Kita Ingin Dikenang Sebagai Apa: Penciptaan Kenangan Abadi di Waktu yang Terbatas
Kehidupan ini, suatu mahakarya dari rangkaian hari yang kita atur komposisinya dengan catatan-catatan perjalanan, seakan-akan itu adalah lukisan, adalah musik, adalah buku yang tiap halamannya menanti untuk ditorehkan dengan tinta pengalaman. Substansi dari eksistensi kita bukan hanya diukur dari apa yang kita miliki atau posisi yang kita raih, melainkan lebih jauh lagi, dari jejak nilai dan kenangan yang kita ciptakan dan tinggalkan ketika kita telah pergi.
Kita ingin dikenang, bukan karena kesombongan atau upaya mendapatkan pengakuan, melainkan karena hasrat mendalam untuk memberi arti pada kehidupan ini. Lantas, kenangan apa yang ingin kita tinggalkan? Apakah sebagai pelindung, sebagai pemberi inspirasi, atau sebagai pencerah yang menyalakan lentera di jalan orang lain? Kita memiliki kekuasaan atas hal tersebut.
## Warisan Kebaikan
Dalam keramaian dunia yang seringkali didominasi oleh keinginan akan kekuasaan dan materi, ada mereka yang memilih untuk dikenang atas kebaikan hati dan tindakan-tindakan altruistik. Kita teringat pada sosok bapak dan ibu yang menghangatkan, guru yang mencerahkan, atau teman yang selalu ada. Kejayaan materi dapat luntur, tetapi warisan kebaikan merupakan permata yang terukir abadi di hati mereka yang kita sentuh.
## Inspirasi Tanpa Batas
Sementara beberapa dari kita mungkin berkeinginan untuk dikenang sebagai sumber inspirasi. Untuk menjadi seperti benih yang menjalarkan tunas-tunas baru dalam hati setiap orang yang kita jumpai. Sebagai penulis, seniman, ilmuwan, atau pemimpin, kita ingin pemikiran dan karya kita berbicara lintas zaman, memberi semangat dan pencerdasan bagi generasi mendatang.
## Kontribusi Intelektual
Bagi banyak orang, untuk dikenang sebagai individu yang meningkatkan wawasan kolektif umat manusia adalah hal yang sangat berharga. Mereka ini adalah para pencari kebenaran, pencipta solusi, yang ingin penemuan, ide, atau analisa merekalah yang dibicarakan, yang dijadikan rujukan, yang menerangi jalan ke depan untuk persoalan dunia.
## Pilar Kegigihan
Kita juga bisa menginginkan untuk dikenang sebagai contoh kegigihan dan ketabahan. Kisah perjuangan kita dan bagaimana kita berhasil menghadapi rintangan dapat menjadi obor bagi mereka yang merasa terjebak dalam kegelapan. Kita bisa jadi bukti nyata bahwa keberhasilan sering kali ada di ujung kesabaran dan upaya yang tak kenal lelah.
## Estafet Kemanusiaan
Adakalanya, kita ingin dikenang sebagai duta kemanusiaan yang selalu menjaga nilai-nilai dan mengadvokasi bagi mereka yang tidak dapat berbicara untuk dirinya sendiri. Dalam setiap tindakan dan sabda, kita menjadi suara bagi yang tak bersuara, tangan yang mengangkat beban yang lain, dan hati yang mewakili rasa cinta dan empati.
## Lestari dalam Kenangan
Bagaimanapun cara kita ingin dikenang, yang terpenting adalah meninggalkan sesuatu yang lestari dan bermakna bagi yang kita tinggalkan. Bisakah kita menjadi hujan yang memberi kehidupan, bukan badai yang merusak? Bisakah kita menjadi matahari yang memberikan cahaya, bukan malam yang menakutkan? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat menuntun kita dalam memilih jejak yang kita tinggalkan.
## Hidup Ini Untuk Apa?
Akhirnya, pertanyaan paling mendasar yang tidak jarang mengusik pikiran kita adalah, hidup ini untuk apa? Jawabannya berbeda-beda bagi setiap orang, namun pada intinya mungkin terletak pada pencarian makna yang sesungguhnya. Hidup bukan sekadar deretan kejadian yang berlalu begitu saja, tetapi rangkaian kesempatan untuk menanam benih-benih yang akan bertumbuh menjadi hutan kenangan dalam cerita umat manusia.
Dalam pandangan Islam, kehidupan di dunia ini dipahami sebagai kesempatan bagi setiap jiwa untuk beribadah, mengembangkan ketaqwaan, dan melakukan kebaikan sebagai persiapan untuk kehidupan akhirat yang kekal. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk mengabdi kepada Allah (Tuhan), sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat 51:56)
Dalam konteks beribadah ini, tidak hanya terbatas pada pelaksanaan ritual semata, tapi juga merangkum setiap aspek kehidupan termasuk interaksi sosial, etika kerja, dan kontribusi terhadap masyarakat serta lingkungan. Kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam diharapkan dapat membentuk karakter yang mencerminkan nilai-nilai seperti keadilan, kasih sayang, kedermawanan, dan integritas.
Saat seseorang meninggal, Islam mengajarkan bahwa dia akan dikenang tidak hanya atas dasar kedudukan atau kekayaannya tetapi lebih pada amal perbuatannya. Setiap muslim berusaha untuk meninggalkan "jejak kebaikan" yang terus mengalir sebagai amal jariyah, yaitu kebaikan yang terus menerus memberi manfaat setelah kematian seperti pengetahuan yang bermanfaat, kebaikan kepada anak-anak, atau sumbangan untuk kemaslahatan umum.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits:
“Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang shaleh.” (HR. Muslim)
Maka, dalam Islam, esensi kehidupan dan dikenang saat meninggal terfokus pada perbuatan yang mencerminkan ketaatan, amal saleh, dan legasi positif yang memberi dampak yang berkelanjutan, baik dalam lingkup personal maupun komunal.
Setiap hari kita menulis buku kehidupan kita, dan dalam buku itu, cerita apa yang ingin kita abadikan? Apa yang ingin kita bagi kepada dunia? Apa yang ingin kita titipkan sebagai warisan sejati? Seperti apa kita ingin dikenang oleh orang-orang yang kita cintai dan bahkan oleh mereka yang belum pernah kita kenal?
Ingatlah, kita adalah seniman kehidupan kita sendiri, kita adalah pembuat sejarah yang akan dikenang atas karya, kata, dan kasih. Setiap momen adalah kesempatan untuk menciptakan suatu yang indah, yang setiap orang akan mengingatnya dengan senyum, kehangatan, dan rasa syukur. Maka, mari kita jadikan kehidupan ini sebagai sebuah kanvas untuk melukis kenangan abadi yang akan dikenang selamanya.
Pengingat diri di pagi hari ini
Catatan Mas Bojreng
Tulisan panjang, lebar dan tinggi sejak hujan semalaman
Entah ada yang baca sampai selesai atau tidak 😁
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment