Wednesday, April 17, 2024

Mengingat kematian

 Ke makam yang ti dan yang kung di pemakaman Cantung, biasanya menemani papa kalau kesini, sekarang saya ditemani si sulung. 

Hanya beberapa gambar yang kemudian saya bawakan ke papa yang sudah beberapa tahun tidak bisa kesini karena pandemi dan sekarang karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan.


Berziarah kubur merupakan tradisi yang telah lama ada dalam praktik keagamaan, khususnya dalam Islam. Amalan ini lebih dari sekadar mengenang mereka yang telah berpulang; ia juga berfungsi sebagai pengingat akan kematian, sebuah kebenaran universal yang menanti setiap makhluk hidup. Dalam tradisi Islam, ziarah kubur dianggap sebagai salah satu cara untuk mengingatkan diri sendiri tentang realitas akhirat, dan meningkatkan kesadaran akan kehidupan setelah kematian.


Arti dan Tujuan Ziarah Kubur


Dalam Islam, ziarah kubur dianggap sebagai amalan yang memiliki banyak hikmah. Rasulullah SAW bersabda, "Kunjungilah kuburan karena kunjungan itu mengingatkan kepada akhirat." (HR Muslim). Ini menunjukkan bahwa mengunjungi kuburan bukanlah sekedar tradisi, tetapi juga sebuah tindakan yang mengundang refleksi diri tentang hidup dan kematian. Tujuannya adalah untuk memperkuat iman kepada Allah SWT, meningkatkan kecemasan tentang kehidupan setelah kematian, dan menyemai harapan akan rahmat dan ampunan-Nya.


Hikmah Ziarah Kubur


1. Mengingatkan untuk Selalu Siap: Dengan mengunjungi kuburan, kita diingatkan bahwa kematian dapat datang kapan saja, tanpa pandang bulu. Hal ini mendorong seorang Muslim untuk selalu berusaha untuk berada dalam keadaan siap, dengan memperbanyak amal shalih sebagai persiapan menghadapi alam akhirat.


2. Pengingat akan Kelemahan Manusia: Di samping kenikmatan dan pencapaian duniawi, kematian mengingatkan kita tentang kelemahan dan sifat sementara kehidupan dunia. Dengan demikian, umat Islam diajak untuk tidak terlalu terpaku pada kehidupan duniawi dan lebih memfokuskan diri pada persiapan untuk kehidupan akhirat.


3. Mendoakan para Penghuni Kubur: Ziarah kubur adalah kesempatan untuk mendoakan orang-orang yang telah meninggal, sehingga menjadi perwujudan dari solidaritas umat Islam terhadap sesamanya, baik yang hidup maupun yang sudah berpulang.


Adab Berziarah Kubur


Dalam Islam, ziarah kubur dilaksanakan dengan tata cara dan adab tertentu, antara lain:


- Menjaga kesopanan dan ketenangan selama di area pemakaman, sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka yang telah berpulang.

- Mengucap salam saat memasuki pemakaman, sebagai bentuk pengakuan dan hormat kepada penghuni kubur.

- Berdoa untuk penghuni kubur, memohonkan ampunan dan rahmat Allah SWT atas mereka.

- Menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang, seperti menangis dengan suara keras, melakukan ritual-ritual yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau berbicara hal-hal yang tidak pantas.


Refleksi Diri dan Penguatan Iman


Ziarah kubur menawarkan perspektif yang berharga tentang kematian dan apa yang menanti di alam baka. Ia menjadi kesempatan untuk merenungkan kembali arah dan kualitas hidup kita di dunia. Apakah kita telah menggunakan waktu dengan bijak untuk beribadah dan berbuat baik kepada sesama? Apakah kita siap menghadapi pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT?


Dengan secara rutin mengingatkan diri kita tentang kematian melalui ziarah kubur, kita diberi kesempatan untuk terus-menerus mengevaluasi diri dan memperbaiki diri. Hal ini sejalan dengan konsep tawbah (pertobatan) dalam Islam, dimana umat diingatkan untuk senantiasa kembali kepada jalan yang diridhai Allah.


Berziarah kubur sebagai pengingat akan kematian.


Kematian merupakan sebuah kebenaran yang pasti akan dihadapi oleh setiap makhluk hidup. Tidak peduli seberapa kaya, muda, atau berkuasa seseorang, kematian dapat datang tanpa peringatan. Dalam konteks kehidupan manusia, kematian seringkali dilihat sebagai akhir dari sebuah perjalanan. Namun, pandangan ini berbeda-beda tergantung pada keyakinan dan budaya masing-masing individu. Dalam Islam, kematian bukanlah akhir, melainkan pintu menuju kehidupan yang hakiki, yaitu akhirat. Maka dari itu, sebagai umat Muslim, sangat penting untuk senantiasa mempersiapkan diri menghadapi detik-detik terakhir ini.


Kematian Tidak Mengenal Usia, Harta, Waktu


Realita bahwa kematian tidak mengenal usia, harta, atau waktu harus dijadikan sebagai renungan mendalam bagi setiap individu. Banyak contoh nyata di sekitar kita, di mana kematian datang kepada bayi yang baru saja lahir, orang muda yang sedang dalam puncak kekuatan fisiknya, orang tua yang telah lemah, orang kaya yang memiliki segalanya, dan orang miskin yang hampir tidak memiliki apa-apa. Episodes ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah takdir yang tidak bisa dielakkan dan bisa terjadi kapan saja.


Persiapan Menghadapi Kematian Menurut Islam


Dalam Islam, persiapan menghadapi kematian ditekankan dalam beberapa aspek, di antaranya adalah iman, amal shalih, dan persiapan materi dalam bentuk wasiat.


Iman dan Pengharapan kepada Allah


Seorang Muslim diingatkan untuk selalu memelihara imannya dan memperbaharui taubatnya kepada Allah SWT. Kematian yang baik adalah kematian di mana seseorang meninggalkan dunia ini dalam keadaan iman dan Islam. Oleh karena itu, memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah, dzikir, dan pengamalan Al-Qur'an adalah bekal terpenting yang harus disiapkan.


Amal Shalih sebagai Bekal


Amal shalih adalah investasi abadi yang akan terus mengalir pahalanya meskipun seseorang telah meninggal dunia. Ini meliputi ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta amalan sunah seperti sedekah, menuntut ilmu yang bermanfaat, dan berbuat baik kepada sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa amalan yang terus mengalir bagi orang yang telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak shalih yang mendoakannya, dan sedekah jariyah.


Persiapan Materi Melalui Wasiat


Islam mengajarkan pentingnya menyusun wasiat sebagai salah satu bentuk persiapan menghadapi kematian. Wasiat ini tidak hanya meliputi pembagian harta warisan, namun juga pengaturan tentang pengelolaan utang-piutang, wasiat untuk melakukan kebaikan tertentu setelah seseorang meninggal, serta arahan-arahan penting bagi keluarga yang ditinggalkan. Ini menunjukkan betapa Islam mengatur segala aspek kehidupan, termasuk persiapan kematian.


Menyikapi Kematian dengan Bijak


Kesadaran tentang ketidakpastian kematian seharusnya tidak membuat kita hidup dalam ketakutan, namun justru menghadirkannya sebagai motivasi untuk selalu berbuat baik, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbaiki hubungan dengan sesama. Sikap ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk hidup penuh makna dengan mengedepankan nilai-nilai spiritual dan moralitas yang tinggi.


Sebagai manusia, memahami dan menerima kebenaran tentang kematian adalah langkah pertama dalam menyikapi kehidupan ini dengan bijak. Selanjutnya, persiapan-persiapan yang telah disinggung di atas menjadi cara konkrit dalam menghadapinya, sekaligus menjawab panggilan hakiki sebagai makhluk Tuhan yang di dunia hanya bersifat sementara, dan yang hakiki adalah kehidupan akhirat.


Persiapan menghadapi kematian menurut Islam tidak hanya mengatur tentang bagaimana seseorang harus mempersiapkan dirinya secara pribadi, namun juga tentang bagaimana seseorang tersebut meninggalkan dampak positif bagi orang lain. Ini adalah salah satu keindahan dari ajaran Islam, di mana kehidupan di dunia dan persiapan untuk akhirat diorientasikan untuk kemaslahatan bersama.


Kematian memang tidak mengenal usia, harta, atau waktu, namun seorang Muslim selalu diingatkan untuk menghadapinya dengan persiapan yang matang, baik dari sisi spiritual, material, maupun sosial. Ini adalah bentuk ketaatan dan penghormatan terhadap takdir Allah SWT, serta cara untuk memastikan bahwa ketika saatnya tiba, kita siap untuk bertemu dengan-Nya dalam keadaan terbaik.


Jadi buat saya berziarah kubur adalah praktek yang mengandung banyak hikmah dan pelajaran, terutama sebagai pengingat akan kematian dan kehidupan setelahnya. Melalui ziarah kubur, umat Islam diajak untuk merenung tentang kehidupan ini dan berusaha meningkatkan amal ibadah sebagai persiapan menghadapi hari esok di akhirat yang abadi. Ini merupakan bagian dari keindahan dan kedalaman ajaran Islam, dimana umatnya selalu diingatkan untuk hidup dalam kesadaran akan pertemuan dengan Sang Khalik dan keabadian hidup setelah kematian.


Berziarah ke kubur bukanlah untuk meminta berkah atau hal-hal lainnya kepada orang yang telah meninggal. 

Jadi hukum berziarah kubur dalam Islam diperbolehkan asal tidak melibatkan praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti meminta pertolongan kepada orang yang telah meninggal, melakukan tawassul (perantaraan) melalui orang yang meninggal, atau menyembah makam. Berziarah kubur seharusnya dilakukan dengan niat yang murni, yaitu sebagai tindakan ibadah dan penghormatan kepada yang telah meninggal. Selain itu, berziarah kubur juga sebaiknya dilakukan tanpa adanya kegiatan - kegiatan bid'ah atau praktik-praktik syirik.

Berziarah kubur seharusnya dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal, sebagai pengingat akan akhirat, dan juga dalam rangka mendoakan kebaikan bagi orang yang telah meninggal tersebut. Selain itu, berziarah kubur juga dapat menjadi momen untuk merenungkan kehidupan dan memperkuat keimanan.


Perenungan, pengingat diri sendiri di hari ini.

Janganlah takut untuk membicarakan kematian, jangan lah terlena dengan kehidupan ini. 

Karena dunia ini merupakan penjara dan tempat diusirnya Nabi Adam as.


Catatan Mas Bojreng


#mati #hidup #kematian #kehidupan #muslim #moslem #death #deathisreal #deathisnear #afterlife #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Bukti yang Bungkam

Serial CSI (Crime Scene Investigation) itu keren banget karena nunjukin gimana bukti kecil bisa jadi kunci buat ngebongkar kasus besar. Jad...