Berbaik pagi ini masih tipis tipis saja, gak usah ngoyo gak memaksakan diri.
Sebagaimana baju yang saya kenakan pagi ini... 😁😁😁Sepanjang jalan ketika bertemu orang, menganggukkan kepala dan tersenyum entah kenal ataupun tidak... dibilang gila kali ya? Hahaha gak peduli... beberapa orang yang ketemu "familiar faces" ketika beberapa kali ketemu dan respon yang didapat ternyata luar biasa. Beberapa bahkan tersenyum atau menganggukkan kepala.
"Senyum Gratis, Sapa Mewah: Siapa Takut Jadi Murah Hati?"
Menyapa dan tersenyum adalah dua perbuatan sederhana namun memiliki dampak yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Keduanya adalah bentuk ekspresi yang mampu memancarkan energi positif dan membawa perubahan yang baik kepada orang di sekitar kita. Namun, sering kali dalam kesibukan dan kerapuhan emosi kita, kita melupakan untuk melakukan dua hal tersebut. Apakah kita sudah tersenyum dan menyapa orang di pagi hari ini? Atau kah kita terlalu terburu-buru, fokus pada diri sendiri sehingga mengabaikan orang lain?
Kita mungkin sering bertanya-tanya, mengapa perlu repot-repot tersenyum dan menyapa, terutama kepada orang yang tidak kita kenal? Jawabannya terletak pada nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Tersenyum tidak membutuhkan upaya yang besar, tapi bisa menjadi penawar hati dan membuka pintu komunikasi antarsesama. Di sisi lain, menyapa adalah sebuah pengakuan keberadaan dan nilai orang lain. Ketika kita menyapa, secara tidak langsung kita menyatakan bahwa kita menghargai orang tersebut sebagai sesama manusia.
Dalam kehidupan modern yang seringkali terasa impersonal, tindakan sekecil menyapa dan tersenyum bisa jadi sebuah kontra terhadap ketidakpedulian yang terjadi. Orang cenderung sibuk dengan perangkat elektronik, tenggelam dalam pikiran dan kekhawatiran mereka sendiri, sehingga interaksi antarmanusia menjadi sesuatu yang jarang dan kurang hangat.
Islam, sebagai sebuah agama yang mengajarkan kasih sayang dan kepribadian yang mulia, menaruh perhatian besar pada perilaku ini. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah seseorang Muslim itu bertemu dengan saudaranya Muslim lalu menyapanya dengan ucapan salam, kecuali dosa-dosa mereka akan gugur seperti daun jatuh dari pohon." (Hadits riwayat Turmudzi). Dalam Islam, salam merupakan lebih dari sekedar ucapan; itu adalah doa, harapan kedamaian dan kebaikan bagi orang lain.
Tersenyum dalam Islam juga dianggap sebagai sedekah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadisnya yang menyatakan, "Tersenyumlah di wajah saudaramu, itu adalah sedekah." Ini menegaskan bahwa tersenyum tidak hanya mencerminkan hati yang senang, tetapi juga sebuah tindakan yang mempunyai nilai ibadah.
Kalau kita melihat ke dalam diri, seringkali kita akan menyadari bahwa kita menjadi terlalu sombong atau angkuh untuk memulai sapaan terlebih dahulu. Ada sebagian dari kita yang mungkin berpikir bahwa menyapa orang lain adalah tugas mereka, bukan milik kita. Atau ada pula yang merasa sufficient dengan lingkaran sosial yang telah dimiliki sehingga tak merasa perlu untuk membuka diri. Namun, pemikiran seperti inilah yang secara tak langsung merusak tali kebersamaan dalam masyarakat.
Penolakan untuk bertegur sapa dan tersenyum mungkin timbul karena berbagai alasan, termasuk perasaan tidak aman, takut ditolak, atau sekadar merasa tidak ada keperluan. Namun, apakah hakikat kita sebagai manusia bukanlah untuk saling berinteraksi dan membina hubungan? Apakah kita sudah lupa bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan?
Perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil. Bayangkan jika setiap individu memutuskan untuk tersenyum dan menyapa setidaknya satu orang setiap paginya, perubahan positif apa yang bisa terjadi dalam masyarakat kita?
Kita tidak tahu apa yang sedang dihadapi orang lain. Bisa jadi, tersenyum dan menyapa yang kita tujukan kepada orang yang kita lewati pagi ini adalah hal yang memberikan mereka kekuatan. Dapat menjadi pengingat bagi mereka bahwa dalam dunia yang sering kali tampak acuh tak acuh ini, masih ada kehangatan dan keperdulian.
Mari kita renungkan, kapan terakhir kali kita memberikan senyuman tulus tanpa mengharapkan sesuatu kembali? Kapan terakhir kali kita menyapa seseorang dengan penuh keikhlasan? Sebagai umat Muslim, kita diajak untuk tidak hanya bertanya kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi juga untuk mencita-citakan masyarakat yang tidak hanya hidup dalam perdamaian, tapi juga saling mendorong dalam kebaikan.
Sederhananya, tersenyum dan menyapa adalah cara kita untuk menyebarkan kasih sayang dan kebaikan yang diajarkan oleh Islam. Keduanya adalah tugas kecil yang dapat membawa dampak besar pada dunia sekitar kita. Apakah kita mampu meluangkan sedikit waktu dari kesibukan kita untuk hal sederhana ini? Bukankah senyum dan salam bisa jadi jembatan menuju perilaku yang lebih baik dan harmonis antar sesama?
Kesempatan untuk berbuat kebaikan melalui senyum dan sapaan adalah kesempatan yang tak terhingga nilai dan manfaatnya, terlebih ketika dilakukan dengan niat yang tulus. Maka, mari kita mulai hari ini dengan perubahan kecil tersebut: dengan tersenyum dan menyapa, tak peduli siapa pun orangnya.
Gak usah jaim dan merasa paling tinggi, paling benar atau paling berkuasa.. just be sincere
Pengingat diri pagi ini sambil berbaik melihat sekeliling
Catatan Mas Bojreng
#strava #stravabike #stravacycling #stravachallenge�� #stravaphoto #cyclofit #gowes #goweskotategal #gowessmart #gowessmartkotategal #gowesdewe #gowestipis #gowesdewekan #gowessubuh #gowessehat #gowessantai #gowespagi #gowesnusantara #gowesindonesia #cycling #cyclinglife #cyclist #cyclingchallenge�� #cyclingphotos #roadbike #strattosbike #polygonbike #polygonindonesia #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment