Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang Sering Mengingat Kematian
Dikisahkan dalam buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi susunan Siti Nurlaela, jabatan khalifah yang diperoleh Umar bin Abdul Aziz didasarkan atas wasiat sang sepupu, Sulaiman bin Abdul Malik yang merupakan khalifah Bani Umayyah sebelumnya.
Meski demikian, mulanya Umar bin Abdul Aziz menolak menjadi khalifah. Ia ingin agar rakyat memilih sendiri pemimpinnya sehingga diadakan pemungutan suara.
Hasilnya, Umar bin Abdul Aziz mendapat suara yang bulat dari rakyatnya. Setelah itu, barulah ia menerima jabatan khalifah.
"Wahai, rakyatku! Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dalam memimpin kalian. Jangan sekali-kali kalian patuhi aku jika aku telah melenceng dari ajaran-Nya.
Sesungguhnya, aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Akan tetapi, aku adalah orang yang paling berat tanggung jawabnya di antara kalian!" serunya lantang.
Umar bin Abdul Aziz menganggap jabatannya sebagai amanah dari rakyat. Kelak, ia akan dimintai pertanggungjawaban dari Allah SWT.
Bahkan, Umar bin Abdul Aziz sering menangis apabila mengingat tanggung jawabnya. Selain itu, ia merupakan sosok yang kerap mengingat kematian.
Setiap malam, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para ulama. Di sana, mereka membicarakan kematian dan keadaan di akhirat kelak.
Apabila larut dalam percakapan tersebut, mereka menangis seolah-olah ada jenazah di dekat mereka. Pada waktu lain, Umar bin Abdul Aziz tengah duduk di sisi sahabatnya.
"Aku selalu merenung setiap malam, sampai-sampai aku sulit tidur," kata Umar bin Abdul Aziz.
"Apa yang engkau renungkan?" tanya sahabatnya.
"Tentang kubur dan penghuninya," jawab sang khalifah.
Ia lalu menjelaskan, ketika seseorang wafat maka tiga hari setelah dimakamkan tubuhnya mulai membusuk. Bau tak sedap meruap di dalam liang diikuti belatung dan cacing yang berpesta pora menyantap jasad dengan nikmat. Kemudian, kafan yang semula putih berubah menjadi kotor hingga berujung rusak.
"Andai aku menyaksikan semua itu," katanya. Belum sempat ia menyelesaikan kalimat, Umar bin Abdul Aziz pingsan.
Suatu ketika ia melihat iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Matahari pada saat itu bersinar terik, angin pun bertiup kencang hingga debu-debu beterbangan.
Beberapa orang menyingkir, mereka mencari tempat berteduh agar terhindar dari debu dan sengatan terik matahari. Menyaksikan hal tersebut, Umar bin Abdul Aziz tampak sedih dan bersyair:
Barang siapa takut akan cacat dan kusut
ketika matahari atau debu menimpa keningnya
dan ia berteduh di bawah naungan agar tetap rupawan
suatu hari kelak ia akan hina dan tinggal dalam kubur
Dalam ruangan yang gelap berdebu dan menakutkan
ia akan lama berada dalam ruangan itu di bawah tanah
Wahai jiwa, bersiap-siaplah sebelum mati dengan perbekalan
yang menyampaikanmu padanya
Tidaklah engkau diciptakan sia-sia begitu saja
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/hikmah/kisah/d-7321906/sosok-umar-bin-abdul-aziz-khalifah-yang-sering-mengingat-kematian/amp
Betapa malunya saya ketika diingatkan lagi akan kematian.
Apa yang saya cari didunia ini?
Mengapa Kita Sombong dan Angkuh padahal Akhirnya Kita Akan Mati?
Dalam kehidupan ini, banyak dari kita yang terjebak dalam siklus kesombongan dan keangkuhan. Perilaku ini sering kali terlihat dalam cara kita berinteraksi dengan orang lain, cara kita menampilkan diri, hingga dalam pengejaran materi yang tak ada hentinya. Namun, satu hal yang pasti dan tidak bisa dihindari oleh setiap manusia adalah kematian. Tidak ada kekayaan, keelokan fisik, atau pun gelar yang dapat kita bawa saat ajal menjemput. Lantas, mengapa masih ada ruang untuk kesombongan dan keangkuhan?
Pengingat Kematian dalam Islam
Dalam ajaran Islam, kematian adalah salah satu tema yang sangat sering ditekankan. Hal ini bukan tanpa alasan. Mengingat kematian diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih berhati-hati dalam perilakunya, lebih rendah hati, dan terhindar dari perilaku sombong serta angkuh. Kematian, dalam Islam, dianggap sebagai pengingat bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara.
Mengingat kematian memiliki sejumlah manfaat penting dalam kehidupan seseorang, terutama dalam meningkatkan kesadaran dan pengembangan karakter. Berikut adalah beberapa kepentingan mengingat kematian yang bisa dipertimbangkan:
1. Merupakan Pengingat Keberadaan Yang Sementara: Mengingat kematian mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan setiap orang akan meninggalkan segala yang diperoleh di dunia ini. Ini membantu memfokuskan perhatian pada hal-hal yang berkesinambungan dan abadi, seperti nilai-nilai moral dan spiritual.
2. Memotivasi untuk Berbuat Baik: Dengan mengingat kematian, individu biasanya lebih termotivasi untuk memperbaiki diri dan memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Hal ini sering kali meliputi berbuat baik kepada sesama dan lebih banyak beramal.
3. Menumbuhkan Kerendahan Hati: Kesadaran akan kesementaraan dan terbatasnya kemampuan manusia membantu dalam menumbuhkan perasaan rendah hati. Orang yang sering mengingat kematian cenderung kurang sombong dan lebih menghargai apa yang dimiliki orang lain.
4. Prioritas Hidup yang Lebih Baik: Mengingat kematian juga membantu seseorang dalam mengevaluasi dan menata kembali prioritas hidupnya. Ini sering kali mengarahkan orang untuk lebih banyak menginvestasikan energi pada hubungan interpersonal, pengembangan diri spiritual, dan kegiatan yang memberikan kepuasan inner.
5. Mengurangi Kecemasan terhadap Keadaan Duniawi: Dengan mengingat bahwa semua di dunia ini adalah sementara, seseorang dapat lebih mengendalikan kecemasan dan stres yang berkaitan dengan materi atau kehilangan. Ini membantu menciptakan ketenangan mental dan kehidupan yang lebih bahagia.
6. Menghargai Setiap Momen: Mengingat bahwa kematian bisa datang kapan saja membuat seseorang lebih menghargai setiap momen yang mereka miliki. Hal ini seringkali berdampak pada bagaimana mereka memilih untuk menghabiskan waktu, dengan lebih sering bersama keluarga atau melakukan kegiatan yang bermakna.
7. Persiapan Untuk Kehidupan Setelah Kematian: Dalam banyak keyakinan, termasuk Islam, kehidupan setelah kematian adalah hal yang sangat penting dan abadi. Mengingat kematian mempersiapkan seseorang secara mental dan spiritual untuk menghadapi kehidupan abadi tersebut.
8. Pengingat Untuk Meminta Maaf dan Memaafkan: Mengingat kematian bisa mendorong seseorang untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain, meminta maaf atas kesalahan, dan memaafkan kesalahan orang lain. Ini membawa keharmonisan dan kedamaian dalam hubungan interpersonal.
Mengingat kematian adalah praktek yang sering dianggap berat dan tidak menyenangkan, namun kenyataannya, ini dapat membawa banyak perubahan positif pada cara seseorang menjalani hidupnya.
Hikmah Mengingat Kematian
Mengingat kematian memiliki beberapa hikmah, di antaranya adalah:
1. Merendahkan Hati
Ingatan akan kematian mengajarkan kita bahwa tidak peduli seberapa tinggi posisi kita di dunia ini, akhirnya kita semua akan kembali ke tanah. Ini adalah pelajaran yang sangat mendalam tentang kerendahan hati.
2. Memperbaiki Perilaku
Saat seseorang selalu menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja, ia akan lebih berhati-hati dalam berkata dan bertindak. Mengingat kematian dapat memotivasi seseorang untuk selalu berusaha melakukan yang terbaik dan menghindari perbuatan yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain.
3. Fokus pada Hal yang Berharga
Mengingat kematian membantu kita untuk memprioritaskan apa yang benar-benar penting. Duniawi seperti kekayaan atau kecantikan fisik menjadi tidak terlalu signifikan ketika dihadapkan dengan realitas kematian.
4. Persiapan untuk Akhirat
Dalam Islam, kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, mengingat kematian juga berarti mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang. Ini adalah motivasi untuk melakukan lebih banyak kebaikan, meningkatkan amal ibadah, dan mengurangi dosa.
Kisah dalam Islam yang Mengingatkan Tentang Kesombongan
Salah satu kisah yang dapat kita renungkan adalah kisah Qarun, seorang tokoh dalam Al-Quran yang sangat kaya raya, namun bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Akhir dari kisah Qarun adalah sangat tragis; dia dan harta kekayaannya ditelan bumi sebagai pelajaran bagi orang-orang yang sombong.
Dalam hidup ini, sikap kesombongan dan keangkuhan hanya akan membawa kerugian. Baik dari segi dunia maupun akhirat, perilaku ini tidak memiliki manfaat yang abadi. Mengingat kematian adalah cara yang efektif untuk melepaskan diri dari belenggu kesombongan dan keangkuhan. Kematian mengingatkan kita semua bahwa apa yang kita miliki hari ini bukanlah milik kita sepenuhnya dan akan ditinggalkan pada akhirnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita mengisi sisa waktu yang ada dengan kerendahan hati, melakukan kebaikan, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi setelah kematian.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 3)
Catatan dan pengingat diri pada dini hari ini Mas Bojreng
#mati #kematian #hidup #kehidupan #death #life #moslem #muslim #pride #arrogant #arrogance #treat #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment