Monday, July 1, 2024

Tak tertukar... Bekerja, niat, ikhtiar dan doa

Setiap hari kita bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari mencari nafkah hingga mengurus keluarga. Tidak perlulah sampai menutup rejeki orang lain. Dalam Islam, mencari rezeki yang halal adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Banyak dari kita yang mungkin merasa cemas atau iri ketika melihat kesuksesan orang lain, padahal rezeki sudah diatur oleh Allah SWT dan setiap orang akan mendapatkan bagiannya masing-masing. Penting bagi kita untuk tidak menutupi rezeki orang lain dan selalu berusaha dengan cara yang baik dan benar.


Mengingat kematian juga menjadi pengingat bagi kita bahwa hidup ini sementara. Apa yang kita kumpulkan di dunia, baik harta maupun jabatan, tidak akan kita bawa ke akhirat kecuali amal kebaikan. Dengan selalu mengingat kematian, kita akan lebih berhati-hati dalam setiap tindakan, termasuk dalam mencari rezeki. Bekerja dengan niat yang ikhlas dan tidak merugikan orang lain akan membawa keberkahan dan ketenangan dalam hidup kita.


Bekerja Tanpa Menutupi Rezeki Orang Lain

Dalam kehidupan ini, setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing, termasuk dalam mencari nafkah. Islam sebagai agama yang sempurna memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalani kehidupan, termasuk dalam bekerja dan mencari rezeki. Salah satu aspek penting yang diajarkan dalam Islam adalah bekerja dengan cara yang halal dan tidak menutupi rezeki orang lain. Hal ini mencakup keyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT, pentingnya berikhtiar dan berdoa, serta selalu mengingat kematian.

Rezeki Sudah Diatur oleh Allah SWT

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah mengatur rezeki setiap makhluk-Nya. Keyakinan ini memberikan ketenangan bagi setiap Muslim bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya, rezeki yang telah ditentukan oleh Allah tidak akan berkurang atau tertukar. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk merasa iri atau berusaha menutupi rezeki orang lain karena pada akhirnya, setiap orang akan mendapatkan apa yang telah Allah tetapkan untuknya.

Dalam kehidupan ini, konsep rezeki seringkali menjadi bahan perbincangan yang menarik di kalangan masyarakat. Rezeki dianggap sebagai salah satu nikmat Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya, dan setiap individu memiliki rezeki yang sudah ditetapkan. Dalam pandangan Islam, keyakinan bahwa rezeki tak tertukar dan sudah sesuai takaran merupakan bagian dari iman kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Rezeki Tak Tertukar

Keyakinan bahwa rezeki setiap orang tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain merupakan ajaran yang penting dalam Islam. Allah SWT berfirman:

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah menetapkan rezeki setiap makhluk sejak awal penciptaannya. Rezeki ini sudah tertulis dalam Lauh Mahfuzh dan tidak akan tertukar atau berkurang sedikit pun. Keyakinan ini memberikan ketenangan bagi seorang Muslim, karena apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia tahu bahwa rezekinya sudah ditentukan oleh Allah SWT dan tidak akan ada yang bisa merampas atau mengurangi rezeki tersebut.

Rezeki Sesuai Takaran

Selain keyakinan bahwa rezeki tak tertukar, Islam juga mengajarkan bahwa rezeki setiap orang sudah diatur sesuai dengan takarannya masing-masing. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Al-Isra: 30)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya. Ada yang diberi rezeki lebih banyak, ada yang diberi secukupnya, dan ada yang diuji dengan sedikit rezeki. Semua ini adalah bagian dari ujian kehidupan yang harus dijalani dengan sabar dan syukur.

Hikmah di Balik Rezeki yang Berbeda-beda

Perbedaan dalam jumlah rezeki yang diterima oleh setiap orang memiliki hikmah yang besar. Pertama, perbedaan ini mengajarkan kita untuk bersyukur. Bagi yang diberikan rezeki lebih, mereka harus bersyukur dan menggunakan rezeki tersebut untuk kebaikan. Bagi yang diberikan rezeki yang sedikit, mereka juga harus bersyukur dan tetap berusaha serta tidak berputus asa.

Kedua, perbedaan rezeki mengajarkan kita untuk saling membantu dan berempati. Orang yang memiliki kelebihan rezeki diharapkan dapat membantu saudara-saudaranya yang kurang mampu. Dalam Islam, hal ini diwujudkan melalui zakat, sedekah, dan berbagai bentuk amal lainnya.

Ikhtiar dan Tawakal

Islam juga mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal. Meskipun rezeki sudah ditentukan oleh Allah SWT, seorang Muslim tetap harus berusaha (ikhtiar) dengan maksimal. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun burung tidak memiliki kemampuan seperti manusia, mereka tetap berusaha mencari makan setiap hari dan Allah mencukupi rezeki mereka. Demikian pula dengan manusia, meskipun rezeki sudah ditentukan, kita tetap harus berusaha dan bekerja keras. Setelah berusaha, barulah kita bertawakal dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.

Berikhtiar dan Berdoa

Meskipun rezeki sudah diatur oleh Allah, manusia tetap diperintahkan untuk berusaha (berikhtiar) dan berdoa. Islam menekankan pentingnya usaha yang sungguh-sungguh dalam mencari rezeki yang halal. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makanan yang dihasilkan dari kerja keras tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud AS juga makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri." (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan bahwa bekerja keras dan berusaha dengan tangan sendiri adalah perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Selain itu, usaha yang dilakukan haruslah disertai dengan doa, memohon kepada Allah agar diberkahi dan diberikan rezeki yang halal dan baik.

Berikhtiar tidak hanya berarti bekerja keras secara fisik, tetapi juga melibatkan mencari ilmu dan keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut. Dalam Islam, mencari ilmu adalah kewajiban, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah)

Dengan ilmu, seorang Muslim dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien, serta dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi dirinya dan orang lain.

Bekerja secara Halal dan Lillahi Ta'ala

Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah melakukan segala sesuatu karena Allah SWT (Lillahi Ta'ala). Dalam konteks bekerja, hal ini berarti mencari rezeki dengan cara yang halal dan tidak menutupi rezeki orang lain. Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu." (QS. An-Nisa: 29)

Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu mencari rezeki dengan cara yang baik dan benar, tidak mengambil hak orang lain, dan tidak melakukan penipuan atau kecurangan dalam bisnis. Rezeki yang diperoleh dengan cara yang halal akan membawa keberkahan dan ketenangan dalam hidup, sedangkan rezeki yang diperoleh dengan cara yang haram akan mendatangkan kesulitan dan keburukan.

Bekerja Lillahi Ta'ala juga berarti ikhlas dalam bekerja, tidak semata-mata mengejar keuntungan materi tetapi juga mengharapkan ridha Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan niat yang ikhlas, pekerjaan yang dilakukan akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Hal ini juga memotivasi seorang Muslim untuk bekerja dengan jujur dan profesional, karena setiap perbuatannya diawasi oleh Allah SWT.

Ingat Akan Kematian

Mengingat kematian adalah salah satu cara untuk menjaga diri agar tetap berada di jalan yang benar. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian." (HR. Tirmidzi)

Dengan mengingat kematian, seorang Muslim akan selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya, termasuk dalam mencari rezeki. Mereka akan berusaha untuk tidak mengambil hak orang lain dan tidak berbuat curang, karena menyadari bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Mengingat kematian juga mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan apa yang kita kumpulkan di dunia tidak akan dibawa ke akhirat kecuali amal kebaikan. Oleh karena itu, bekerja dengan cara yang halal dan tidak menutupi rezeki orang lain merupakan investasi yang baik untuk kehidupan di akhirat.

Jadi, daripada sibuk iri dengan rezeki orang lain atau bahkan mencoba menghalangi jalan mereka, lebih baik kita fokus pada usaha sendiri dengan cara yang halal dan jujur. Ingat, rezeki sudah ada yang mengatur, dan usaha yang tulus serta doa yang ikhlas pasti akan membawa hasil yang berkah. Lagipula, apa gunanya menumpuk harta dengan cara yang curang kalau akhirnya malah menambah dosa?

Keyakinan bahwa rezeki tak tertukar dan sesuai takaran merupakan ajaran yang penting dalam Islam. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, berusaha dengan maksimal, dan tidak iri atau dengki terhadap rezeki orang lain. Setiap rezeki yang kita terima, baik banyak maupun sedikit, adalah bagian dari ujian kehidupan yang harus dijalani dengan sabar dan syukur. Dengan demikian, kita akan selalu merasa tenang dan puas, serta mampu menjalani hidup dengan penuh keberkahan dan ketenangan.

Bekerja dengan tidak menutupi rezeki orang lain adalah prinsip penting dalam Islam. Keyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT, berikhtiar dan berdoa, bekerja secara halal dan Lillahi Ta'ala, serta selalu mengingat kematian adalah panduan utama bagi seorang Muslim dalam mencari nafkah. Dengan mengikuti panduan ini, seorang Muslim tidak hanya akan mendapatkan rezeki yang halal dan berkah, tetapi juga akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya, serta pahala yang besar di akhirat. Islam mengajarkan bahwa rezeki yang halal adalah rezeki yang diperoleh dengan usaha yang baik, niat yang ikhlas, dan tidak merugikan orang lain.

Kita semua akan menghadapi kematian, dan pada saat itu, harta dan jabatan tidak akan ada artinya lagi. Yang dibawa hanyalah amal perbuatan kita selama di dunia. Jadi, mari kita bekerja dengan niat yang baik dan tulus, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga memberi manfaat bagi orang lain. Karena pada akhirnya, rezeki yang berkah dan kehidupan yang penuh ketenangan jauh lebih berharga daripada sekadar menumpuk harta dengan cara yang salah.

Catatan Mas Bojreng

#Islam #Sustenance #Effort #Prayer #Halal #ForTheSakeOfAllah #Death #Blessing #HardWork #Hereafter #HonestWork #HalalEarnings #IslamicGuidance #MuslimLife #SincereIntention #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...