Lho itu dokternya datang..
Wah naiknya motor kayak gituan?Ya sudah...
Mendapat pengingat banyak sekali malam ini, ketika harus menahan diri dan banyak berucap Istighfar.
Astaghfirullôhal ‘adzîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qoyyûm wa atûbu ilaihi”.
(Aku memohon ampunan kepada Allah yang Mahaagung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Mahahidup dan Maha berdiri sendiri)
Dan saat praktek tiba tiba melintas kata kata yang bisa menjadi bahan penulisan sambil praktek.
Dosa kita mungkin bukan Judi, Zina, ataupun Riba. Bisa jadi dosa kita merasa lebih baik dari orang lain.
Pada dasarnya, istighfar atau memohon ampun kepada Allah adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam dalam berbagai situasi, termasuk ketika merasa sombong di hati. Istighfar adalah cara untuk mengakui dosa dan kesalahan yang dilakukan, serta memohon ampun dan keberkahan dari Allah SWT. Dengan merendahkan hati dan meminta ampun, seseorang mengakui kelemahannya dan ketergantungannya pada Allah.
Ketika ada rasa sombong di hati, penting untuk segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Istighfar sebagai bentuk permintaan maaf kepada Allah dapat membantu membersihkan hati dari rasa takabbur dan membangun kesadaran akan ketergantungan mutlak kita pada Allah. Dengan merutinkan istighfar, seseorang juga memperkuat keimanan dan kesadaran akan batasan diri manusia di hadapan keagungan Allah.
Pada dasarnya, setiap kali seseorang merasa sombong atau tersesat dari jalan yang benar, mengucapkan istighfar merupakan langkah pertama yang baik untuk kembali kepada kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Istighfar tidak hanya menyucikan hati dan pikiran, tetapi juga membuka jalan menuju perbaikan dan kesempurnaan spiritual seseorang.
Sebagai contoh, dalam hadits, Nabi Muhammad SAW menunjukkan pentingnya istighfar sebagai tindakan yang harus dilakukan secara rutin. Beliau sendiri dalam sehari mengucapkan istighfar lebih dari seratus kali. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali." (HR Muslim)
Oleh karena itu, ketika merasa sombong di hati, mengucapkan istighfar bisa menjadi langkah awal yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri. Dengan mengakui kesalahan dan keterbatasan diri, seseorang tidak hanya memperoleh ketenangan batin, tetapi juga memberikan kesempatan kepada dirinya untuk memperbaiki sikap dan perilaku agar lebih mendekati ajaran yang benar dalam Islam.
Banyak perenungan dan menahan diri saat pulang praktek.
Dalam Islam, setiap manusia diajarkan untuk selalu merenungkan diri sendiri dan mengintrospeksi segala perbuatannya. Salah satu bentuk kesalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sosial adalah perasaan superior atau merasa lebih baik dari orang lain. Fenomena ini biasa disebut dengan istilah 'ujub atau takabbur (kesombongan).
Islam memandang kesombongan ini bukan hanya sebagai sebuah dosa kecil, tetapi sebagai salah satu dosa besar yang sangat dilarang. Al-Qur'an sendiri berulang kali menekankan pentingnya kesederhanaan dan kerendahan hati. Salah satu ayat yang paling tekenal berkenaan dengan ini terdapat dalam Surah Al-Hujurat ayat 13: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Ayat ini menekankan bahwa tidak ada satu manusia pun yang secara inheren lebih baik dari yang lain kecuali melalui ketakwaannya pada Allah.
Dalam hadits, Nabi Muhammad SAW juga banyak berbicara tentang bahaya kesombongan. Beliau bersabda dalam sebuah hadits riwayat Muslim, "Tidak masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji zarrah." Kesombongan ini bisa muncul dalam banyak bentuk, salah satunya adalah melihat orang lain sebelah mata, merendahkan, memandang rendah atau merasa lebih suci dari orang lain.
Selain itu, Imam Ghazali dalam kitab 'Ihya’ ‘Ulumuddin' juga membahas tuntas tentang penyakit hati yang satu ini. Menurut beliau, kesombongan adalah produk dari sebuah hati yang belum bersih, hati yang masih terpaut pada dunia dan segala kesenangannya, atau hati yang belum sepenuhnya menyadari kebesaran Allah.
Dosa merasa lebih baik dari orang lain ini juga dapat merujuk pada sikap men-judge atau menilai manusia lain hanya berdasarkan pada pengamatan kasat mata. Islam mengajarkan umatnya untuk berpikir dan bertindak dengan adil, tidak cepat menghakimi tanpa mengetahui secara lengkap realitas seseorang. Sebagai manusia, kita diajak untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan kebajikan, bukan dalam dosa dan pelanggaran.
Untuk itu, sebagai seorang Muslim, penting untuk terus menerus melakukan mujahadah (perjuangan) melawan nafsu egosentris ini dan meminta kepada Allah agar diberikan kerendahan hati. Doa yang bisa dipanjatkan untuk terbebas dari sikap sombong adalah, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyiksa diri sendiri dan menyiksa orang lain, dan aku berlindung kepada-Mu dari diperdaya atau menyesatkan orang lain."
Sikap sombong atau takabbur dalam agama Islam dipandang sebagai perilaku yang sangat buruk dan merupakan sumber dari banyak masalah dan dosa lainnya. Kematian, sebagai kepastian bagi setiap makhluk hidup, menjadi pengingat bahwa segala bentuk kesombongan tidak memiliki tempat yang bersifat abadi atau berharga di akhirat.
Al-Qur'an dan Hadits memperingatkan umat Muslim terhadap bahaya sikap sombong dan menyombongkan diri. Allah SWT berfirman dalam Surah Luqman ayat 18, yang berbunyi: "Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." Ayat ini menekankan bahwa Allah tidak menyukai perilaku sombong, dan sikap ini harus dihindari karena hanya akan membawa kerugian bagi diri sendiri.
Kematian adalah pengingat bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan apa yang kita lakukan di dunia ini akan ditanyakan di akhirat. Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan, termasuk sikap dan perilaku sombongnya. Dari sudut pandang spiritual, sikap sombong sering kali dikaitkan dengan lupa akan keberadaan dan kekuasaan Allah, karena orang yang sombong biasanya merasa dirinya tidak membutuhkan bantuan atau petunjuk dari penciptanya.
Nabi Muhammad SAW juga memberi contoh melalui perilakunya yang selalu rendah hati dan tidak pernah menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad menekankan pentingnya kerendahan hati dan mengingatkan bahwa orang-orang yang rendah hati akan ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Sebagai contoh, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah mewahyukan kepadaku agar kamu harus rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri terhadap orang lain, dan tidak ada seorang pun yang berbuat aniaya kepada orang lain." (HR Muslim)
Dari segala ajaran ini, menjadi jelas bahwa dalam Islam, kesombongan dilihat sebagai hambatan serius terhadap pengembangan spiritual seseorang dan hubungannya dengan Allah serta manusia lainnya. Keinginan untuk sombong seringkali didasarkan pada ilusi atau kesalahpahaman tentang kedudukan atau prestasi seseorang, mengabaikan bahwa semua nikmat dan posisi yang dimiliki merupakan anugerah dari Allah SWT yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali. Sikap sombong juga menghalangi seseorang untuk belajar dan berkembang, karena merasa sudah cukup atau superior dibanding yang lain.
Oleh karena itu, dalam konteks ajaran Islam, sikap sombong tidak membawa manfaat apapun di dunia ini; pada akhirnya, semua akan kembali kepada Allah SWT, dan hanya amal perbuatan baik serta ketakwaan yang akan memberikan manfaat di kehidupan setelah kematian.
Ujian sebenarnya bagi seorang Muslim adalah bagaimana dia berinteraksi dengan sesama manusia dan bagaimana mengendalikan ego serta nafsunya. Kesombongan bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan empati, kesabaran, dan saling menghargai di antara sesama umat manusia. Selalu mengingat bahwa kelebihan yang dimiliki merupakan pemberian Allah dan setiap manusia memiliki kelebihan masing-masing adalah langkah baik untuk menjauhkan diri dari penyakit hati ini.
Raabbighfir lii watub 'alayya, innaka antat tawwaabur rahiim. Artinya: "Ya Allah Tuhanku, ampunilah aku dan berikanlah tobat atasku, sungguh Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih."
Catatan dan pengingat diri malam ini.
Mas Bojreng
#sombong #angkuh #pride #arrogant #snob #moslem #muslim #istighfar #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment