Saturday, April 20, 2024

Adab dan ilmu

Entah kenapa dari kemarin melihat, mendengar sesuatu yang mengganjal sekali di hati, jadi kepengen menuliskan berdasarkan quotes ini

Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati. Jika dia memasuki tahapan ketiga, maka dia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. – Umar bin Khattab


Ilmu memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Menurut Umar bin Khattab, ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh seseorang dalam belajar ilmu. Tahapan-tahapan ini bukan hanya sekadar proses pembelajaran, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual dan mental yang mendalam.


Tahapan pertama adalah tahapan sombong. Ketika seseorang pertama kali memasuki dunia ilmu, mungkin dia akan merasa bangga dengan pengetahuannya. Rasa bangga ini seringkali membuat seseorang merasa bahwa dirinya lebih pintar atau lebih berpengetahuan daripada orang lain. Namun, tahapan sombong ini seharusnya bukan menjadi akhir dari perjalanan seseorang dalam dunia ilmu.


Tahapan kedua adalah tahapan rendah hati. Ketika seseorang semakin dalam mempelajari ilmu, dia akan menyadari betapa luasnya pengetahuan yang harus dipelajari. Hal ini akan membuatnya merasa rendah hati dan bersyukur akan segala ilmu yang telah diberikan kepadanya. Rasa rendah hati ini merupakan tanda kesadaran bahwa sebenarnya masih ada begitu banyak hal yang belum diketahui.


Tahapan ketiga adalah tahapan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. Ketika seseorang telah mencapai tahapan ini, dia akan menyadari bahwa ilmu yang telah dikuasainya hanya sebagian kecil dari pengetahuan yang ada di dunia. Rasa rendah hati yang mendalam akan membuatnya merasa bahwa dirinya sebenarnya sangat kecil dan tidak berarti di hadapan pengetahuan yang begitu besar.


Melalui perjalanan ini, seseorang akan belajar untuk menghargai ilmu dan merendahkan diri di hadapan pengetahuan yang tak terhingga. Ini adalah proses yang tidak pernah berakhir, karena semakin banyak ilmu yang dipelajari, semakin banyak pula yang harus dipelajari. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selalu merendahkan hati dan terus belajar tanpa henti. Sebab, dalam dunia ilmu, kerendahan hati adalah kunci untuk meraih kebijaksanaan yang sejati.


Bersikap sok pintar, merasa paling pintar, dan menggunakan ilmu untuk membodohi atau membohongi orang lain merupakan perilaku yang sangat tidak etis. Ilmu seharusnya digunakan untuk kebaikan, untuk membantu orang lain, dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bersama. Ketika seseorang menggunakannya dengan cara yang tidak benar, bukannya memberi manfaat, malah bisa menyebabkan kerugian dan bahkan penderitaan bagi orang lain.


Ketika seseorang bersikap sok pintar, itu sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaan pada diri sendiri. Orang yang sejati tidak perlu terus-menerus menunjukkan kehebatannya atau merasa lebih pintar daripada orang lain. Sebaliknya, mereka akan merendahkan diri dan tetap rendah hati meskipun memiliki pengetahuan yang luas. Kesombongan dan sikap sok pintar hanya akan memisahkan seseorang dari orang lain dan menciptakan jarak yang tidak perlu.


Menggunakan ilmu untuk membodohi atau membohongi orang lain jelas merupakan tindakan yang tidak bermoral. Ilmu seharusnya digunakan untuk memberi manfaat, untuk memberikan pemahaman, dan untuk mencerahkan kehidupan orang lain. Ketika ilmu digunakan untuk kepentingan pribadi dan merugikan orang lain, itu bukanlah penggunaan ilmu yang sejati.


Penting bagi setiap individu yang memiliki pengetahuan dan keahlian untuk selalu menggunakannya dengan bijaksana. Bertindak dengan integritas, jujur, dan kebaikan hati adalah kunci dalam memanfaatkan ilmu dengan benar. Merasa paling pintar atau berusaha menonjolkan kehebatan hanya akan merusak hubungan dengan orang lain dan menciptakan ketegangan dalam komunitas.


Dalam hal penggunaan ilmu dan perilaku seseorang sangat perlu untuk menekankan pada nilai-nilai etika, moralitas, dan kebenaran. Islam mengajarkan pentingnya untuk selalu berbuat baik, jujur, dan menjauhi segala bentuk kecurangan atau kebohongan. Berikut adalah pandangan Islam terhadap perilaku bersikap sok pintar, merasa paling pintar, serta menggunakan ilmu untuk membodohi atau membohongi orang lain:


1. Kesombongan: Islam mengecam sikap sombong dan merasa paling pintar. Seseorang yang bersikap sombong di mata Islam dianggap rendah dan dilarang. Al-Quran menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong (Surat Luqman ayat 18: Larangan Berlaku Sombong dan Angkuh

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."

Sebaliknya, Islam mengajarkan pentingnya kesederhanaan, kerendahan hati, dan menghargai orang lain tanpa memandang suku, status, atau pengetahuan.


2. Kebenaran dan Kejujuran: Islam mendorong umatnya untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran dan kejujuran. Menggunakan ilmu untuk membodohi atau membohongi orang lain dianggap sebagai perbuatan mungkar. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Dia tidak mendzalimi, tidak mengkhianati, dan tidak membiarkan saudaranya berada dalam keadaan terlantar" (HR. Muslim). Kejujuran dalam segala hal termasuk dalam ajaran Islam yang harus dijunjung tinggi.


3. Hikmah dan Kebaikan: Islam mengajarkan agar ilmu yang dimiliki seseorang digunakan untuk kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain" (HR. Bukhari). Menggunakan ilmu dengan tujuan membantu, memberi pemahaman, dan mencerahkan orang lain adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.


Dengan demikian, pandangan Islam sangat menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan penggunaan ilmu yang benar. Kesombongan, penipuan, dan penggunaan ilmu yang tidak etis adalah perilaku yang sangat dihindari dalam ajaran Islam. Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk senantiasa bersikap rendah hati, jujur, dan menggunakan ilmu sebagai sarana untuk memberikan manfaat kepada sesama serta mendekatkan diri kepada Allah.


Sebagai manusia yang memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang, penting untuk selalu merawat dan menjaga nilai-nilai etika dalam menggunakan ilmu. Kejujuran, kerendahan hati, dan sikap menghormati orang lain adalah hal-hal yang seharusnya menjadi panduan dalam setiap interaksi dan penggunaan ilmu. Dengan begitu, kita dapat menjadi agen perubahan yang positif dan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia ini.


#sombong #ilmu #adab #pride #knowledge #manner #remember #reminder #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...