Tuesday, February 20, 2024

Istighfar..... Harus banyak diucapkan

 Istighfar harus banyak saya ucapkan.....

Ketika melihat di lini masa bersliweran kata kata ejekan atau menghina seseorang baik fisik maupun pola pikir, mengingatkan saya akan masa kecil saya, jujur saya sering mendapatkannya.

Bahkan kata kata hinaan ejekan yang bersliweran itu dari orang yang level pendidikannya tinggi ataupun orang yang mampu bahkan berlebih secara finansial.


Entah kenapa membuat saya pengen membuat tulisan untuk pengingat diri saya sendiri.


Menulis tentang hukum menghina atau mengejek orang lain dalam pandangan Islam memerlukan pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Islam merupakan agama yang mengedepankan akhlak dan kehormatan setiap individu, sehingga prilaku menghina atau mengejek individu lain sangat bertentangan dengan nilai-nilai ini.


Dalam Islam, kehormatan, martabat, dan perasaan setiap individu sangat dilindungi. Tindakan menghina atau mengejek orang lain—baik atas dasar fisik, pola pikir, atau aibnya—dilarang keras. Hukuman yang berkaitan dengan perbuatan tersebut bukan hanya di dunia melainkan juga di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an dan dijelaskan melalui hadis Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya menjaga lisan dan berperilaku baik terhadap sesama manusia.


Keutamaan Menjaga Lisan


Menjaga lisan dianggap sebagai salah satu keutamaan dalam Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa seseorang tidak dapat dikatakan beriman sepenuhnya sampai dia mampu menjaga lisannya. Tidak menyakiti orang lain dengan kata-kata adalah bagian dari iman.


Akibat Menghina atau Mengejek Orang Lain


Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Hujurat ayat 11 melarang umat manusia untuk saling ejek-mengejek dan mencela, yang secara tidak langsung bisa menyebabkan permusuhan dan pertikaian. Tindakan ini bisa mencemarkan kehormatan diri sendiri di hadapan Allah dan manusia.


Hubungan Sesama Manusia


Islam menekankan hubungan baik antarsesama manusia. Menghina atau mengejek orang lain dapat merusak hubungan tersebut. Hal ini dapat merendahkan martabat orang yang dihina serta bisa memicu rasa dendam dan permusuhan, yang jelas-jelas dilarang dalam ajaran Islam.


Aib Menurut Islam


Mengungkap aib orang lain adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji. Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa orang yang senang mencari-cari dan menyebarkan aib orang lain tidak akan masuk surga. Hal ini karena semua manusia memiliki kekurangan dan kesalahan, dan Islam mengajarkan untuk saling menutupi kekurangan itu - bukan membukanya.


“Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya walau ia di dalam rumahnya.” (H.R. Ibnu Majah)


Introspeksi Diri


Sebelum menghina atau mengejek orang lain, seorang muslim diajak untuk introspeksi diri. Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya juga memiliki kekurangan dan dosa, maka ia akan merasa tidak layak untuk menghina orang lain. Ayat Qur'an dan hadis banyak mengingatkan tentang pentingnya muhasabah (introspeksi) ini.


Rekonsiliasi dan Maaf


Islam juga mengajarkan pentingnya rekonsiliasi dan meminta maaf atas kesalahan, termasuk dalam hal menghina atau mengejek orang lain. Proses ini tidak hanya memperbaiki hubungan antarmanusia tapi juga membersihkan dosa di hadapan Allah SWT.


Islam adalah agama yang mengutamakan kesucian hati dan perilaku. Hukum menghina atau mengejek orang lain sangat jelas - itu adalah perbuatan tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Setiap umat dianjurkan untuk bersikap santun, menjaga hubungan baik, dan selalu introspeksi diri. Dalam konteks yang lebih luas, penghinaan dan ejekan meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh Islam dan berpotensi merusak tatanan sosial yang harmonis. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita menjauhi perbuatan tersebut dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, yang senantiasa menghindarkan diri dari perkara yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain di mata Allah SWT.


Apakah dengan menulis ini berarti saya orang baik? Saya masih belajar dan berusaha ke arah sana. 

Jika saat ini saya tampak hebat dan baik dimata orang, itu hanya karena Allah taala menutupi aib dan keburukan saya. Jika tidak, maka habislah saya. Terpuruk, seterpuruk-terpuruknya. Malu, semalu-malunya. Hina, sehina-hinanya. Seperti tak ada lagi tempat tersedia untuk menerima saya.


“Andai dosa (aib) itu berbau, niscaya tidak ada yang mau duduk di sebelahku”


Perkataan Muhammad bin Wasi’ di atas mengingatkan kita tentang salah satu bentuk kasih sayang Allah, yaitu menutup aib hamba-Nya.


Jika berkenan, Allah swt bisa saja membuka aib-aib tersebut dan membuat kita tercela di mata manusia. Namun nyatanya tidak demikian.


Saya membayangkan jika dunia ini dipenuhi CCTV, dan orang-orang bisa mengetahui bagaimana buruknya perangai kita saat sendiri. Tentu tidak ada yang mau berteman apalagi memberi bantuan.


Maka dari itu, yuk syukuri kasih sayang yang Allah berikan dengan tidak mengumbar aib-aib kita dan saudara saudara kita di masa lalu.


Yah ini catatan pengingat diri saya, sambil membikin laporan operasi.


Catatan Mas Bojreng


#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...