Di tengah derasnya arus informasi dan tuntutan akan pengetahuan yang semakin tinggi, pentingnya mengedepankan adab di atas ilmu sering kali terlupakan. Adab, atau etika dan moral, adalah fondasi yang mendasari bagaimana kita menggunakan dan mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adab, ilmu bisa menjadi pedang bermata dua yang justru merugikan. Oleh karena itu, Islam menekankan bahwa memiliki ilmu harus selalu dibarengi dengan memiliki adab yang baik.
Contoh penerapan adab di atas ilmu dalam kehidupan sehari-hari bisa kita lihat dalam berbagai situasi. Misalnya, seorang ilmuwan yang rendah hati tidak hanya dihormati karena kepintarannya, tetapi juga karena sikapnya yang selalu bersedia mendengar dan menghargai pendapat orang lain. Dalam dunia kerja, karyawan yang jujur dan beretika tinggi akan lebih dipercaya dan dihargai oleh rekan-rekannya, dibandingkan mereka yang mungkin lebih pandai tetapi suka berbuat curang. Adab yang baik membuat ilmu yang kita miliki menjadi lebih bermanfaat dan membawa berkah, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Pepatah Jawa “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka” mengandung makna mendalam yang mengingatkan kita untuk selalu menjaga kerendahan hati dan kejujuran dalam hidup. Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini berarti “Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.” Jika kita menelusuri lebih dalam, pepatah ini selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya adab (etika dan moral) di atas ilmu.
Ilmu dan Adab dalam Islam
Islam memandang ilmu sebagai sesuatu yang sangat penting. Dalam Al-Quran, Allah seringkali memuji orang-orang berilmu dan mendorong umat Islam untuk mencari ilmu. Misalnya, dalam surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah berfirman:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Namun, memiliki ilmu saja tidak cukup. Dalam Islam, ilmu harus disertai dengan adab. Imam Malik pernah berkata kepada muridnya, "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu." Ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam perspektif Islam.
Adab mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk cara berbicara, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain. Adab yang baik mencerminkan kepribadian yang baik dan menjadi dasar bagi penggunaan ilmu yang bermanfaat. Tanpa adab, ilmu bisa disalahgunakan, dan seseorang bisa terjerumus dalam kesombongan dan kecurangan.
“Aja Kuminter Mundak Keblinger”
Pepatah “Aja Kuminter Mundak Keblinger” berarti jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Dalam konteks Islam, ini mengingatkan kita untuk selalu rendah hati meskipun kita memiliki banyak ilmu. Kesombongan adalah sifat yang sangat tidak disukai Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Kesombongan membuat seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, sehingga ia cenderung meremehkan pendapat dan pandangan orang lain. Hal ini bisa mengakibatkan kesalahan besar karena tidak mau menerima koreksi dan nasihat. Dalam sejarah Islam, kita dapat belajar dari kisah Iblis yang diusir dari surga karena kesombongannya yang tidak mau bersujud kepada Nabi Adam AS.
“Aja Cidra Mundak Cilaka”
Bagian kedua dari pepatah ini, “Aja Cidra Mundak Cilaka,” mengingatkan kita untuk selalu jujur dan tidak berbuat curang agar tidak celaka. Dalam Islam, kejujuran adalah salah satu nilai yang sangat dijunjung tinggi. Rasulullah SAW dikenal sebagai “Al-Amin” (yang terpercaya) karena kejujurannya. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Curang dan menipu tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri. Orang yang berbuat curang mungkin merasa mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, perbuatannya akan terungkap dan ia akan kehilangan kepercayaan dan reputasi. Dalam Islam, balasan untuk orang yang berbuat curang sangatlah berat, baik di dunia maupun di akhirat.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengaplikasikan pepatah Jawa ini dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan ajaran Islam. Berikut beberapa cara untuk menerapkan nilai-nilai ini:
• Selalu Rendah Hati: Ingatlah bahwa ilmu yang kita miliki adalah pemberian dari Allah. Jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain. Selalu terbuka untuk belajar dari siapa saja dan dari mana saja.
• Menghormati Pendapat Orang Lain: Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda. Dengarkan dan hormati pendapat orang lain, meskipun kita tidak selalu setuju.
• Jujur dalam Segala Hal: Kejujuran adalah landasan dari setiap hubungan yang baik. Jujur dalam perkataan, tindakan, dan niat kita.
• Menerima Koreksi dengan Lapang Dada: Tidak ada manusia yang sempurna. Ketika kita menerima koreksi, terimalah dengan lapang dada dan berterima kasihlah kepada orang yang memberikan nasihat.
• Menghindari Kesombongan dan Kecurangan: Kesombongan dan kecurangan hanya akan membawa kita pada kehancuran. Selalu berusaha untuk tetap rendah hati dan jujur dalam setiap tindakan kita.
Ilmu yang disertai dengan adab akan membawa berkah dan manfaat, sedangkan kesombongan dan kecurangan hanya akan membawa celaka.
Sebagai penutup, mari kita renungkan bahwa ilmu yang kita miliki bukanlah semata-mata untuk mengejar gelar atau status sosial. Ilmu sejatinya adalah amanah yang harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk disombongkan. Ketika kita memahami bahwa ilmu datang dengan tanggung jawab, kita akan lebih berhati-hati dalam menggunakannya. Kesombongan akan ilmu hanya akan menjauhkan kita dari hakikat ilmu itu sendiri, yang seharusnya membawa manfaat dan keberkahan bagi diri kita dan orang lain di sekitar kita.
Mari kita jadikan ilmu sebagai alat untuk berbuat kebaikan, membantu sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan menjaga adab, kita bisa menghindari perangkap kesombongan dan kecurangan yang hanya akan membawa celaka. Ingatlah bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diiringi dengan kerendahan hati dan kejujuran. Hanya dengan demikian, ilmu yang kita miliki akan menjadi cahaya yang menerangi jalan kita dan orang lain menuju kebaikan dan keridhaan Allah SWT.
Dalam Islam, adab selalu diutamakan di atas ilmu karena adab adalah cerminan dari karakter seorang Muslim yang sejati. Dengan menjaga adab dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan diridhai oleh Allah SWT.
Catatan Mas Bojreng ketika merasa ada sesuatu yang mengganjal di hati terdalam
#IslamicWisdom #Humility #Honesty #IslamicEthics #KnowledgeWithAdab #CulturalWisdom #IslamicTeachings #JavaneseProverbs #MoralValues #LifeLessons #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment