Tuesday, August 13, 2024

Masihkah mencemaskan yang belum terjadi?

Kemarin membaca quotes :

Perbanyak rasa syukurmu sampai orang lain mengira kamu "Tidak pernah kesulitan"

Masihkah kita mencemaskan hari esok yang kita tidak ketahui sampai lupa bersyukur?

Membuat saya tergelitik untuk membuat tulisan terutama untuk mengingatkan diri saya sendiri ini. Betapa malunya saya saat saya lupa bersyukur disaat dibawah.

Masihkah Kita Selalu Mencemaskan Hari Esok atau Masa Depan yang Tidak Kita Ketahui?

Dalam kehidupan ini, tidak jarang kita diselimuti oleh kekhawatiran tentang masa depan. Baik itu mengenai karier, keuangan, kesehatan, ataupun hubungan sosial, semua aspek kehidupan sering menjadi sumber kecemasan. Namun, sebagai manusia yang beriman, kita diajarkan untuk senantiasa mengingat bahwa Allah SWT adalah sebaik-baik pengatur rencana, dan setiap yang terjadi dalam hidup kita berada di bawah kehendak-Nya.

Kecemasan akan Masa Depan

Ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi adalah sifat manusia yang wajar. Kita kerap memikirkan apa yang akan terjadi esok hari, bulan depan, atau tahun depan. Kekhawatiran ini kadang berakar dari keinginan kita untuk selalu berada dalam kendali dan memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai rencana kita. Namun, kita perlu memahami bahwa rasa cemas yang berlebihan akan masa depan hanya akan membawa pada kebingungan dan tekanan, yang dapat merusak kesejahteraan mental dan emosional kita.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hadid ayat 22-23, yang artinya:

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah, dan kita tidak perlu merasa terlalu sedih atau terlalu bahagia dengan keadaan yang kita alami. Sebaliknya, kita diajarkan untuk tetap tenang dan percaya bahwa setiap kejadian memiliki hikmah yang Allah kehendaki.

Pentingnya Bersyukur

Bersyukur adalah salah satu kunci utama untuk menghadapi kecemasan dan ketidakpastian. Dengan bersyukur, kita tidak hanya mengakui nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, tetapi juga menguatkan iman kita dan menenangkan jiwa dari rasa gelisah. Ketika kita berucap "Alhamdulillah" dalam setiap kondisi, kita sebenarnya sedang mengingatkan diri kita sendiri bahwa Allah adalah Maha Penyayang dan Maha Bijaksana.

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya bersyukur dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, di mana beliau bersabda:

"Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR. Muslim)

Melalui hadits ini, Rasulullah SAW menasihati kita untuk fokus pada nikmat yang telah kita terima, daripada membandingkan diri kita dengan orang lain yang mungkin memiliki lebih banyak. Dengan demikian, kita akan terhindar dari sifat iri hati dan senantiasa merasa cukup.

Rasa Syukur yang Menginspirasi Orang Lain

Menumbuhkan rasa syukur hingga orang lain mengira kita "tidak pernah kesulitan" adalah sebuah sikap hidup yang sangat mulia. Hal ini bukan berarti kita berpura-pura bahagia atau menyembunyikan kesulitan kita, melainkan lebih kepada bagaimana kita menampilkan diri di hadapan orang lain. Saat kita menghadapi hidup dengan sikap positif dan penuh syukur, kita menjadi sumber inspirasi bagi orang lain. Mereka akan melihat bahwa meskipun kita mengalami berbagai cobaan, kita tetap kuat dan berserah diri kepada Allah.

Sikap ini dapat menyebarkan energi positif kepada orang-orang di sekitar kita. Mereka yang melihat kita tetap bersyukur dalam segala keadaan mungkin akan terdorong untuk melakukan hal yang sama. Pada akhirnya, ini menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung, di mana setiap individu berusaha untuk selalu melihat sisi positif dari setiap keadaan.

Menghadapi Kehidupan dengan Keyakinan dan Syukur

Menghadapi kehidupan dengan rasa syukur bukan berarti kita mengabaikan realitas atau menolak untuk memperbaiki diri. Sebaliknya, rasa syukur membantu kita untuk selalu ingat kepada Allah dan terus berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan. Ketika kita merasa khawatir akan masa depan, ingatlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Dia selalu memberikan yang terbaik bagi kita, meskipun terkadang kita tidak menyadarinya.

Salah satu cara untuk menguatkan rasa syukur adalah dengan memperbanyak dzikir dan doa. Mengucapkan "Alhamdulillah" dalam setiap kesempatan, baik ketika kita diberi nikmat maupun saat kita menghadapi cobaan, adalah bentuk penghambaan dan pengakuan kita akan kebesaran Allah. Selain itu, membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran juga dapat membantu kita untuk memahami betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Dalam setiap perjalanan hidup, baik saat kita berada di puncak kesuksesan maupun di titik terendah, kita harus selalu ingat untuk bersyukur.

Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7, yang artinya:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.'"

Ayat ini adalah pengingat yang kuat bahwa rasa syukur bukan hanya kewajiban, tetapi juga jalan untuk mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah.

Kehidupan ini penuh ketidakpastian, berserah diri pada Allah SWT dan rencana Nya.

Kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, namun dengan berserah diri dan bersyukur kepada Allah, kita dapat menghadapinya dengan tenang dan penuh keyakinan. Mari kita jadikan rasa syukur sebagai bagian integral dari kehidupan kita, agar kita senantiasa merasa cukup dan bahagia dengan apa yang kita miliki. Dengan demikian, kita akan menemukan bahwa hidup ini, dengan segala suka dukanya, adalah anugerah yang patut kita syukuri.

Mungkin saat ini kita merasa cemas dan takut akan ketidakpastian hari esok. Namun, mari kita renungkan sejenak, apakah kecemasan kita benar-benar diperlukan? Dalam setiap detik yang kita habiskan untuk mencemaskan masa depan, kita melewatkan kesempatan untuk bersyukur atas nikmat yang kita terima hari ini. Kehidupan ini adalah karunia yang berharga, dan setiap nafas yang kita ambil adalah anugerah dari Allah SWT. Daripada terus menerus khawatir, lebih baik kita berkaca dan melihat betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Ketika kita mulai menghargai hal-hal kecil dalam hidup kita, kita akan menemukan kedamaian dan ketenangan yang sejati.

Mari kita jadikan rasa syukur sebagai pondasi dalam menjalani kehidupan. Dengan selalu bersyukur, kita akan mampu melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan setiap kesulitan sebagai pelajaran berharga. Pada akhirnya, kehidupan ini bukan tentang seberapa banyak kita miliki, tetapi seberapa dalam kita mampu bersyukur dan berbagi dengan orang lain. Marilah kita selalu mengucap "Alhamdulillah" dalam setiap keadaan, sehingga kita bisa menjalani hidup ini dengan penuh makna dan kebahagiaan. Sebab, dengan bersyukur, kita tidak hanya menemukan kedamaian dalam diri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar kita.

Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengucap "Alhamdulillah" dalam segala kondisi dan menjadikan rasa syukur sebagai penuntun dalam setiap langkah hidup kita.

Semoga tulisan ringan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya bersyukur dan mengurangi kecemasan akan masa depan kepada diri saya sendiri, kalau bisa orang lain yang siapa tahu ikut membaca bisa mengerti maksud dari tulisan saya ini.

Catatan Mas Bojreng

#GratitudeIsKey #TrustInAllah #NoFearForTomorrow #ThankfulEveryDay #BlessedAndGrateful #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...