Tuesday, August 19, 2025

Bukti yang Bungkam

Serial CSI (Crime Scene Investigation) itu keren banget karena nunjukin gimana bukti kecil bisa jadi kunci buat ngebongkar kasus besar.

Jadi nggak cuma soal kejar-kejaran pelaku, tapi lebih ke detail forensik: sidik jari, DNA, sampai darah yang kelihatan sepele bisa jadi jawaban siapa pembunuhnya.

Bagian paling menarik itu pas autopsi – dokter forensik ngebuka fakta lewat tubuh korban, kayak penyebab kematian, waktu kematian, bahkan hal-hal kecil kayak racun atau luka tersembunyi. Dari situ, tim investigasi bisa nyambungin puzzle kasus yang rumit jadi jelas.
Yang bikin nempel di kepala, apalagi dari tokoh Gil Grissom, adalah caranya selalu percaya sama bukti.

Salah satu quotes terkenalnya: "Let the evidence speak for itself." Jadi bukan perasaan atau asumsi yang dipakai, tapi fakta. Itu yang bikin serial ini beda dan menarik—kita diajak mikir bareng, belajar kalau kebenaran kadang tersembunyi di detail kecil. Nontonnya bikin nagih, karena setiap episode kayak ngajarin kita cara “mendengarkan” cerita dari bukti dan mayat yang udah nggak bisa ngomong lagi, tapi tetap bisa kasih petunjuk lewat sains.

Bukti yang Bungkam

Mayat berbaring, lidahnya bisu,
tapi luka di tubuh menyimpan seribu kalimat.
Jika penyidik menutup mata pada tanda itu,
kebenaran terkubur bersama tanah yang pekat.

Grissom pernah berkata, “biarkan bukti yang bicara,”
namun telinga yang tuli memilih prasangka.
Maka keadilan pun jadi sandiwara,
dimainkan di panggung penuh dusta.

Catatan Mas Bojreng

#TruthInEvidence #SilentWitness #ForensicJustice #LetTheEvidenceSpeak #CSIReality
#SpiritualJourney #TrustInAllah #FaithOverFear #DivineGuidance #InnerPeace
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Merah Putih Selamanya

Dihalaman rumah pun masih berkibar bendera merah putih. Merah putih dari dulu merupakan bendera perlawanan. Merah putih berkibar....bukan berarti diam dan menyerah...


Merah Putih Selamanya

Di langit subuh yang lembut bersemi,
Merah menjulang laksana api berani,
Ia terbit dari darah yang tak gentar mati,
Melawan zalim, melawan tirani.

Putih bagai doa suci yang abadi,
Nurani terjaga dari noda duniawi,
Integritasnya teguh, tak pernah ternodai,
Idealisme berkaca pada cahaya Illahi.

Inilah benderaku, saksi janji bangsa,
Merah dan putih bersatu selamanya,
Tak ada kekuasaan yang mampu memaksa,
Ia berkibar gagah, melampaui masa.

O angin, bawalah kabar yang mulia,
Bahwa di bumi pertiwi tiada yang menggantikan dia,
Merah Putih berdiri di singgasana jiwa,
Bendera Indonesia, cahaya merdeka.

Catatan Mas Bojreng

#RedAndWhiteForever #CourageAndPurity #SpiritOfIndonesia #FlagOfIntegrity #FreedomAndJustice
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Monday, August 18, 2025

Kamu Tahu Gak Siapa Saya

Entah kenapa terasa capek sekali melihat bagaimana cara berpikir dan cara pandang orang.... sedemikian buruknya kah? Atau bagaimana? Inikah masyarakat Indonesia yang terkenal dengan adab dan kesantunannya?


“Kamu Tahu Gak Siapa Saya”

Hari ini kulihat bunga yang belum mekar,
tapi daunnya sudah menampar angin,
aroma belum ada, durinya sudah menusuk,
katanya: “Kamu tahu gak siapa saya?”

Adab, rupanya tak bisa dibeli di butik,
tak dijual di pasar emas atau permata,
ia menempel di hati, bukan di dompet,
tapi dompetnya berteriak lebih lantang dari otaknya.

Pongah itu pakaian yang lusuh di mata langit,
meski dilapisi jas harga ratusan juta,
sepatu mengilap tak menghapus jejak congkak,
yang mencium baunya hanyalah nurani yang sehat.

Semoga Allah menjauhkan kita dari musim seperti ini,
musim muda tapi layu akhlaknya,
musim kaya tapi miskin budi,
musim manusia yang tak sempat belajar menjadi manusia.

Catatan Mas Bojreng

#ArroganceIsUgly #RespectOverWealth #MannersMatter #StayHumble #CharacterOverCash
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Saat Ibadah Menjadi Suara


Shalat yang diterima adalah rahasia,

Namun ia kadang berbicara pada hati yang resah;
“Mengapa engkau berani melangkah ke jurang maksiat
Padahal sujudmu tadi masih hangat di hadapan Rabbul ‘Izzah?”

Puasa pun terkadang menjadi penjaga,
Menutup mata dari pandangan yang merusak jiwa;
Menegur lembut sebelum lidah tergelincir,
“Bukankah engkau tengah menahan lapar demi Dia?”

Namun ada yang rukuk dan sujudnya hanya letih,
Puasa mereka hanya dahaga tanpa makna;
Sebab ibadah tak berbuah akhlak,
Sayap habluminannas patah, tak mampu terbang menuju ridha-Nya.

Agama yang benar selalu mengikat dua cinta:
Cinta kepada Allah, dan kasih pada sesama;
Bila satu terlepas, terhentilah langkah,
Sebab jalan menuju-Nya adalah akhlak yang sujud bersama doa.

Pengingat diri Mas Bojreng

#WhispersOfPrayer #FastingSpeaks #WingsOfFaith #LoveAndAkhlaq #PathToTheBeloved
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Sunday, August 17, 2025

Kursi dan Kocek


Tak pandai bicara

Apalagi berpikir rata
Yang penting lomo
Biar dapat promo

Pidato seadanya
Isinya angin saja
Kocek tebal di depan
Logika entah di papan

Papan nama mentereng
Wibawa? Ah jarang kering
Rakyat diberi gula
Biar lupa pahit mula

Jiwa pimpin tak ada
Hanya kursi yang dijaga
Uang memang berbicara
Tapi akal? Menguap entah ke mana

Catatan Mas Bojreng


#MoneyOverMind #LeaderOrLoader #CashNotClass #BrainOnBreak #CrownByCoin
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Saturday, August 16, 2025

Sayap yang Tak Pernah Patah

Beberapa kali saya  melihat dan  membaca di media sosial tulisan begini: “JIKA KAMU BELAJAR TENTANG AGAMA, JANGAN LUPA JUGA BELAJAR TENTANG KEMANUSIAAN, AGAR KAMU TIDAK HANYA PINTAR IBADAH, TAPI JUGA PANDAI MENGHARGAI ORANG.”

Sekilas sih memang terdengar bijak kedengarannya tapi kalau dipikir-pikir, saya punya pendapat agak berbeda dengan tulisan itu, bolehkan saya mengutarakan tulisan pandangan saya. Karena menurut saya kalau orang bener-bener belajar agama dengan sungguh-sungguh, otomatis dia akan paham soal kemanusiaan.

Kenapa? Soalnya dalam agama itu ada dua hubungan yang harus dijaga: Habluminallah (hubungan sama Allah) dan Habluminannas (hubungan sama manusia). Nggak bisa cuma salah satunya, karena itu kayak sayap burung yang cuma satu—nggak akan bisa terbang.
Jadi, kalau ada orang yang rajin ibadah tapi nggak bisa menghargai orang lain, berarti belajar agamanya belum tuntas, atau mungkin cuma fokus di ritual tanpa memahami maknanya.

Agama itu nggak cuma soal sujud dan rukuk, tapi juga tentang sikap, akhlak, dan cara kita berinteraksi. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak, bukan cuma buat ngajarin cara shalat. Jadi, kalau kita bilang “belajar agama tapi nggak paham kemanusiaan,” sebenarnya yang kurang itu belajar agamanya, bukan perlu ditambahin pelajaran terpisah. Agama yang dipelajari dengan benar pasti bikin kita dekat sama Allah dan baik sama manusia.

Sayap yang Tak Pernah Patah

Agama adalah dua sayap burung,
satu mengepak menuju langit, satu merentang menyentuh bumi.
Jika kau terbang hanya dengan doa tanpa kasih,
kau jatuh sebelum sampai pada cahaya Ilahi.

Belajarlah hingga sujudmu menumbuhkan teduh,
dan rukukmu memeluk jiwa-jiwa di sekitarmu.
Karena Habluminallah dan Habluminannas adalah satu napas,
yang menghidupkan terbangmu menuju ridha-Nya.

Catatan Mas Bojreng

#FaithAndHumanity #WingsOfCompassion #PrayerAndKindness #HeartAndDeeds #PathToAllah
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Merdeka atau Sekadar Meriah


Di jalan raya bendera berkibar,

sorak sorai menutup sunyi nurani,
merdeka, katanya, lantang di bibir,
namun hati terbelenggu tak terbebas lagi.

Dulu darah tumpah demi harga diri,
bukan demi pesta lampu dan kembang api,
tapi demi tanah yang tak tunduk lagi,
dan jiwa yang tak dijual murah di meja negosiasi.

Kini merdeka dibungkus seremonial,
panem et circenses di layar nasional,
perut kenyang, pikiran lalai,
kebebasan dijual tuk sedikit hiburan murah.

Apakah ini warisan para pejuang?
Atau sekadar bayang di buku sejarah?
Jika merdeka hanya pesta tahunan,
maka kita belum bebas, hanya meriah belaka.

Catatan Mas Bojreng

#FreedomNotFestivity #TrueIndependence #WakeUpNation #BeyondCeremony #HonorTheHeroes
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Friday, August 15, 2025

Bekal Pulang


Pada saat shalat di masjid, saya meletakkan kacamata saya didepan saya, disebelah sebelah jamaah, ada yang meletakkan tas, kacamata, handphone, kunci dan masih banyak lagi jenisnya. Saat menghadap Allah,barang barang itu kita tinggal semua.

Sebagaimana saat kita meninggal nanti dan menghadap Allah SWT, yang kita bawa bukan rumah, bukan mobil, bukan saldo rekening, atau isi lemari yang penuh. Yang kita bawa cuma tiga: amal, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang shalih. Semewah apa pun hidup kita sekarang, semua akan ditinggal. Yang ikut ke alam kubur itu bukan barang, tapi catatan amal. 

Makanya penting banget buat mulai mikir, udah siap belum pulang ke Allah dengan bekal yang cukup?
Harta yang kita punya sekarang, kalau nggak digunakan untuk kebaikan, ya bakal jadi peninggalan yang diwarisin orang lain, bahkan bisa jadi sumber pertengkaran. Tapi kalau kita pakai buat bantu orang, bangun masjid, sedekah diam-diam, bantu anak yatim — justru itu yang akan nyelamatin kita nanti. 

Rasulullah SAW pernah bilang, "Kurangi harta, kurangi hisab." Artinya, makin sedikit yang kita kumpulkan untuk dunia, makin ringan pertanggungjawabannya di akhirat. Jadi, yuk mulai mikir bukan cuma soal banyak-banyakan harta, tapi banyak-banyakan manfaat.

Bekal Pulang

Bukan emas yang ikut ke liang,
Bukan rumah atau ladang terbentang.
Hanya amal yang setia datang,
Menjadi cahaya di alam bimbang.

Harta dunia cepat berlalu,
Jika tak dibagi, jadi debu.
Ringan hisab bagi yang tahu,
Sedekah sunyi jadi tamu.

Pengingat diri Mas Bojreng

#LessAttachmentMoreAkhirah #WeBringOnlyDeeds #SpendToLightenHisab
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Thursday, August 14, 2025

Ketika Ibadah Menjadi Bisikan Kekasih

 

Wahai Kekasih Abadi,

Engkau titipkan shalat sebagai bisikan rahasia,
Yang kadang memanggil di tengah langkahku menuju gelap,
“Jangan, kekasih-Ku… sujudmu barusan masih harum di sisi-Ku.”

Engkau jadikan puasa bagaikan dinding cahaya,
Menahan mata dari menatap api,
Menutup bibir dari kata yang mematahkan sayap jiwa,
Dan di balik lapar, aku merasakan pelukan-Mu.

Namun, ada yang rukuk tanpa rindu,
Ada yang sujud tanpa mengetuk pintu-Mu;
Mereka pulang hanya dengan debu,
Sebab sayap kemanusiaan mereka patah di tengah perjalanan.

Wahai Yang Memeluk Langit dan Bumi,
Ajari aku mencintai-Mu dengan dua tangan:
Satu menggenggam tali-Mu, satu meraih manusia,
Agar aku terbang kepada-Mu dengan kedua sayap yang utuh.

Pengingat diri Mas Bojreng

#WhispersOfPrayer #FastingSpeaks #WingsOfFaith #LoveAndAkhlaq #PathToTheBeloved
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Wednesday, August 13, 2025

Pinjaman yang Akan Kembali


Genggam erat, jangan lengah,

Peluk hangat selagi indah,
Segalanya bukan milikmu,
Hanya titipan yang rapuh.

Waktu berjalan, tak pernah tunggu,
Harta, cinta, jiwa bersatu,
Semua yang kini di sisimu,
Akan pulang ke asal yang satu.

Imam berkata, lembut menyejuk,
Segala milik-Nya, bukan kita punyanya,
Saat diambil, jangan terpuruk,
Karena yang dipinjam pasti akan kembali juga.

Hingga nanti saat kehilangan,
Semua hanya jadi kenangan,
Namun tersisa satu pegangan—
Pelajaran hidup penuh tuntunan.

Mas Bojreng

#CherishTheMoment #LifeIsTemporary #DivineTrust #EmbraceWithGratitude #LessonsInLoss
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng

Tuesday, August 12, 2025

Di Rumah Sakit, Hatiku Belajar

Entah kenapa ketika melihat timeline saya bersliewran ada yang baru tahu kalau pendidikan dokter spesialis itu dilakukan di rumah sakit.

Jadi teringat bahkan ketika istri saya hamil si sulung dan yang kedua pun, saya masih berstatus pendidikan, dan Alhamdulillah kami bisa menjalaninya dan membagi waktunya dengan baik.

Menjalani pendidikan dokter spesialis itu bukan lagi soal duduk di ruang kuliah sambil mencatat materi. Semua prosesnya terjadi di rumah sakit—di bangsal, ruang operasi, ruang bersalin, hingga IGD. Di sanalah saya menghabiskan hari-hari, menyaksikan langsung kehidupan, perjuangan, dan kadang perpisahan. Rasanya seperti tinggal di “rumah kedua” dengan keluarga besar yang berisi rekan sejawat dan teman seperjuangan, yang sudah seperti saudara sendiri. Ada tawa ketika berhasil membantu pasien pulih, atau sehabis melahirkan dengan ibu dan bayi yang sehat,  ada lelah yang terobati saat saling menyemangati. Suka dan duka bercampur, tapi semuanya indah untuk dikenang.

Yang membuat perjalanan ini semakin berharga adalah para guru—konsulen, tidak hanya yang di RS pusat saya belajar, tapi juga di RS lahan jejaring—yang tidak hanya membimbing kami dalam ilmu kedokteran, tapi juga mengajarkan adab, etika, dan norma hidup yang baik. Mereka selalu mengingatkan kami untuk menjaga hati dan menghindari moral hazard yang bisa merusak niat dan tujuan menjadi dokter. Nasihat mereka sederhana tapi dalam: ilmu tanpa akhlak akan kehilangan makna. Dan itu yang membuat setiap pelajaran, meski kadang berat, terasa seperti bekal berharga untuk dibawa seumur hidup.

Alhamdulillah hubungan kami dengan para guru, dan teman sejawat bertambah akrab dan baik.

Di Rumah Sakit, Hatiku Belajar

Di lorong-lorong putih aku berjalan,
mencatat detak hidup dan bisik kesabaran.
Teman menjadi saudara, lelah pun jadi pelukan,
setiap luka mengajariku arti keikhlasan.

Guru menanam ilmu di tanah hatiku,
menyiramnya dengan adab dan rasa malu.
Di antara nyawa dan doa yang bertemu,
aku belajar: menyembuhkan adalah ibadah yang tak jemu.

Catatan Mas Bojreng

#LifeInTheHospital #HealingJourney #MedicineWithHeart #LessonsBeyondBooks #DoctorsPath
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Monday, August 11, 2025

Sujud, Tempat Air Mata Pulang


Tiada bahu manusia yang kini kucari,

bukan peluk, bukan tatap yang memahami.
Di atas sajadah kuselipkan jerit hati,
sujudku—tempat air mata menepi.

Kepada dunia, tiada kata kuucap,
tiada tangis yang mengalir di hadapan siapa pun.
Namun kepada-Mu, Ya Allah, kupasang senyap
dalam isak yang lirih, tanpa bunyi pun.

Satu-satu kubuka luka dalam doa,
tiap denyut kutitipkan dalam diam panjang.
Kau dengar segalanya—meski tak kuucap suara,
dan sujudku jadi tempat segalanya berpulang.

Biarlah dunia buta akan apa yang kurasa,
tak perlu mereka tahu pedih yang kubawa.
Cukuplah Engkau, Ya Allah, Sang Maha Asa,
yang menampung tangis dalam cinta yang tak pernah sirna.

Pengingat diri Mas Bojreng

#TearsInSujood #DivineSolace #SilentPrayers #FaithOverPain #OnlyToAllah
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Friday, August 8, 2025

Merah Putih Perlawanan

Bendera Merah Putih itu bukan cuma kain dua warna. Ini udah dipakai dari zaman kerajaan kayak Majapahit. Pertama kali dikibarin buat tanda Indonesia merdeka itu pas 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Yang jahit? Ibu Fatmawati, istrinya Bung Karno. Hari itu, bendera ini jadi tanda resmi kita bebas dari Belanda sama Jepang.

Merah artinya berani, putih artinya suci. Tapi lebih dari itu, Merah Putih tuh simbol ngelawan penjajahan, ketidakadilan, sama kesewenang-wenangan. Setiap kali dia berkibar, itu pengingat kalau kemerdekaan ini dibayar pakai darah dan nyawa para pahlawan. Jadi jangan cuma lihat warnanya, tapi inget maknanya.


Merah Putih Perlawanan

Merahmu nyala keberanian,
Putihmu cahaya keteguhan iman,
Berkibar lantang di medan perlawanan,
Lawan ketidakadilan, hancur kesewenang-wenangan.

Di bawah kibarmu tekad menyala,
Takkan tunduk pada kuasa yang semena-mena,
Keadilan tegak, rakyat merdeka,
Indonesia jaya, selamanya.

Catatan Mas Bojreng

#RedAndWhite #FightForJustice #AgainstTyranny #SpiritOfFreedom #IndonesiaUnited #indepence #merdeka
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Thursday, August 7, 2025

Bisik Malam untuk papa


Dalam gelap, kupeluk sunyi

dua bulan kuiringi napasmu yang lirih
meski bibirmu diam tak bersuara
namamu tak pernah lupa dari doaku

Laa hawla walaa quwwata illa billah
kubisikkan di sela gemetar waktu
Ashadu alla Ilaha Illallah wa ashadu anna Muhammadar Rasulullah
semoga sakitmu gugurkan beban yang lalu

Sujudku jadi bahasa rindu
kuucap harap di sajadah yang basah
agar Allah balut lukamu
dengan rahmat yang tak pernah lelah

Besok kau pulang, entah kenapa
hatiku gemetar digerayangi rindu
maafkan anakmu yang masih belajar
mencintai tanpa menunggu waktu

Mas Bojreng dalam diam

#LoveAndPrayer #HealingJourney #FatherAndChild #SilentGoodbye #FaithAndHope
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Sunday, August 3, 2025

Menemukan Nikmat dalam Pelan

 

Beberapa saat yang lalu saya mendapat nasehat dan pengingat diri.

“Menemukan Nikmat dalam Pelan”

Sekarang ini semuanya serba cepat. Bangun tidur langsung pegang HP, makan buru-buru, ibadah pun kadang kayak kejar setoran. Padahal, hidup itu bukan lomba. Islam justru ngajarin kita buat pelan-pelan, biar kita bisa lebih sadar, lebih tenang, dan lebih bersyukur.

Nabi Muhammad ﷺ ngasih contoh shalat yang santai tapi khusyuk. Setiap gerakan ada jedanya, nggak asal gerak. Namanya tumakninah—berhenti sebentar supaya hati juga ikut ruku dan sujud, bukan cuma badan doang. Makan dan minum juga gitu, diajarin mulai dengan "Bismillah", pelan-pelan, dan ditutup dengan "Alhamdulillah".

Karena nikmat itu seringnya kerasa kalau kita sadar dan nggak buru-buru.
Hidup pelan itu bukan berarti kita malas atau lelet. Tapi kita jadi punya waktu buat mikir, merhatiin sekitar, dan ngobrol dari hati ke hati. Jalan kaki misalnya, bisa jadi momen buat lihat langit, dengerin suara burung, atau senyum ke orang lain. Ngomong pelan juga bukan berarti kita lemot, tapi biar kata-katanya lebih enak dan nggak nyakitin.

Dengan pelan, kita jadi lebih dekat sama Allah. Karena dalam pelan itu ada rasa syukur, ada waktu buat dzikir, dan ada ketenangan yang bikin hati adem. Jadi, coba deh, pelanin langkahmu. Rasain hidupnya. Nikmatin setiap detiknya.

“Di Jalan yang Pelan”

Langkahku lambat menapaki waktu,
Kutemui Allah dalam detik yang syahdu.
Bukan cepat yang kutuju,
Tapi makna di balik satu-satu.

Dalam senyap suapan dan dzikir,
Kupetik nikmat tanpa tergilir.
Hidup bukan lomba mengejar akhir,
Tapi taman tenang untuk bersyukur dan berpikir.

Catatan Mas Bojreng

#SlowLiving #MindfulMoments #SacredPace #GracefulJourney #StillnessWithin
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

Bukti yang Bungkam

Serial CSI (Crime Scene Investigation) itu keren banget karena nunjukin gimana bukti kecil bisa jadi kunci buat ngebongkar kasus besar. Jad...