Gampanglahhh tinggal pencet aja kok susahnya dimana sih?
Memotret, bagi sebagian orang, dapat terlihat seperti tugas yang sederhana — hanya menekan tombol 'shutter' pada kamera dan 'click', sebuah gambar pun tercipta. Namun, bagi mereka yang mendalami dunia fotografi, memotret tidak sekedar mengarahkan kamera dan mendapatkan gambar spontan. Untuk menghasilkan foto yang tidak hanya bagus tetapi juga bermakna dan memikat, diperlukan persiapan yang cermat, pengenalan lingkungan, pemahaman atas karakter objek, serta interpretasi suasana yang tepat.
Pengenalan Lingkungan
Pertimbangan pertama dalam fotografi berkualitas adalah pengenalan lingkungan. Seorang fotografer perlu tahu element apa saja yang menyusun sebuah lingkungan—cahaya, tekstur, komposisi, dan warna. Cahaya, misalnya, merupakan elemen vital yang sangat mempengaruhi estetika foto. Sinar pagi memberi efek hangat dan lembut, sedangkan sinar sore mungkin memberikan kecerahan yang lebih dramatis. Mengenal lingkungan juga berarti menyadari unsur-unsur yang dapat mengganggu seperti kabel listrik yang melintang atau papan iklan yang mencolok di latar belakang yang bisa mengurangi keindahan foto.
Pengenalan Karakter Orang
Ketika subjek foto adalah manusia, memahami karakter mereka menjadi kunci. Setiap orang membawa aura dan kepribadian yang berbeda yang dapat dituangkan dalam foto. Fotografer yang baik akan menghabiskan waktu untuk berinteraksi dan membangun koneksi dengan subjek, sehingga dapat menangkap esensi nyata dari orang tersebut. Photo candid mungkin menangkap momen-momen tak terduga yang mencerminkan jiwa subjek, sementara pose yang diatur dapat menampilkan sisi yang lebih formal tapi tak kalah menarik.
Suasana Pemotretan
Fotografi adalah seni yang menangkap suasana hati. Suasana yang ada saat pemotretan sangat berpengaruh terhadap hasil foto. Ketegangan, kegembiraan, kesedihan, atau kenyamanan bisa terasa dalam gambar yang dihasilkan. Kondisi alam seperti cuaca juga memainkan peran penting. Misalnya, langit mendung bisa memberikan nuansa dramatis, sementara cuaca cerah bisa menghasilkan foto yang ceria dan penuh warna. Seorang fotografer harus peka dan mampu memanfaatkan suasana yang ada untuk menciptakan foto yang mengesankan.
Mood dan Perasaan
Mood dan perasaan atau emosi yang dirasakan oleh fotografer serta subjeknya juga tak kalah pentingnya. Emosi yang fotografer bawa ke dalam proses pemotretan dapat diinfuskan ke dalam foto. Sebuah foto yang diambil dengan perasaan cinta dan kehangatan, misalnya, akan berbeda aura dan pengaruhnya dibandingkan dengan foto yang diambil dalam keadaan terburu-buru atau tanpa perasaan. Mood dalam fotografi sering dianggap sebagai 'jiwa' dari foto itu sendiri.
Faktor Pendukung Lain
Selain keempat faktor utama tersebut, terdapat banyak faktor pendukung yang tak kalah penting. Misalnya, pengetahuan teknis tentang kamera, pemilihan lensa, setting eksposur, penggunaan tripod, dan aksesori pelengkap lainnya. Semua ini harus dikuasai dan digunakan dengan tepat untuk meningkatkan kualitas foto yang dihasilkan.
Penggunaan teknologi pasca-pemotretan seperti software edit foto juga kerap digunakan untuk memperhalus atau memperkuat ekspresi yang ingin ditampilkan dalam foto. Namun, inti dari fotografi tetap pada kemampuan menangkap momen dengan pengamatan yang tajam dan eksekusi yang tepat.
Terlepas dari semua faktor teknis, inti memotret adalah tentang bercerita. Foto yang bagus sering kali adalah foto yang berhasil menyampaikan cerita tanpa kata-kata, yang bisa menggugah perasaan seseorang, atau menciptakan kesan yang bertahan lama. Semua teknik, peralatan, dan kepekaan ini berperan dalam membantu fotografer menyampaikan ceritanya secara visual.
Memotret yang baik, pada dasarnya, adalah kombinasi dari keterampilan teknis dan sensivitas artistik. Pengolahan kedua aspek ini akan menghasilkan karya yang tidak hanya menyenangkan mata tetapi juga menggerakan hati. Kamera hanyalah alat; mata, hati, dan pikiran fotograferlah yang sebenarnya menentukan sebuah gambar atau foto menjadi luar biasa.
Buat seorang moody seperti saya, yang sering terjadi ketika mood gak ada akhirnya hanya berjalan dan mengobrol saja, kamera hanya dibawa saja. Dan memang ini adalah kebiasaan saya. Kalau pas mood turun, saya mending gak praktek. Salah seorang sahabat pernah cerita, kamu cocoknya jadi seniman aja, gak tergantung uang tapi tergantung sama mood.
Catatan Mas Bojreng di saat lelah...
Gak tahu juga ada yang baca sampai selesai atau tidak..
Nulis ini karena muncul mood untuk menuliskan. Mumpung pakai laptop hahahaha
Matur nuwun pak Sidiq Nur Seto sudah dikendid
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment