Saturday, October 11, 2025

Kejserens nye Klæder. Sebuah cerita dari masa kecilku dahulu


Entah kenapa saya teringat kisah karya HC Andersen yang pernah saya baca waktu masih kecil dahulu, kisah menarik dengan judul aslinya adalah Kejserens nye Klæder. 

Di sebuah negeri yang makmur tapi agak narsistik, hiduplah seorang kaisar yang cintanya pada pakaian melebihi cinta rakyatnya pada kehidupan itu sendiri. Setiap jam ganti baju, setiap hari pamer gaya. Kalau ada ajang “Fashion Emperor of the Year”, dia pasti langganan juara. Urusan perang, ekonomi, atau rakyat kelaparan? Ah, nanti dulu—yang penting mantel baru sudah datang atau belum.

Suatu hari, dua orang asing datang dengan senyum licik dan mulut manis. Mereka mengaku penenun hebat dari negeri jauh, membawa penemuan ajaib: kain yang begitu istimewa sampai-sampai orang bodoh atau yang tak pantas dengan jabatannya tidak akan bisa melihatnya. Bukan cuma mode, tapi juga alat tes kecerdasan dan moral! Sang kaisar langsung terpikat—karena, hei, siapa yang mau dianggap bodoh?

Maka dimulailah proyek besar itu. Dua “penenun” palsu diberi benang, emas, dan fasilitas mewah untuk menenun di alat tenun kosong. Hari demi hari, mereka berpura-pura bekerja keras, menggulung udara, memotong angin, sementara para pejabat datang memeriksa hasil “karya” mereka. Tapi karena tak ingin tampak tolol, semua pura-pura kagum.
“Wah, indah sekali warnanya!”
“Coraknya sungguh halus!”
Padahal yang mereka tatap cuma kekosongan yang menyolok mata.
Akhirnya giliran kaisar sendiri datang. Ia melotot, tapi—tidak ada apa pun di sana. Kosong. Tapi tentu, gengsinya terlalu mahal untuk diobral dengan kejujuran. Jadi dia pun ikut memuji. “Luar biasa! Anggun sekali! Aku akan mengenakannya saat parade besar nanti!”

Dan tibalah hari itu. Dua penipu itu “membantu” sang kaisar mengenakan baju yang tidak ada, memuji betapa pas potongannya, betapa lembut bahannya. Kaisar berdiri di depan cermin, telanjang bulat tapi penuh keyakinan. Lalu ia berjalan keluar, dengan kepala tegak dan tubuh berkilau oleh… cahaya matahari dan rasa percaya diri palsu.
Rakyat bersorak. Semua ikut berpura-pura, karena takut disebut bodoh. “Indah sekali! Lihat jubahnya yang gemerlap!” Tapi di tengah kerumunan, suara polos seorang anak kecil menembus segala kepalsuan itu:
“Lho, kaisarnya nggak pakai baju!”
Hening sejenak. Semua mata terbuka. Lalu bisik-bisik menjalar seperti angin: “Anaknya benar… kaisarnya telanjang.” Tapi kaisar, walau tahu dirinya sudah terbongkar, tetap melangkah dengan dada tegap. Karena apa lagi yang bisa ia lakukan, selain pura-pura percaya pada kebohongan yang sudah telanjur jadi tontonan publik?

Cerita ini kelihatannya lucu, tapi tajam banget sindirannya. Andersen, lewat dongeng sederhana ini, menelanjangi penyakit klasik manusia: takut jujur karena takut malu. Kadang yang membuat dunia penuh kepura-puraan bukanlah para penipu, tapi orang-orang yang diam, pura-pura tidak melihat, agar tetap aman dalam ilusi bersama.
Jujur itu memang berisiko—tapi, seperti anak kecil dalam cerita itu, keberanian berkata apa adanya sering jadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan akal sehat di tengah parade kebodohan massal.

Kaisar dan Bayangan

Ia berjalan di jalan kemegahan, telanjang dalam kebesaran palsu,
Diselimuti tepuk tangan yang terbuat dari ketakutan dan dusta,
Namun kebenaran meniti di bibir seorang anak kecil,
Menelanjangi kemuliaan yang hanya sebatas kain ilusi.

Betapa sering manusia berpakaian dari pujian kosong,
Takut pada jujur lebih dari takut pada aib,
Padahal keindahan sejati bukan pada sutra yang membungkus tubuh,
Melainkan pada keberanian menampakkan diri apa adanya.

Catatan Mas Bojreng berdasarkan cerita dari HC Andersen

#TheEmperorsNewClothes #TruthAndIllusion #FearAndPride #VoiceOfInnocence #NakedHonesty
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Dan itu… sudah cukup.

Pernah nggak, suatu pagi bangun dan rasanya dunia sudah “jalan duluan”? Baru melek setengah, masih nyari arah, eh tangan otomatis ngecek po...