Sunday, October 19, 2025

Dari Layar Hijau ke Dunia AI: Anak Kuno yang Gak Bisa Gaptek

Sejak tahun 85-an, waktu anak-anak lain masih asik main gundu dan layangan, saya sudah duduk di depan komputer XT dengan layar hijau yang cuma bisa menampilkan huruf-huruf kotak kaku. Almarhum papa yang mengenalkan dunia itu — dunia WordStar, WordPerfect, Lotus, dBase, sampai bahasa pemrograman Basic dan Pascal yang waktu itu terdengar seperti mantra ajaib. Waktu SMP, komputer di rumah naik kelas jadi AT 386 lalu 486, tapi printer-nya tetap si setia LX 800 yang suaranya berisik banget tiap kali nyetak. Dari kecil, jari-jari saya sudah hafal tarian tombol QWERTY, seperti teman lama yang selalu setia menemani.

Papa selalu bilang, “Ikuti zaman, jangan sampai kamu yang dikibulin zaman.” Nasehat itu nempel banget di kepala. Kadang lucu juga, sekarang kalau ada yang ngira saya gaptek atau nggak ngerti teknologi, rasanya pengin ketawa—karena sejak SD, saya sudah hidup di antara deru kipas komputer dan tumpukan disket. Mungkin papa nggak sempat lihat dunia internet dan AI kayak sekarang, tapi semangatnya tetap relevan: jangan berhenti belajar, karena teknologi nggak nungguin siapa pun.

Quotes:
"Orang yang berhenti belajar akan digilas oleh waktu; sementara yang mau beradaptasi, akan menulis masa depannya sendiri."

Warisan dari Layar Hijau

Di depan layar hijau aku belajar diam,
huruf-huruf menari di antara bunyi kipas dan waktu,
ayah menanam benih ilmu di jemari kecilku,
tentang masa depan yang tak boleh ditinggal lalu.

Kini zaman berlari, tapi pesannya tetap bergaung,
“Jangan takut pada perubahan, takutlah bila berhenti tumbuh.”
Aku menulis takdirku di papan kunci yang sama,
dengan semangat seorang anak yang masih berbincang dengan bayang ayahnya.

Catatan Mas Bojreng

#FromGreenScreenToAI #TechNostalgia #NeverStopLearning #LegacyOfWisdom #OldSchoolToFuture
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Dan itu… sudah cukup.

Pernah nggak, suatu pagi bangun dan rasanya dunia sudah “jalan duluan”? Baru melek setengah, masih nyari arah, eh tangan otomatis ngecek po...