Hujan turun semalaman, pagi ini melihat banyak genangan air di berbagai tempat, yang muncul di otak adalah... aih kayaknya asyik nih buat memfoto refleksi yang ada... tiba tiba tersentil... refleksi.. ngaca.. kayaknya saya pun harus dan wajib dalam kehidupan ini harus berkaca alias ngaca alias bercermin... sudah benarkah saya? Atau....??
Terus mau motret? Kerja... kerjaaa.... kerjaaa....
Hahahaha....
Fotografi adalah bahasa universal yang tanpa kata berbicara kepada kita tentang keindahan, realitas, dan narasi hidup di sekeliling kita. Setiap foto adalah jendela ke dalam momen yang ditangkap, suatu interaksi singkat tapi abadi antara subjek, fotografer, dan pemirsanya. Filosofi fotografi dapat ditemukan dalam banyak aspek—dari sudut pengambilan gambar hingga kontrol teknis seperti bukaan diafragma dan kecepatan rana—semua berpadu membentuk sebuah narasi visual yang kaya.
Sudut pengambilan gambar, atau dalam bahasa fotografi yang dikenal sebagai komposisi, adalah seni menata elemen dalam frame agar menyampaikan secarik cerita. Ini seperti pandangan hidup kita; sudut mana yang kita pilih menentukan narasi apa yang kita sampaikan kepada dunia. Seorang fotografer yang mengambil gambar dari sudut yang rendah mungkin ingin menunjukkan kekuatan dan dominasi subjeknya, sementara sudut dari atas bisa memberikan rasa kecil atau kerentanan. Dalam kehidupan, perspektif kita tentang sebuah situasi bisa menentukan bagaimana kita memahami dan bereaksi terhadapnya. Seperti dalam fotografi, mengubah perspektif bisa mengungkapkan detail dan konteks yang sebelumnya tidak kita perhatikan.
Bukaan diafragma adalah seperti mata kita—menyesuaikan seberapa banyak cahaya yang masuk. Dalam hidup ini, fokus kita sering kali diuji; apakah kita memilih untuk melihat gambaran besar atau mendetailkan pada aspek tertentu dari hidup kita. Bukaan yang lebar memungkinkan banyak cahaya masuk, memberikan kedalaman lapangan yang rendah; apa yang di depan dan di belakang subjek utama menjadi kabur. Ini bisa dikaitkan dengan cara kita memilih untuk memfokuskan energi kita pada apa yang paling penting, membiarkan hal-hal di pinggiran - masalah yang kurang penting, misalnya - blur dan tidak mengalihkan perhatian kita. Sebaliknya, bukaan kecil dengan kedalaman lapangan yang dalam menyerupai perhatian kita pada banyak detail kehidupan, memastikan hampir semua dalam bidang pandang kita tajam dan terfokus.
Sementara itu, kecepatan rana adalah alat yang mengendalikan durasi cahaya mencapai sensor kamera. Dalam hidup, ini bisa dianalogikan dengan seberapa cepat atau lambat kita bereaksi terhadap situasi. Kecepatan rana yang cepat bisa membekukan aksi, memungkinkan kita menangkap momen yang berlalu sekejap tanpa blur—momen di mana kejelasan diperlukan untuk tujuan reaksi cepat. Di sisi lain, kecepatan rana yang lambat mengizinkan gerakan terasa dan sering menciptakan efek blur yang artistik, menunjukkan pergerakan dan berjalannya waktu. Dalam kehidupan, kita terkadang butuh untuk memperlambat, membiarkan dunia bergerak di sekeliling kita sementara kita merenung dan mengamati.
Harmoni antara bukaan, kecepatan rana, dan ISO—yang mengatur sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya—mendemonstrasikan keseimbangan yang sering kita usahakan dalam kehidupan. Menemukan keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi, antara spontanitas dan kontrol, antara tradisi dan inovasi, adalah proses yang terus-menerus seperti menemukan eksposur yang tepat dalam fotografi.
Setiap gambar adalah cerita tersendiri, sama seperti tiap individu memiliki kisahnya yang unik. Motif-motif ditemukan tidak hanya dalam apa yang fotografer ingin tampilkan, tetapi juga dalam apa yang pemirsa temukan saat mereka mencerna gambar tersebut. Interpretasi ini subjektif dan berubah-ubah, diwarnai oleh pengalaman pribadi dan pandangan dunia—setiap orang melihat gambar tersebut dari sudut yang berbeda, sama seperti setiap orang memiliki cara pandang yang unik terhadap kehidupan.
Dalam fotografi, seperti halnya dalam kehidupan, kita belajar bahwa tidak semua yang tampak bagi mata harus menjadi fokus. Kita diajarkan untuk menghargai keindahan dalam detail dan belajar untuk mencari tahu apa yang penting dan layak mendapatkan perhatian kita. Seperti bukaan diafragma yang memilih untuk mempertajam atau memblurkan bagian dari suasana, kita pun memiliki kekuatan untuk memutuskan hal-hal mana dalam hidup yang perlu kita fokuskan dan apa yang bisa kita biarkan menjadi latar belakang.
Inti dari fotografi bukan hanya dalam penciptaan gambar-gambar yang aesthetic atau teknis impresif, melainkan dalam kemampuan fotografi untuk menangkap kekayaan emosi dan cerita yang ada dalam setiap momen. Serupa dengan hidup, missi utama fotografi adalah berkomunikasi, menghubungkan, dan menceritakan sebuah kisah yang melampaui kata-kata—menggambarkan kedalaman dari pengalaman manusia itu sendiri.
Catatan dan pengingat diri Mas Bojreng di poli dini hari.
Kayaknya sudah saatnya untuk potong rambut ini.
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment