"Melodi Rasa Syukur: Merenung Nikmat-Nikmat Ilahi"

x
Allâhumma shayyiban haniyyâ wa sayyiban nâfi'â. Arti: “Wahai Tuhanku, jadikan ini hujan terpuji kesudahannya dan menjadi aliran air yang bermanfaat”
Beberapa hari ini banyak sekali mendengarkan suara suara berupa "keluhan", yang jujur agak mengganggu baik pikiran maupun hati. Daripada mengganggu lebih baik saya tuliskan saja dalam tulisan agak panjang, lebar dan tinggi sebagai pengingat diri saya. Entah yang lain ada yang baca atau tidak saya juga tidak tahu haha..
Perbanyaklah Bersyukur, Jangan Melihat Ke Atas Terus, Melihatlah Ke Bawah
Dalam keseharian kita, betapa seringnya kita terjebak dalam pusaran keluhan tanpa akhir. Keluhan atas pekerjaan yang menumpuk, fasilitas yang belum memadai, hingga keadaan hidup yang belum sesuai dengan apa yang kita harapkan. Emosi negatif ini seringkali menguasai diri, membutakan hati kita dari segala kebaikan yang sebetulnya telah melimpah ruah di sekeliling kita. Mungkin, tanpa kita sadari, kita masih kurang rasa syukurnya.
Fenomena ini tak hanya terjadi pada satu atau dua individu, melainkan pada skala yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana media sosial penuh dengan cerita-cerita kekecewaan dan komplain atas berbagai aspek. Namun, dari situlah kita harus mulai menyadari dan mengoreksi diri, mengingat pesan yang terkandung dalam ayat suci Al-Quran, “Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażibān,” yang mengingatkan kita akan semua nikmat Tuhan yang tidak seharusnya kita ingkari.
## Mengapa Kita Suka Mengeluh?
Kebiasaan mengeluh seringkali dilatarbelakangi oleh perbandingan yang tak berujung. Kita cenderung melihat mereka yang berada di atas kita, membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan mereka yang tampak lebih sukses, lebih bahagia, atau lebih berkecukupan. Hal ini menciptakan suatu siklus tak berkesudahan dimana kepuasan selalu terasa di luar jangkauan, selalu ada yang kurang, dan selalu ada ruang untuk mengeluh.
Tidak hanya itu, tekanan sosial yang mendikte bahwa kesuksesan harus diukur dengan materi dan pencapaian juga menyebabkan kita terus menerus merasa tidak cukup dengan apa yang kita miliki sekarang. Kita khawatir tertinggal dalam perlombaan yang seolah-olah tidak ada garis finisnya. Inilah yang membuat keluhan serasa menjadi soundtrack kehidupan banyak orang.
## Akibat dari Terlalu Banyak Mengeluh
Terlalu sering mengeluh memiliki dampak negatif yang tidak kecil terhadap kehidupan seseorang. Secara psikologis, mengeluh bisa membuat seseorang terjebak dalam pola pikir negatif dan merasa sebagai korban keadaan. Ini tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mental, tetapi juga dapat menghalangi kita dari melihat peluang dan kemungkinan yang ada di depan mata.
Bukan hanya itu, sering kali keluhan kita terhadap kehidupan berdampak juga pada hubungan dengan orang lain. Hubungan sosial bisa terganggu karena orang cenderung menjauh dari mereka yang sering mengeluh dan terkesan tidak pernah puas. Energi negatif yang muncul dari keluhan-keluhan tersebut bisa menjadi racun yang merusak suasana dan komunikasi dalam relasi sosial kita.
## Syukur sebagai Jalan Keluar
Islam mengajarkan pentingnya rasa syukur. Syukur adalah mata uang yang memiliki nilai tukar tinggi dalam kehidupan. Ketika kita bersyukur, kita mengakui dan menghargai setiap nikmat, sekecil apapun itu. Melalui rasa syukur, kita diajak untuk melihat ke bawah, memandang mereka yang mungkin berada dalam kondisi yang lebih susah daripada kita. Hal ini bukan berarti mengabaikan ambisi atau berhenti berupaya untuk maju, tetapi lebih kepada bagaimana kita menempatkan segala pencapaian dan kegagalan dalam perspektif yang lebih sehat dan positif.
Bersyukur mengarahkan kita untuk memusatkan pandangan pada berkah-berkah yang telah diberikan Allah agar kita tidak tergelincir ke dalam lubang keluhan yang tiada dasar. Allah berfirman melalui Al-Quran, mengingatkan kita pada semua karunia-Nya yang tak terhitung jumlahnya, mengajak kita untuk muhasabah, "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
## Cara untuk Lebih Bersyukur
1. **Muhasabah Diri.**
Sering-seringlah mengambil waktu untuk merenung dan mengintrospeksi berbagai aspek kehidupan pribadi. Catat hal-hal apa saja yang patut disyukuri setiap harinya.
2. **Berbagi dengan Sesama.**
Berbagi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Sebuah senyuman, perhatian, atau bahkan sekedar pendengar yang baik bisa menjadi bentuk berbagi yang memberikan dampak positif bagi kita dan orang lain.
3. **Menghindari Perbandingan yang Tidak Sehat.**
Berhenti membandingkan diri dengan orang lain, terutama dengan standar yang tidak realistis. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing.
4. **Merayakan Setiap Kecil.**
Setiap pencapaian, tak peduli seberapa kecil, layak dirayakan. Ini merupakan bentuk pengakuan atas usaha kita dan jalan yang telah ditempuh.
5. **Menjadi Volunter.**
Dengan menjadi sukarelawan di kegiatan sosial, kita bisa secara langsung melihat kehidupan orang yang kekurangannya jauh lebih nyata dibandingkan kita.
Ketika kita mulai mengubah fokus dari keluhan menjadi syukur, kita akan menemukan kebahagiaan sejati yang tidak tergantung pada pencapaian atau materi, tetapi pada penghargaan terhadap segala nikmat yang telah kita terima. Kita belajar bahwa dalam setiap situasi, ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Sikap ini akan mengantarkan kita pada kedamaian dan kepuasan diri yang hakiki, yang tidak akan pernah bisa kita raih melalui keluhan dan ketidakpuasan.
Mari kita menjadi individu yang lebih bersyukur. Mari kita jalani kehidupan ini dengan hati yang penuh rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Sesungguhnya, kebahagiaan itu sederhana, berawal dari syukur, dan berkesudahan pada syukur.
Catatan Mas Bojreng sambil mendengarkan rintik hujan diluar
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment