Sunday, August 18, 2024

Ini adalah cerita tentang saya

Beberapa saat yang lalu saat menghadiri pernikahan keponakan, smart watch saya tiba tiba berbunyi memberikan peringatan, heart rate saya naik sampai 137x/menit padahal saya dalam kondisi istirahat.

Yup itulah tanda kegelisahan saya muncul. Dalam suatu ruangan yang cenderung tertutup dan banyak sekali orang berkumpul. Tapi harus saya tahankan, ambil napas dan hembuskan pelan pelan, berjalan keluar ruangan sebentar.


Sebagai seorang yang cenderung introvert dan memiliki kecenderungan klaustrofobia, hidup sering kali terasa seperti perjuangan melawan ketidaknyamanan dan kegelisahan yang terus mengintai. Banyak orang mungkin tidak menyadari betapa menantang rasanya berada di tengah kerumunan, apalagi di ruang tertutup yang membatasi kebebasan gerak dan menambah tekanan mental. Bagi saya, setiap interaksi sosial, terutama ketika berbicara dengan orang lain atau menjadi pembicara di hadapan banyak orang, adalah pengalaman yang menguras tenaga, baik secara fisik maupun psikis.

Sebagai seorang introvert, keinginan untuk menyendiri dan menarik diri dari keramaian adalah sesuatu yang alami. Berada di tengah orang banyak sering kali menciptakan rasa tidak nyaman yang mendalam. Bukan berarti saya tidak suka berinteraksi dengan orang lain, tetapi energi yang terkuras dalam setiap percakapan membuat saya merasa lelah lebih cepat. Proses ini tidak hanya menguras fisik, tetapi juga pikiran saya, membuat saya sering kali merasa gelisah dan tegang.

Klaustrofobia saya semakin memperparah situasi ini. Rasa takut dan cemas ketika berada di ruang tertutup atau sempit kadang sulit diatasi. Pengalaman menjalani pemeriksaan MRI, misalnya, adalah salah satu situasi di mana kegelisahan saya memuncak. Berada dalam tabung sempit dengan suara bising yang menggema, tanpa kemampuan untuk bergerak bebas, menciptakan rasa ketidaknyamanan yang luar biasa. Pikiran saya berlarian ke segala arah, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang tampak tak terhindarkan. Dalam situasi seperti itu, saya sering kali merasa seolah-olah terperangkap dalam diri sendiri, dengan ketakutan yang membanjiri pikiran saya.

Untuk mengurangi rasa cemas, saya berusaha menghindari penggunaan lift. Menaiki tangga, meskipun lebih melelahkan, memberi saya rasa kendali yang lebih besar. Setidaknya, saya bisa merasakan kebebasan untuk bergerak dan tidak merasa terjebak dalam kotak besi kecil yang mengangkut saya ke lantai lain. Ini mungkin tampak seperti tindakan kecil, tetapi bagi seseorang yang mengalami klaustrofobia, ini adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan mental.

Bahkan sampai saat ini saya memilih berolahraga sepeda ataupun lari selalu memilih sendirian.

Namun, ada satu pemikiran yang kadang muncul dalam benak saya, meski terkesan suram: suatu saat, klaustrofobia ini akan hilang ketika saya sudah masuk liang lahat. Saat itu, saya akan benar-benar sendiri, dalam keheningan dan kegelapan yang abadi. Ini adalah momen di mana klaustrofobia tidak lagi relevan, karena kesendirian itu menjadi takdir yang tak terelakkan bagi setiap manusia. Pemikiran ini, meskipun menakutkan, juga mengingatkan saya untuk tidak terlalu memfokuskan diri pada ketakutan-ketakutan kecil yang saya alami saat ini.

Jadi mohon dimaafkan kalau sering disaat ada undangan pernikahan atau apapun, saya akan cenderung tandatangan buku tamu, salaman memberi ucapan dan doa, kemudian lanjut pulang.

Saat ini, saya sedang belajar untuk menikmati kesendirian saya. Diam dan sendiri, itulah dua hal yang semakin saya hargai seiring berjalannya waktu. Bagi sebagian orang, kesendirian mungkin tampak sebagai sesuatu yang menakutkan atau menyedihkan, tetapi bagi saya, ini adalah ruang untuk menemukan ketenangan dan memahami diri sendiri dengan lebih baik. Dalam kesunyian, saya bisa berpikir dengan jernih, tanpa gangguan dari luar. Ini adalah momen di mana saya benar-benar bisa menjadi diri saya sendiri, tanpa perlu berpura-pura atau menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.

Saya sering kali menemukan kedamaian dalam diam. Diam bukanlah tanda kelemahan atau ketakutan, melainkan sebuah cara untuk meresapi momen, untuk merasakan keberadaan diri tanpa perlu berbicara. Diam memberi saya kesempatan untuk merenung, untuk mengevaluasi apa yang telah saya alami dan bagaimana saya bisa tumbuh dari setiap pengalaman. Dalam diam, saya menemukan kekuatan yang mungkin tidak tampak di permukaan, tetapi sangat berarti dalam menjaga keseimbangan batin saya.

Surah Al-Isra, Ayat 36: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya."

Oleh karena itu, saya meminta kepada orang-orang di sekitar saya untuk memahami bahwa saat ini, saya membutuhkan waktu untuk sendiri. Ini bukan karena saya ingin menjauhkan diri dari mereka, tetapi karena saya perlu waktu untuk merangkul kesendirian saya dan menemukan ketenangan dalam diri sendiri. Mengusik keheningan ini hanya akan mengganggu proses yang sedang saya jalani, membuat saya kembali terjebak dalam kegelisahan yang terus-menerus.

Kesendirian adalah teman yang saya pelajari untuk dihargai. Di dalamnya, saya menemukan kekuatan yang tidak saya temukan di tempat lain. Saya belajar untuk menerima diri saya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang saya miliki. Dalam kesendirian, saya bisa melihat hidup dengan perspektif yang lebih jernih, tanpa gangguan dari kebisingan dunia luar. Saya bisa merencanakan langkah-langkah ke depan dengan lebih baik, dengan fokus pada apa yang benar-benar penting bagi saya.

Di akhir hari, saya sadar bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dijalani sendiri, meskipun kita dikelilingi oleh orang-orang yang kita cintai. Pada akhirnya, setiap orang harus menghadapi tantangan dan ketakutannya sendiri. Saya memilih untuk menghadapi ketakutan saya dengan cara saya sendiri, dengan berusaha menikmati kesendirian dan keheningan yang ada di sekitar saya. Biarkanlah saya dalam diam dan sendiri dahulu, karena dalam momen-momen itu, saya menemukan diri saya yang sebenarnya.

The story of Mas Bojreng Life

#IntrovertLife #ClaustrophobiaStruggles #EmbracingSolitude #MentalHealthJourney #FindingPeaceInSilence #OvercomingAnxiety #SelfReflection #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Dalam Lantun Surah Al-Kahfi

Terdengar lembut ayat berseri, Al-Kahfi lantun menyejuk diri. Bibirku ikut, lirih bernada, Mengalir damai ke relung jiwa. Kenangan datan...