Ketika saya memilih diam, bukan karena saya tidak acuh atau tidak peduli. Tapi karena saya benar benar tidak mengetahui yang sebenarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai informasi yang belum jelas kebenarannya. Sebagai individu yang bertanggung jawab, terutama dalam konteks ajaran Islam, pilihan untuk tetap diam dan tidak menyebarluaskan informasi tersebut menjadi sikap yang bijaksana. Diam bukan berarti tidak peduli atau mengabaikan masalah yang ada, melainkan upaya untuk menghindari kesalahan dalam menyampaikan informasi yang dapat menimbulkan fitnah atau kesalahpahaman.Sebagai seorang Muslim, memilih untuk berdiam diri ketika tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya adalah bagian dari upaya menjaga keharmonisan sosial dan melindungi diri dari perbuatan dosa. Dengan menahan diri dari menyebarkan berita yang tidak jelas, kita mengikuti anjuran Allah SWT untuk selalu melakukan verifikasi dan tabayyun sebelum mengambil tindakan. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 yang mengajarkan agar kita selalu memeriksa kebenaran informasi yang diterima, demi mencegah terjadinya kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam Islam, hukum menyebarkan berita yang tidak jelas atau belum dikonfirmasi kebenarannya dikenal sebagai tajasus dan ifk. Perbuatan ini dianggap sebagai tindakan yang tidak disukai, bahkan berdosa, karena bisa menimbulkan fitnah, kerusakan, dan permusuhan di antara sesama manusia.
Dalil Al-Qur'an
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini menekankan pentingnya untuk selalu memeriksa dan memastikan kebenaran informasi yang diterima, terutama jika informasi tersebut berasal dari orang yang diragukan integritasnya.
Hadits Nabi
Rasulullah SAW juga bersabda:
"Cukuplah seseorang disebut berdosa jika ia menceritakan segala sesuatu yang didengarnya." (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa tidak semua informasi yang didengar harus disebarkan, terutama jika informasi tersebut tidak jelas atau tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Konsekuensi Menyebarkan Berita Palsu
• Fitnah dan Kerusakan: Menyebarkan berita yang tidak jelas dapat menimbulkan fitnah yang merusak reputasi orang lain atau menyebabkan perpecahan di masyarakat.
• Dosa dan Penyesalan: Orang yang menyebarkan berita palsu tanpa memverifikasi dapat terjebak dalam dosa dan penyesalan ketika kebenaran terungkap.
• Mengganggu Keharmonisan Sosial: Penyebaran informasi yang tidak benar dapat mengganggu keharmonisan dan kepercayaan di antara anggota masyarakat.
Langkah-langkah yang Dianjurkan
• Tabayyun (Verifikasi): Selalu lakukan pengecekan dan klarifikasi terhadap informasi yang diterima sebelum disebarluaskan.
• Berpikir Sebelum Bertindak: Pertimbangkan dampak dan konsekuensi dari penyebaran informasi tersebut.
• Menghindari Sumber Tidak Terpercaya: Hindari mempercayai dan menyebarkan informasi dari sumber yang tidak terpercaya atau yang memiliki motif buruk.
• Mengedepankan Etika dan Akhlak: Sebagai seorang Muslim, penting untuk selalu menjunjung tinggi etika dan akhlak dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi.
Tidak ikut menyebarkan yang tidak jelas
Menyebarkan berita yang tidak jelas dalam Islam adalah tindakan yang tidak dibenarkan dan dapat membawa dampak negatif baik bagi individu maupun masyarakat. Seorang Muslim dianjurkan untuk selalu berhati-hati, memverifikasi informasi, dan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan fitnah dan kerusakan.
Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi di mana kita tidak mengetahui fakta yang sebenarnya, tindakan terbaik adalah memilih untuk diam dan tidak membuat asumsi. Dengan berdiam diri, kita dapat menghindari kesalahan penyampaian informasi yang dapat berujung pada ghibah atau fitnah. Diam dalam hal ini bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kebijaksanaan dan tanggung jawab moral untuk tidak menambah beban dosa akibat menyebarkan informasi yang salah atau tidak jelas. Ketika kita tidak mengetahui kebenaran, yang terbaik adalah membiarkan informasi tersebut terhenti pada diri kita, sambil terus mencari kejelasan dan kebenaran.
Selain itu, selalu penting untuk mengingat peringatan Rasulullah SAW mengenai bahaya ghibah. Dengan berdiam diri, kita tidak hanya menjaga diri dari dosa ghibah, tetapi juga menjaga keharmonisan hubungan sosial. Menghindari pembicaraan yang tidak jelas dapat mencegah perpecahan dan perselisihan yang disebabkan oleh informasi yang salah. Mari kita berusaha menjadi pribadi yang selalu berhati-hati dalam berbicara dan menyebarkan informasi, mengedepankan etika, serta terus memohon perlindungan Allah SWT dari segala bentuk kesalahan dan dosa.
Catatan dan pengingat diri Mas Bojreng
#VerifyBeforeShare #IslamicValues #AvoidGossip #ResponsibleCommunication #SeekTruth #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment