Saturday, October 25, 2025

Jejak di Antara Waktu

Sudah empat minggu Papa berpulang ke haribaan Allah SWT, tapi rasanya seperti baru kemarin beliau tersenyum sambil menatap tajam — tatapan khas yang bisa bikin saya langsung sadar diri. Nasehat-nasehatnya masih terngiang, seolah suara itu belum pernah benar-benar pergi. Salah satu yang paling saya ingat itu waktu SMP dulu. Saya ketahuan belajar naik motor, pakai motor pinjaman pula. Papa manggil saya, duduk tenang tapi suaranya tegas, “Saya tahu kamu belajar naik motor. Umurmu berapa? Tahu aturan naik motor umur berapa? Kalau ada apa-apa, kamu tanggung sendiri.”

Ya sudah, habis itu saya langsung kapok. Gak berani lagi nyentuh motor sampai waktu yang tepat.

Dan lucunya, waktu saya kelas dua SMA, tiba-tiba Papa yang manggil, “Sekarang kamu belajar motor, sudah waktunya.” Saat itu saya baru paham — bukan soal larangannya, tapi soal waktunya. Papa selalu hidup “by the rules”. The rules is the rules, titik. Gak ada tapi, gak ada alasan.

Ketepatan waktu pun sama. Kalau Papa janjian jam tujuh, bisa dipastikan jam enam tiga puluh sudah nongkrong di tempat. “Kalau kamu telat, berarti kamu gak menghargai waktu orang lain,” begitu katanya.

Dalam pandangan Islam, patuh sama aturan dan tepat waktu itu bukan cuma soal disiplin, tapi soal akhlak. Rasulullah ﷺ pernah bilang, “Tanda orang munafik itu tiga: kalau bicara bohong, kalau janji ingkar, dan kalau dipercaya malah khianat.” (HR. Bukhari & Muslim). Jadi kalau kita janji jam tujuh tapi datang jam delapan, itu bukan cuma soal telat — tapi soal menepati amanah. Allah juga ngingetin, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan jangan rusak amalmu.” (QS. Muhammad: 33). Hidup taat aturan itu bukan berarti kaku, tapi justru cara kita nunjukin rasa hormat — ke orang lain, ke waktu, dan ke Allah yang kasih kita waktu itu sendiri.

Sekarang, setiap kali saya menepati waktu atau menahan diri buat gak jalan pintas, saya tahu itu warisan dari Papa. Hidup ini memang lebih tenang kalau dijalani dengan aturan dan ketepatan — bukan karena kaku, tapi karena di sanalah letak tanggung jawab dan integritas.

Papa mungkin sudah pergi, tapi nilai-nilainya masih jadi kompas yang menuntun langkah saya setiap hari.
Inshaa Allah pa, sampai sekarang kalau saya bikin appointment selalu diusahakan tepat jam nya.

Jejak di Antara Waktu

Di matamu, aku belajar diam,
bahwa kasih tak perlu suara.
Di langkahmu, waktu berhenti,
menyimpan arti dalam sederhana.

Kini engkau pergi tanpa jarak,
tapi hadir di setiap sunyi.
Hukum hidup tetap berlaku —
cinta abadi dalam disiplin yang suci.

Catatan Mas Bojreng teringat akan kenangan

#AlwaysOnTime #FollowTheRules #LegacyOfDiscipline #FromPapaWithLove #IntegrityLivesOn
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Dan itu… sudah cukup.

Pernah nggak, suatu pagi bangun dan rasanya dunia sudah “jalan duluan”? Baru melek setengah, masih nyari arah, eh tangan otomatis ngecek po...