Tuesday, July 2, 2024

Kalau bisa mempersulit, kenapa tidak?

Percakapan dengan istri menjelang subuh tadi pagi, ketika mendengar ada orang yang "sombong" dan kesannya mempersulit pekerjaan orang lain.

Sambil minum kopi pahit, biarlah saya mencoba menuliskannya. Biarlah kita berusaha mempermudah urusan orang lain, biar setiap urusan atau pekerjaan yang kita hadapi juga dipermudah atas bantuan Allah SWT.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita dapat memilih untuk mempermudah atau mempersulit urusan orang lain. Sebagai contoh, ketika seorang teman atau rekan kerja meminta bantuan, tanggapan kita bisa sangat berpengaruh terhadap suasana hati dan produktivitas mereka. Jika kita memilih untuk membantu dengan ikhlas dan tanpa pamrih, kita tidak hanya meringankan beban mereka tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis. Tindakan sederhana seperti menawarkan bantuan untuk tugas yang sulit, memberikan dukungan moral, atau bahkan sekadar mendengarkan keluh kesah seseorang dapat memberikan dampak positif yang besar.

Namun, tidak jarang kita juga melihat atau bahkan tanpa sadar mempersulit urusan orang lain, mungkin karena ego, kesibukan, atau ketidakpedulian. Misalnya, menunda-nunda memberikan informasi penting atau sengaja mengabaikan permintaan bantuan kecil. Perilaku seperti ini, selain merugikan orang lain, juga bisa berdampak negatif pada diri kita sendiri. Doa orang yang kita persulit bisa menjadi penghalang bagi keberkahan dalam hidup kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengingat ajaran Islam tentang mempermudah urusan orang lain sebagai bentuk ibadah sosial dan jalan menuju ridhlo Ilahi. Dengan bersikap demikian, kita tidak hanya mendapatkan pahala tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih positif dan penuh kasih sayang.

Mempermudah Bukan Mempersulit

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan dan tindakan yang bisa mempengaruhi orang lain. Salah satu nilai yang diajarkan dalam Islam adalah pentingnya mempermudah urusan orang lain dan bukan mempersulitnya. Prinsip ini bukan hanya berlaku dalam konteks hubungan sosial tetapi juga dalam aspek spiritual dan hubungan manusia dengan Tuhan. Mempermudah urusan orang lain bukan hanya sebuah bentuk ibadah sosial, tetapi juga jalan menuju ridhlo Ilahi.

Mempermudah Urusan Orang Lain dalam Islam

Dalam Islam, mempermudah urusan orang lain adalah suatu tindakan yang sangat dianjurkan. Banyak hadis yang menjelaskan keutamaan dari mempermudah urusan orang lain. Salah satu hadis yang terkenal adalah sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).

Dari hadis ini, jelas bahwa mempermudah urusan orang lain bukan hanya memberikan manfaat bagi orang yang dibantu, tetapi juga bagi yang membantu. Tindakan mempermudah urusan dapat berupa bantuan dalam bentuk materi, tenaga, atau bahkan sekadar memberikan dukungan moral. Dalam Al-Qur’an juga disebutkan: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2). Ayat ini menegaskan bahwa membantu dalam kebaikan adalah perintah Allah, yang tentunya termasuk mempermudah urusan orang lain.

Dampak Doa Orang yang Dipersulit

Ketika seseorang mempersulit urusan orang lain, tanpa disadari ia juga menanam benih keburukan bagi dirinya sendiri. Doa orang yang terzalimi memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Takutlah kamu kepada doa orang yang dizalimi, karena tidak ada hijab antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Doa orang yang dipersulit bisa menjadi penghalang bagi kebaikan dan kelancaran dalam hidup orang yang mempersulit tersebut. Allah bisa membalas perbuatan zalim ini dengan berbagai cara, baik itu kesulitan dalam urusan duniawi maupun siksaan di akhirat. Karena itu, mempersulit urusan orang lain bukan hanya menciptakan kesulitan bagi orang lain, tetapi juga bisa berdampak negatif pada diri sendiri.

Ridhlo Ilahi

Ridhlo Ilahi atau keridhaan Allah adalah tujuan utama dari setiap Muslim dalam menjalani kehidupannya. Mencari keridhaan Allah berarti melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu cara untuk mencapai ridhlo Ilahi adalah dengan mempermudah urusan orang lain. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286). Ayat ini mengajarkan kita untuk bersikap adil dan bijaksana dalam memperlakukan orang lain.

Sikap yang mempermudah urusan orang lain mencerminkan kebaikan hati dan kepedulian, dua kualitas yang sangat dicintai oleh Allah. Dengan mempermudah urusan orang lain, seseorang tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah tetapi juga dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Keridhaan Allah bukan hanya didapat melalui ibadah ritual seperti sholat dan puasa, tetapi juga melalui ibadah sosial yang berdampak positif bagi sesama manusia.

Pandangan Islam tentang Mempermudah Urusan

Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang, dan tolong-menolong. Dalam banyak kesempatan, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh teladan dalam mempermudah urusan orang lain. Beliau selalu menunjukkan sikap yang penuh dengan kelembutan dan pengertian terhadap sahabat-sahabatnya, keluarganya, bahkan orang-orang yang belum mengenal Islam.

Dalam kehidupan sehari-hari, mempermudah urusan orang lain dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, seperti membantu teman yang kesulitan, memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan, atau bahkan sekadar memberikan senyuman dan kata-kata yang menenangkan. Tindakan sederhana ini bisa membawa dampak besar bagi orang lain dan juga bagi diri kita sendiri.

Islam juga menekankan pentingnya keadilan dan tidak berbuat zalim kepada sesama. Ketika seseorang mempersulit urusan orang lain, ia telah melanggar prinsip keadilan dan bisa dianggap berbuat zalim. Zalim dalam Islam adalah salah satu dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang berbuat zalim kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’ara: 227).

Jadi dalam kesimpulannya, mempermudah urusan orang lain adalah salah satu prinsip penting dalam Islam yang membawa banyak kebaikan, baik bagi orang yang dibantu maupun bagi yang membantu. Dengan mempermudah urusan orang lain, kita bisa mendapatkan pahala, mendekatkan diri kepada Allah, dan mendapatkan ridhlo Ilahi. Sebaliknya, mempersulit urusan orang lain bisa membawa dampak negatif baik di dunia maupun di akhirat.

Contoh dari Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat dalam Mempermudah Urusan Orang Lain

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya adalah teladan utama dalam mempermudah urusan orang lain. Mereka sering menunjukkan sikap empati, kebaikan hati, dan keadilan yang luar biasa dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Beberapa contoh berikut ini menggambarkan betapa pentingnya nilai-nilai tersebut dalam Islam.

Nabi Muhammad SAW

• Menyantuni Fakir Miskin: Nabi Muhammad SAW dikenal sangat peduli terhadap kaum fakir miskin. Beliau seringkali memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal kepada mereka yang membutuhkan. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Nabi Muhammad SAW mengikat batu di perutnya untuk menahan lapar, namun tetap memberikan makanan yang dimilikinya kepada orang lain yang lebih membutuhkan.

• Memperbaiki Hubungan: Nabi Muhammad SAW selalu berusaha memperbaiki hubungan antar manusia. Dalam sebuah kisah, ketika seorang sahabat datang kepada Nabi mengeluhkan pertengkarannya dengan saudaranya, Nabi Muhammad SAW segera bertindak sebagai mediator untuk mendamaikan mereka. Beliau selalu menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dan saling memaafkan.

• Memudahkan Orang dalam Ibadah: Nabi Muhammad SAW juga mempermudah umatnya dalam beribadah. Beliau bersabda, “Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran.” (HR. Ahmad). Ketika seorang sahabat mengeluhkan sulitnya melaksanakan shalat karena sakit, Nabi memberikan keringanan dengan memperbolehkan shalat dalam posisi duduk atau berbaring.

Para Sahabat

• Abu Bakar Ash-Shiddiq: Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai pemimpin yang sangat peduli terhadap rakyatnya. Salah satu contohnya adalah ketika ia membebaskan budak yang disiksa oleh tuannya karena memeluk Islam. Abu Bakar tidak hanya menebus budak tersebut tetapi juga memberikan kebebasan dan perlindungan.

• Umar bin Khattab: Umar bin Khattab adalah contoh lain dari pemimpin yang selalu mempermudah urusan orang lain. Ketika menjadi khalifah, Umar sering berkeliling pada malam hari untuk memastikan tidak ada rakyatnya yang kelaparan atau kesulitan. Dalam sebuah kisah terkenal, Umar mendapati seorang wanita yang memasak batu karena tidak memiliki makanan untuk anak-anaknya. Tanpa ragu, Umar segera membawa sekarung gandum dari baitul mal dan memasaknya sendiri untuk keluarga tersebut.

• Usman bin Affan: Usman bin Affan dikenal karena kedermawanannya yang luar biasa. Ketika Madinah dilanda kekeringan, ia membeli sebuah sumur dan menyedekahkannya untuk kepentingan umum, sehingga seluruh penduduk Madinah dapat mengambil air tanpa biaya. Tindakan ini sangat mempermudah urusan hidup sehari-hari warga Madinah yang mengalami kesulitan air.

• Ali bin Abi Thalib: Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat, juga dikenal dengan kebijaksanaannya dalam menyelesaikan urusan umat. Ali selalu menekankan pentingnya keadilan dan kemudahan dalam segala aspek kehidupan. Ketika menjadi khalifah, ia sering mengunjungi pasar dan tempat umum untuk memastikan tidak ada penipuan atau ketidakadilan dalam perdagangan.


Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya telah memberikan contoh nyata dalam mempermudah urusan orang lain. Tindakan mereka mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang menekankan kasih sayang, keadilan, dan tolong-menolong. Dengan mengikuti teladan mereka, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan mendapatkan ridhlo Ilahi. Sikap mempermudah urusan orang lain bukan hanya mendatangkan kebaikan bagi orang lain tetapi juga bagi diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk mempermudah urusan orang lain dan menjauhi sikap yang mempersulit. Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kasih sayang tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan keridhaan-Nya. Ingatlah selalu bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan, sekecil apapun itu, akan kembali kepada kita dengan berlipat ganda. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra: 7).

Catatan Mas Bojreng

#EaseNotHardship #HelpOthers #IslamicValues #CompassionInAction #SeekAllahsPleasure #DoGoodDeeds #RighteousLiving #AvoidInjustice #SupportEachOther #SpiritualGrowth #IslamicPrinciples #BeKind #EmpathyInIslam #FaithAndAction #IslamicTeachings #DoNotOppress #ActsOfKindness #HelpingHands #PathToParadise #PositiveImpact #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...