Alhamdulillah ketika tadi pagi sedang ngobrol dengan pak Harto Prayitno kemudian kami mendapatkan pencerahan dari pak Munirul Anam
Oke deh saya mencoba membikin tulisan dari pencerahan beliau dalam bentuk tulisan ini.
"Senandung Ketenteraman Jiwa: Berlabuh di Pelabuhan Iman"
Ketenangan dan kenyamanan dalam hidup seringkali menjadi tujuan utama bagi banyak orang. Kedua hal ini seolah menjadi sumber energi dan inspirasi yang tak ternilai harganya, terlebih dalam konteks bekerja, di mana ketenangan bisa memberi imbas positif bagi produktivitas dan kreativitas seseorang.
Dalam perspektif Islam, kehidupan yang tenang dan nyaman tidak hanya diukur dari kelimpahan materi, melainkan lebih pada kecukupan, kepuasan, dan keharmonisan jiwa. Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia ini bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan penyeberangan menuju kehidupan akhirat yang kekal. Oleh karena itu, sumber ketenangan dan kenyamanan menurut Islam bukanlah semata-mata dari pemenuhan hasrat duniawi, melainkan lebih pada kesejukan rohani dan mental.
Ketenangan batin dalam Islam seringkali dikaitkan dengan konsep 'Tawakal' – yakni penyerahan diri dan percaya sepenuhnya kepada Allah SWT bahwa segala sesuatu telah diatur dengan sempurna. Ketenangan ini mencakup aspek keyakinan bahwa Allah telah menyediakan rezkinya untuk setiap makhluk-Nya. Termasuk di dalamnya adalah pemahaman bahwa nafkah yang diterima dari bekerja tidak semata-mata hasil jerih payah sendiri, melainkan juga berkat dan karunia dari-Nya.
Islam mengajarkan umatnya untuk berkerja keras dan berusaha semaksimal mungkin. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah makan seseorang makanan yang lebih baik daripada apa yang dihasilkan oleh tangannya sendiri." Namun, Islam juga mengingatkan bahwa bekerja tidak seharusnya membuat seseorang lupa akan tujuan hidupnya, yakni untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, Islam menganjurkan umatnya untuk menyeimbangkan antara bekerja, beribadah, dan aspek-aspek lain dalam kehidupan, yang semuanya itu merupakan bagian dari beribadah itu sendiri.
Kenyamanan dalam bekerja sesuai dengan aturan Islam tidak hanya diukur dengan berapa besar penghasilan yang didapatkan, namun juga dengan proses pencarian, cara mendapatkannya, dan bagaimana mengelolanya. Proses bekerja menurut Islam haruslah dijalankan dengan hati yang tenang, tidak serakah, tidak cemas yang berlebihan, dan sabar dalam menghadapi setiap ujian.
Dalam Islam, konsep 'Barakah' atau berkah seringkali dikaitkan dengan kehidupan seorang muslim. Berkah dalam pekerjaan bukan hanya diperoleh melalui kelegalan hasil jerih payah, namun juga lewat kebaikan tindakan seseorang, seperti memberi dan bertindak adil. Ketenangan hati dan pikiran dalam pekerjaan seringkali datang ketika seseorang menyadari bahwa bekerja bukan hanya mencari kekayaan, tetapi juga sebuah bentuk kontribusi positif kepada masyarakat, serta sebuah sarana menjalankan peran sebagai khalifah di bumi.
Perasaan tenang dan nyaman dalam bekerja juga tercipta ketika seseorang menyelaraskan pekerjaannya dengan nilai-nilai yang ia percayai. Ketika seseorang bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang dia anut, seperti jujur, terpercaya, dan berintegritas, maka ia akan merasa tenang karena pekerjaannya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ketenangan hati ini juga akan mempengaruhi hubungan antarkolega, dimana bekerja dalam kondisi sosial yang harmonis dan penuh dengan kepedulian terhadap sesama, akan meningkatkan rasa kenyamanan dan kepuasan kerja.
Ketenangan dan kenyamanan hidup dalam Islam sejatinya berjalan seiring dengan ketaatan terhadap syariat-Nya. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangannya merupakan fondasi utama yang akan menuntun umat Islam menuju ketenangan hidup yang hakiki. Ketenangan ini berbeda dengan ketenangan semu yang mungkin bisa diperoleh dari kekayaan materiil yang berlimpah. Kekayaan sejati menurut Islam ada pada ketenangan hati yang didapatkan dari menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama.
Jadi perspektif Islam tentang ketenangan dan kenyamanan hidup melampaui sekadar pencapaian materiil dan melekatkuat pada hubungan spiritual antara seorang hamba dengan Khaliqnya. Ini adalah sebuah proses kontinyu yang harus dijaga dan ditingkatkan sepanjang kehidupan, di mana ketenangan hati merupakan simbol kemakmuran jiwa, dan bukan sekadar akumulasi harta. Dengan demikian, bekerja dalam Islam menjadi sarana peningkatan diri bukan hanya dalam aspek materiil, tapi juga spiritual, untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai tujuan utama hidup manusia.
Jadi banyak hal yang tidak bisa diukur dengan uang atau materi. Matur nuwun pencerahan dan pengingatnya Pak Munir, semoga versi panjang lebarnya ini sesuai dan benar.
Catatan Mas Bojreng
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment