Empati dalam mengangkat beban kehidupan, tersenyumlah...
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam perjalanannya tidak terlepas dari rangkaian tantangan dan cobaan. Di dalam setiap detak-detak waktu, tiada hari tanpa permasalahan, baik itu kecil maupun besar, yang hadir silih berganti layaknya alunan ombak di tepi pantai. Setiap individu memiliki metode tersendiri dalam menghadapi beban kehidupan ini. Ada yang terbiasa mengatasinya sendiri, dengan tenaga dan pikiran mereka sendiri, serta ada pula yang menemukan kenyamanan dan kekuatan dalam berbagi beban bersama orang lain, seperti istri atau sahabat.
Ketika menghadapi permasalahan, terkadang instink pertama kita adalah untuk menutup diri dan merenung dalam kesendirian. Kita cenderung berpikir bahwa mengatasi masalah sendiri adalah tindakan yang murni dan heroik. Namun, kehidupan telah mengajarkan bahwa beberapa beban menjadi lebih ringan ketika dibagi. Membuka hati dan pikiran untuk mendiskusikan masalah dengan pasangan atau sahabat dekat bisa menjadi langkah nyata dalam mencari solusi.
Ada kekuatan dalam persekutuan dan kerjasama. Helen Keller, seorang pengarang dan aktivis yang luar biasa, pernah berkata, "Walking with a friend in the dark is better than walking alone in the light." Kata-katanya mengingatkan kita bahwa saat kita berbagi beban dengan orang lain, kegelapan masalah yang kita hadapi tiba-tiba menjadi terang karena ada cahaya yang lahir dari dukungan bersama.
Kekuatan ini bukan hanya diakui dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam ajaran agama seperti Islam. Islam menjunjung tinggi nilai silaturahmi, kebersamaan, dan musyawarah sebagai bagian dari solusi dalam menghadapi masalah. Salah satu prinsip dalam Islam adalah bahwa kebersamaan dalam kebaikan dan ketakwaan dapat mengangkat beban dan kesulitan. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, dan menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104). Ayat ini tidak hanya menyerukan kepada kebaikan dalam pelaksanaan ibadah pada-Nya tapi juga dalam hal bermasyarakat, termasuk dalam saling membantu menghadapi masalah bersama-sama.
Allah swt selalu ada dan selalu mendengar apa yang kita rasakan. Sujudlah....
Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan pentingnya berbagi beban dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, yang berbunyi, “Siapa yang meringankan kesulitan saudara Muslim, maka Allah akan meringankan kesulitannya di dunia dan akhirat.” Di sini, pengajaran Islam menekankan bahwa ketika seseorang memilih untuk tidak sendirian dalam beban, melainkan memilih untuk berbagi dan meringankan beban orang lain, keberkahan dan pertolongan dari Allah akan menyertai kedua belah pihak.
Dengan demikian, dalam Islam, membawa permasalahan atau beban hidup bersama dengan istri atau sahabat tidak hanya dilihat sebagai sebuah tindakan bahu-membahu menghadapi hidup, tetapi juga sebagai realisasi dari ajaran-ajaran agama yang mengedepankan kegotongroyongan dan rasa empati antarsederhana.
Ketika berbicara mengenai berbagi beban dan pengaduan, penting juga untuk mengingat bahwa komunikasi adalah kuncinya. Pidato dari seorang tokoh humanitaria, Mother Teresa, memberikan kita pandangan bahwa, “I believe the biggest disease today is not leprosy or tuberculosis, but rather the feeling of being unwanted, uncared for, and deserted by everybody.” Bila ditinjau dari sudut pandang ini, menjadi jelas bahwa hakikat berbagi beban dan masalah tidak hanya sebatas pemecahan masalah, tetapi juga tentang penciptaan hubungan dan rasa memiliki yang memberi kekuatan tambahan kepada kita.
Jadi, dalam menggali lebih dalam tentang pentingnya berbagi beban dalam kehidupan, kita belajar bahwa ini bukan hanya tentang mengurangi berat, melainkan tentang memperkaya hubungan manusiawi yang kita pintal dan menemukan kekuatan kolektif yang dapat menerangi jalan kita melalui tantangan-tantangan paling gelap sekalipun. Dimensi ini yang juga ditekankan Islam, bahwa berbagi dan berempati adalah bagian dari menjadi pribadi yang baik dan bertakwa.
Dengan merenungi semua ini, kita menemukan bahwa solusi dari permasalahan hidup sering terletak pada kemampuan kita untuk tidak hanya mencapai tangan kita sendiri dalam upaya mencari jawaban, tetapi juga untuk meraih tangan orang lain, berjalan bersama-sama dalam suasana hati yang penuh dengan rasa percaya dan saling mendukung.
Alhamdulillah ini yang saya rasakan dahulu (1999) ketika ada gadis berkacamata besar yang membantu mengangkat beban berat yang saya bawa.
I love you more and more Ade
Catatan Mas Bojreng
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment