janganlah Kau cabut nikmat ibadah ini,
biarkan hati kecilku tetap merindu sujud,
di mana dunia lenyap bagai bayangan pagi,
dan hanya Engkau yang tinggal, Maha Cahaya yang tunggal.

Janganlah Kau cabut kenikmatan hamba-Mu ini,
saat dahi bersentuh tanah dalam kerendahan,
sebab di titik paling hina itu aku merasa paling tinggi,
hanya karena dekat dengan-Mu, Sang Maha Kasih.

Mas Bojreng dalam diam


#WhispersOfSujood #LightOfIstighfar #CloserToAllah #SoulInProstration #EternalMercy
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Thursday, September 4, 2025

Sakit Itu Bukan Cuma Derita


Doa Anak di Sisi Ayah

Ayah terbaring, rapuh di ujung waktu,
Rambut putihnya berkilau bagai cahaya senja,
Aku berdiri, seorang anak sekaligus tabib,
Namun tiada daya selain doa pada-Mu.

Ya Allah, jika hidup masih baik baginya,
Panjangkanlah dalam taat dan ridha-Mu,
Namun bila kematian lebih indah untuknya,
Pulanglah ia dalam husnul khatimah.
-- Mas Bojreng --

Nggak ada orang yang doyan sakit. Badan lemes, kepala berat, tidur nggak nyenyak, makan pun nggak enak. Apalagi kalau sakitnya lama, rasanya hidup jadi serba terbatas.

Tapi Islam punya cara unik ngelihat sakit: bukan sekadar derita, tapi kesempatan. Rasulullah ﷺ pernah bilang, setiap rasa capek, sedih, bahkan duri kecil yang nusuk tubuh seorang muslim, bisa jadi penghapus dosa. Jadi sakit itu, meski nggak enak, sebenarnya ada bonus tersembunyi.
Makanya, waktu kita jenguk orang sakit, ada kalimat manis yang diajarkan Nabi: “Laa ba’sa, thahuurun insyaaAllah.” Artinya, “Nggak apa-apa, semoga sakit ini jadi penyuci dosa, insyaaAllah.” Kedengarannya sederhana, tapi efeknya gede. Yang sakit jadi ngerasa nggak sendirian, dan ada harapan bahwa rasa sakit ini nggak sia-sia.

Kalau sakitnya udah berat banget sampai nggak bisa ngapa-ngapain, Islam nggak ngajarin kita buat nyerah, tapi buat pasrah dengan indah. Doanya gini:
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي فَتَوَفَّنِي عَلَى حُسْنِ الْخَاتِمَةِ، وَإِنْ كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي فَأَطِلْ عُمُرِي فِي طَاعَتِكَ وَمَغْفِرَتِكَ
Allāhumma in kānatil-wafātu khayran lī fatawaffanī ‘alā ḥusnil khātimah, wa in kānatil-ḥayātu khayran lī fa’aṭil ‘umrī fī ṭā‘atika wa maghfiratika.
Artinya:
“Ya Allah, kalau kematian lebih baik buatku, wafatkan aku dalam husnul khatimah. Tapi kalau hidup lebih baik buatku, panjangkan umurku dalam taat dan ampunan-Mu.”
Doa ini bikin hati adem. Kita nggak maksa untuk terus hidup, tapi juga nggak pasrah buta. Hidup atau mati, semuanya kita serahin ke Allah, yang jelas-jelas lebih tahu mana yang terbaik.


Terus, gimana kalau doa itu dipake buat orang lain? Boleh nggak? Jawabannya: boleh. Kita bukan mendoakan “kematian” orang, tapi minta yang terbaik menurut Allah. Misalnya:
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لَهُ فَتَوَفَّهُ عَلَى حُسْنِ الْخَاتِمَةِ، وَإِنْ كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لَهُ فَاجْعَلْ مَرَضَهُ طُهُورًا لَهُ وَرِفْعَةً لِدَرَجَاتِهِ
Allāhumma in kānatil-wafātu khayran lahu fatawaffahu ‘alā ḥusnil khātimah, wa in kānatil-ḥayātu khayran lahu faj‘al maraḍahu ṭuhūran lahu wa rif‘atan li-darajātihi.
Artinya:
“Ya Allah, kalau kematian lebih baik baginya, wafatkan ia dalam husnul khatimah. Tapi kalau hidup lebih baik baginya, jadikan sakitnya sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat.”
Ini justru bentuk sayang. Kita minta, kalau masih hidup, semoga sakitnya jadi pembersih dosa. Kalau pun ajal udah dekat, semoga akhir hidupnya indah.


Sakit emang bikin lemes, tapi jangan buru-buru nyangka Allah lagi marah. Bisa jadi justru sebaliknya: Allah lagi kasih kesempatan buat kita bersih-bersih dosa. Kalau masih hidup, berarti masih ada waktu untuk berbuat baik. Kalau dipanggil, semoga dalam husnul khatimah.
Jadi, lain kali kalau sakit atau jenguk orang sakit, jangan lupa kalimat penuh makna ini: “Laa ba’sa, thahuurun insyaaAllah.” Anggap sakit sebagai tiket penyuci dosa, bukan sekadar derita. Karena yang penting bukan panjang pendeknya umur, tapi seberapa berkah hidup yang kita jalanin.

Doa di Ujung Sunyi

Di atas ranjang, di mana waktu berdegup perlahan,
Seorang ayah renta terbaring rapuh,
Rambut putihnya seperti salju musim dingin,
Matanya masih mencari cahaya Tuhan.

Di sisinya berdiri sang anak lelaki,
Berjas dokter, tampak gagah namun hatinya luluh,
Ilmunya kerdil di hadapan takdir,
Tangannya gemetar, hanya doa yang tersisa.

“Ya Allah, jika hidup masih baik baginya,
Panjangkanlah umur ayahku dalam taat pada-Mu,
Namun bila kematian lebih indah untuknya,
Peluklah ia dalam husnul khatimah.”

Maka sunyi pun berubah jadi saksi,
Air mata jatuh bersama takbir lirih,
Hidup dan mati berbincang di ruang itu,
Dan imanlah yang menguatkan jiwa keduanya.


Catatan Mas Bojreng

#HealingWithFaith #StrengthInPrayer #PatienceThroughPain #IslamicReminder #HopeInAllah
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Tuesday, September 2, 2025

Is it worth it?

Kadang saya suka bertanya ke diri sendiri, “sebenernya saya hidup di dunia ini nyari apa, ya?” Apalagi kalo lagi capek melakukan sesuatu, yang sudah duitnya gak ada, malah sering keluar buat bantu orang yang butuh. Kadang mikir juga, is it worthed it? 

Tapi anehnya, setiap hati mulai berat, saya selalu keinget nasehat yang pernah nyantol: kalau Allah SWT yang jadi tujuan, semua jadi jauh lebih ringan. Jadi saya coba niatin semuanya lillahi ta’ala, jangan pernah berharap balik dari manusia. Karena pada akhirnya, tangan kanan memberi biarlah tangan kiri nggak tahu. Orang mau mikir apa, mau suudzon gimana, nggak penting. Yang tahu isi hati dan niat cuma Allah SWT. Seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162).


Makanya, niat saya sekarang bener-bener sederhana: ibadah, kerja, pulang, hidup tenang. Udah, itu aja. Nggak mikirin jabatan, nggak mau ikut drama yang bikin kepala panas. Saya cuma pengen kerja dengan baik, pulang dengan hati lega, bisa ngobrol sebentar sama keluarga, lalu tidur nyenyak tanpa beban. Ketika bangun di pagi hari dan masih diberi kesempatan untuk bernafas dan hidup lagi, buat saya hal itu udah jadi anugerah besar. 

Rasulullah SAW  bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian dan amal kalian.” (HR. Muslim). Kadang kebahagiaan itu nggak ribet kok, cuma soal gimana sih kita ngejalanin hidup dengan hati ikhlas, nggak cari pengakuan, dan cukup yakin bahwa Allah SWT yang Maha Mengetahui segalanya. Jadi yuk, sama-sama belajar ikhlas dan lurusin niat, biar hidup jadi lebih ringan dan bermakna.

Sunyi yang Menenangkan

Aku berjalan dalam sepi
Mencari arti di balik lelah
Segalanya fana, segalanya pergi
Hanya Allah yang tetap indah

Tak perlu dunia mengerti
Tangan memberi tanpa suara
Cukuplah Dia yang menyaksikan hati
Ikhlas jadi jalan menuju surga

Pengingat diri Mas Bojreng

#SincereHeart #ForAllahOnly #PeacefulLife #HiddenGoodDeeds #TrueContentment
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Monday, September 1, 2025

Lidah dan Amanah

Kejadian akhir akhir ini membuat saya merenung dan berpikir asal muasalnya. Dan akhirnya mendapatkan suatu pengingat diri yang baik buat saya.

Kalau dipikir-pikir, banyak masalah itu datangnya dari hal-hal yang kelihatan sepele. Contohnya dari mulut sendiri. Nabi SAW pernah bilang, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ada juga hadits yang bilang keselamatan kita tergantung gimana cara kita jaga lisan (HR. Bukhari), bahkan banyak orang celaka gara-gara ucapannya sendiri (HR. Tirmidzi). Jadi, mulut ini kecil bentuknya, tapi dampaknya bisa gede banget—kata-kata bisa bikin orang tenang, tapi bisa juga bikin orang hancur.

Hal yang mirip juga ada di soal amanah. Rasulullah SAW ngingetin, kalau amanah udah disia-siakan, tunggulah kehancurannya. Salah satu contohnya, kalau suatu pekerjaan diserahin ke orang yang bukan ahlinya (HR. Bukhari). Nah, kalau dipikir-pikir, dua hal ini nyambung banget: lisan yang nggak dijaga bisa bikin rusak hubungan, sementara amanah yang diabaikan bisa bikin hancur kepercayaan. Intinya, kalau pengen hidup lebih beres, ya coba jagain dua hal itu: apa yang kita omongin dan apa yang kita pegang. Karena dari situ biasanya masalah besar bisa dicegah sebelum muncul.

Lidah dan Amanah

Lidah meluncur tajam bagai pedang terhunus,
menggores jiwa, menumbangkan perahu tenang.
Namun diam menyimpan cahaya yang lurus,
membawa langkah pada jalan yang terang.

Amanah ditinggalkan, runtuhlah benteng kokoh,
kepercayaan hancur, negeri jadi abu.
Serahkan pada ahlinya, jangan beralih roboh,
sebab dari situ lahir selamat atau pilu.

"Words and trust may look small, but both can build peace or bring destruction to life."


Catatan Mas Bojreng

#GuardYourWords #KeepTheTrust #FaithAndResponsibility #WordsMatter #TrustIsSacred
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Di Teras Senja, Percakapan Sunyi Seorang Tua dengan Tuhannya

Seorang pria tua duduk di teras rumahnya, ditemani secangkir kopi yang sudah dingin dan pikiran yang tak mau diam. Dulu, ia bekerja karena c...