Friday, July 19, 2024

Membaca buku... suatu nostalgia atau kenangan saja?

Beberapa saat yang lalu ketika saya ke toko buku, saya melihat rak buku yang berisi buku-buku yang mengisi waktu saya saat kecil dan remaja dahulu yang dicetak ulang. Ada buku Lima Sekawan karya Enid Blyton dan Lupus karya Hilman. Senang sekali melihatnya, seolah-olah membawa saya kembali ke masa lalu. Tapi, di satu sisi, saya merasa pesimis apakah buku-buku lain seperti Trio Detektif, Sapta Siaga, atau Hardy Boys juga akan dicetak ulang. Kebiasaan membaca sekarang ini sepertinya semakin jauh ditinggalkan, bahkan beralih ke ebook juga tidak.


Anak-anak zaman sekarang lebih suka menonton film atau video pendek di media sosial. Padahal, ada banyak keasyikan saat membaca yang tidak akan dirasakan saat menonton. Ketika kita membaca, imajinasi kita berkembang, kita membangun dunia dan karakter di dalam pikiran kita sendiri. Ini adalah pengalaman yang sangat berbeda dibandingkan dengan menonton, di mana segala sesuatunya sudah disajikan dan kita hanya tinggal melihat.


Saya masih ingat betapa serunya membaca buku-buku petualangan dan detektif saat kecil. Setiap halaman membawa kejutan dan ketegangan tersendiri. Saya juga suka membaca buku di toko buku bekas. Bau apak dari buku-buku tua adalah wewangian yang khas bagi saya, yang menambah kenangan dan nostalgia masa lalu.

Namun, kini toko buku semakin banyak yang tutup, dan ini sangat menyedihkan. Saya akhirnya lebih sering beralih ke toko buku online. Tapi, keasyikan memilih buku sangat berkurang dibandingkan saat datang ke toko buku, melihat-lihat rak, merasakan ketebalan buku, dan akhirnya memutuskan untuk membeli. Pengalaman ini sangat berharga dan tidak tergantikan oleh toko buku online.

Bahkan toko buku yang ada sekarang ini bagian buku bacaannya semakin tergeser oleh bagian stationary atau alat tulis. Rasanya sedih melihat bagian buku semakin kecil dan tidak mendapat perhatian yang seharusnya. Buku-buku baru mungkin masih banyak dicetak, tapi bagaimana dengan buku-buku lama yang membawa kenangan dan nostalgia?

Saya berharap kebiasaan membaca bisa kembali lagi seperti dulu. Mungkin dengan cara yang berbeda, tapi semoga esensinya tetap sama. Misalnya, ada perpustakaan yang menyediakan ruang baca yang nyaman, atau acara-acara yang mempromosikan buku dan membaca. Karena membaca bukan hanya tentang mengisi waktu luang, tapi juga tentang memperkaya pengetahuan, membuka wawasan, dan melatih imajinasi.

Semoga saja buku-buku seperti Trio Detektif, Sapta Siaga, atau Hardy Boys bisa dicetak ulang dan ditemukan di rak-rak toko buku lagi. Bukan hanya untuk generasi saya, tapi juga untuk anak-anak sekarang yang mungkin belum mengenal buku-buku tersebut. Siapa tahu, mereka juga bisa merasakan keseruan dan keasyikan yang sama seperti yang saya rasakan dulu.

Namun, perubahan memang tidak bisa dihindari. Teknologi dan gaya hidup yang semakin cepat membuat kebiasaan membaca semakin tersingkir. Tetapi, saya percaya bahwa buku dan membaca akan selalu memiliki tempatnya sendiri. Mungkin tidak sebanyak dulu, tapi tetap ada.

Jadi, meskipun saya merasa pesimis, saya juga masih berharap. Harapan bahwa suatu hari nanti, saya bisa melihat lebih banyak buku-buku klasik dicetak ulang dan ditemukan di rak-rak toko buku. Harapan bahwa kebiasaan membaca bisa kembali lagi, meski dengan cara yang berbeda.

Mungkin saya hanya seorang yang bernostalgia, tapi saya percaya bahwa ada banyak orang di luar sana yang merasakan hal yang sama. Yang merindukan sensasi membuka halaman baru, aroma kertas yang khas, dan keasyikan tenggelam dalam dunia yang diciptakan oleh kata-kata.

Mungkin kita perlu berusaha lebih untuk mempromosikan kebiasaan membaca. Membuatnya terlihat menarik dan relevan untuk generasi sekarang. Mungkin dengan cara menggabungkan teknologi dengan buku, seperti membuat ebook yang interaktif atau aplikasi membaca yang menarik.
Walaupun masih kurang asyik buat saya membaca ebook hahaha..

Akhirnya, membaca adalah pengalaman yang personal dan unik untuk setiap orang. Tidak ada yang bisa memaksa orang untuk menyukai membaca, tapi kita bisa mencoba untuk membuatnya lebih menarik dan menyenangkan. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, anak-anak sekarang juga akan memiliki kenangan indah dengan buku-buku yang mereka baca, sama seperti saya dulu.

Jadi, mari kita terus mendukung dan mempromosikan kebiasaan membaca. Karena meskipun zaman berubah, keasyikan membaca tidak akan pernah tergantikan. Buku akan selalu menjadi jendela dunia, sumber pengetahuan, dan ruang imajinasi yang tak terbatas.

Meskipun saya merasa pesimis melihat situasi sekarang, saya juga merasa optimis bahwa buku dan membaca akan selalu ada, meski dalam bentuk yang berbeda. Kita hanya perlu beradaptasi dan menemukan cara baru untuk menjaga kebiasaan membaca tetap hidup. Karena pada akhirnya, membaca adalah tentang menemukan kesenangan dan makna dalam kata-kata, dan itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah hilang.
Semoga......

"A room without books is like a body without a soul." – Marcus Tullius Cicero

Catatan Mas Bojreng

#Nostalgia #BookLovers #ReadingIsFun #BookstoreAdventures #ChildhoodMemories #ClassicBooks #ReadingHabits #EbooksVsPrint #Imagination #BookSmell #SaveBookstores #BookSelection #ReadingCulture #BookCommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Dalam Lantun Surah Al-Kahfi

Terdengar lembut ayat berseri, Al-Kahfi lantun menyejuk diri. Bibirku ikut, lirih bernada, Mengalir damai ke relung jiwa. Kenangan datan...