Inna Lillahi wa inna Illaihi rojiun, ketika berita kematian silih berganti datang, mengingatkan saya kematian bisa terjadi kapan saja, tidak memandang usia, kekayan, harta, jabatan apapun. Hanya menunggu giliran untuk dipanggil.
Sering ketika dapat berita, komentar yang mengikuti, baru kemarin update statusnya, baru beberapa saat yang lalu kita berbincang, baru minggu yang lalu kita pergi bersama, dan masih banyak lagi.
Kematian merupakan satu-satunya kebenaran yang tak terbantah dan tak terelakkan bagi setiap makhluk hidup. Kehadirannya tidak memandang usia, kekayaan, atau jabatan seseorang. Semua manusia, tanpa terkecuali, akan menghadapi ketetapan ini, sebagai bagian dari siklus kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Kematian datang tanpa peringatan, membawa pesan penting tentang kesetaraan dan kerendahan hati di hadapan Sang Pencipta.
Dalam Islam, kematian bukan sekadar akhir dari sebuah kehidupan, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya, yaitu akhirat. Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, ibarat perhentian bagi seseorang yang sedang dalam perjalanan menuju tujuan akhirnya. Oleh karena itu, kematian sering dijadikan sebagai pengingat bagi umat Islam untuk tidak terlalu terpaku dan mengejar dunia, mengingat pada akhirnya, semua yang diperoleh di dunia ini tidak akan dapat dibawa mati, sebagaimana kain kafan yang tidak berkantung.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berkali-kali memberikan peringatan dan pengingat tentang kedangkalan kehidupan dunia dibandingkan dengan keabadian dan kejernihan kehidupan akhirat. Allah berfirman dalam Surah Al-‘Imran ayat 185, "Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." Ayat ini mengingatkan kita bahwa semua yang hidup pasti akan mati dan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan sementara.
Di mata Allah SWT, apa yang paling berharga bukanlah harta, jabatan, atau kekuasaan yang dimiliki seseorang di dunia, melainkan ketakwaan dan amal saleh yang mereka lakukan selama hidupnya. Surah Al-Hujurat ayat 13 menjelaskan, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Ayat ini menyiratkan bahwa di hadapan Allah, semua manusia sama. Status sosial, harta, atau jabatan tidak menjadikan seseorang lebih mulia, tetapi ketakwaan yang menjadi ukuran kemuliaan seseorang.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, kematian mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, kematian mengingatkan kita akan keterbatasan waktu. Waktu di dunia ini sangat berharga dan tidak bisa dibeli dengan apapun. Oleh karena itu, seorang Muslim diajarkan untuk selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam melakukan kebaikan dan ibadah, sebagai investasi untuk kehidupan yang kekal nanti.
Kedua, kematian mengajarkan tentang kerendahan. Tidak peduli seberapa kaya, terkenal, atau kuat seseorang, pada akhirnya, semua orang akan mati dan dikembalikan kepada-Nya dalam keadaan tidak membawa apa-apa, sebagaimana mereka dilahirkan. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak sombong dan selalu merendahkan hati, serta mengajarkan untuk tidak serakah dan terlalu mengejar duniawi yang fana.
Ketiga, kematian sebagai pengingat untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Dalam Islam, amal baik yang ditinggalkan di dunia ini akan terus mengalir sebagai pahala, bahkan setelah seseorang tersebut meninggal dunia. Ini adalah konsep "Sadaqah Jariyah", amal jariyah yang terus mengalir pahalanya kepada si pelaku meskipun mereka telah tiada. Hal ini mendorong umat Islam untuk selalu berbuat baik, seperti memberikan ilmu yang bermanfaat, menanam pohon, atau membuat sumur, karena kebaikannya akan terus hidup dan memberi manfaat.
Kematian, oleh karena itu, merupakan pengingat yang konstan tentang keterbatasan kehidupan dunia dan kefanaan semua yang bersifat duniawi, mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat atau memuaskan diri dengan kesenangan dunia. Segala yang kita miliki, termasuk jabatan dan harta, akan tertinggal ketika kita menghadap Allah SWT. Hadis Nabi Muhammad SAW mengingatkan, "Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati besok."
Pengajian dan pemahaman tentang kematian menurut Islam, oleh karenanya, bukanlah untuk menakuti atau membuat sedih, tapi justru sebagai dorongan untuk hidup lebih bermakna, berfokus pada pembangunan karakter, ketakwaan, dan amal saleh. Kita diajak untuk merenungkan dan mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan Allah SWT dengan sebaik-baik persiapan, yaitu dengan menjalani kehidupan yang penuh dengan kebaikan, keadilan, dan kasih sayang terhadap sesama.
Kematian sebagai pengingat kesetaraan ini juga menuntut kita untuk bersikap adil dan bersahabat satu sama lain, mengingat pada akhirnya, kita semua akan kembali kepada-Nya, tanpa membawa apa pun dari dunia, kecuali amal perbuatan kita. Ini adalah pelajaran yang amat berharga untuk senantiasa mengingat inti dari kehidupan ini dan apa yang benar-benar penting di mata Allah SWT.
Akhirnya, kematian mengingatkan kita tentang pentingnya persiapan untuk hari Akhir. Sebagai manusia, kita diajak untuk selalu ingat akan mati dan mempersiapkan diri dengan amal saleh, karena kita tidak pernah tahu kapan ajal akan tiba. Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah kematian sebagai nasihat," mengingatkan kita bahwa kematian adalah nasihat terbaik untuk membangunkan hati dari kelalaian.
Oleh karena itu, mari kita semua sebagai umat Islam mengambil pelajaran dari kematian, memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, melaksanakan kewajiban dan meningkatkan amal saleh, serta menyebarkan kebaikan kepada sesama. Semoga dengan ini, kita dapat mengumpulkan bekal terbaik untuk kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan akhirat, yang kekal abadi.
Perenungan dan pengingat diri di akhir pekan ini.
Catatan Mas Bojreng
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment