Sering saya ditanya kenapa sering menulis atau upload tentang kematian, suatu hal yang mungkin orang tidak suka atau tidak nyaman untuk memperbincangkan. Karena buat saya kematian itu adalah hal yang pasti dan hidup untuk mencari bekal. Seakan akan kematian itu masih jauh dari kehidupan, padahal kematian adalah hal yang paling dekat.
Kematian adalah kebenaran yang tidak bisa dielakkan oleh setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Islam, mengingat kematian bukanlah tentang meresapi ketakutan atau kesedihan, melainkan sebuah proses untuk mengingatkan diri sendiri tentang tujuan akhir keberadaan manusia di dunia ini. Mengingat kematian dianggap penting oleh Islam karena beberapa alasan fundamental.
Pertama, mengingat kematian menjadikan hati lebih tunduk dan rendah hati. Ketika seseorang menyadari bahwa dunia ini hanyalah sementara dan kematian bisa datang pada saat yang tidak terduga, ia secara alami akan cenderung lebih sedikit terikat dengan kesenangan materi dan lebih fokus pada nilai-nilai spiritual.
Kedua, kesadaran akan kematian mendorong manusia untuk selalu siap menghadapi akhirat. Dalam Islam, kehidupan setelah kematian dianggap sebagai kehidupan yang hakiki, dan dunia ini hanyalah persinggahan sementara untuk mempersiapkan diri. Mengingatkan diri tentang kematian menginspirasi seseorang untuk melakukan amal saleh dan menjauhi perbuatan dosa.
Ketiga, ingatan akan kematian bertindak sebagai pencegah dari keangkuhan dan kesombongan. Manusia yang mengingat bahwa mereka akan kembali kepada Allah, akan lebih mudah untuk mempraktikkan kerendahhatian dan menghargai sesama.
Keempat, kesadaran akan kematian membantu dalam memelihara kesabaran dalam menghadapi ujian. Dalam Islam, setiap kesulitan di dunia ini dipandang sebagai ujian yang memiliki batas waktu. Dengan ingatan tentang kematian, seseorang akan lebih mudah untuk bersabar karena ia mengetahui bahwa apa yang dihadapi di dunia ini hanyalah sementara.
Kelima, mengingat kematian mendorong umat Islam untuk selalu mengingat Allah dan hari pertanggungjawaban. Ingatan akan kematian menjaga agar seseorang terus berada dalam keadaan zikir (mengingat Allah) dan menjaga diri agar tetap dalam jalur yang diridhai-Nya.
Keenam, dalam Islam, mengingat kematian juga dianggap sebagai bentuk introspeksi diri. Dengan mengingat kematian, seseorang diingatkan untuk terus menilai perbuatannya, memperbaiki kekurangan, dan meminta maaf atas kesalahan serta dosa yang telah dilakukan.
Terus untuk apa kita hidup didunia ini?
Kehidupan di dunia seringkali diibaratkan sebagai perjalanan singkat yang menyediakan berbagai rintangan dan peluang. Di tengah beragam aspirasi duniawi, banyak yang beranggapan bahwa pencarian yang paling mendasar adalah meraih Ridha Illahi—yakni kepuasan dan persetujuan Allah SWT sebagai landasan dari segala usaha. Namun, apakah itu satu-satunya yang kita cari dalam kehidupan?
Kita juga mencari makna dan tujuan. Kita ingin memahami mengapa kita ada di dunia ini dan apa peranan kita. Setiap orang ingin meninggalkan jejak, entah itu melalui kontribusi terhadap masyarakat, melalui karya, atau melalui kebaikan hati dan hubungan dengan sesama. Mengenal diri sendiri dan mengetahui potensi yang kita miliki menjadi bagian dari pembangunan identitas diri.
Dalam persiapan menghadapi kematian, kita belajar tentang penerimaan dan kesiapan. Penerimaan atas takdir dan kehendak Ilahi yang membentuk alur kehidupan kita, serta kesiapan untuk bertemu dengan Allah SWT sebagai akhir dari perjalanan iman. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menjalani kehidupan yang tidak hanya fokus pada keuntungan materi, tetapi juga pada pengayaan rohani dan akhlak.
Kita berusaha membangun hubungan sosial yang bernilai, mencari kasih sayang dan persaudaraan yang berkualitas. Hubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat memungkinkan kita untuk berbagi kebahagiaan dan dukungan saat kesulitan. Melalui interaksi sosial, kita menyadari bahwa kehidupan bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi tentang bagaimana kita bisa membawa dampak positif bagi orang lain.
Cinta dan kebahagiaan juga merupakan bagian dari pencarian kita. Kedua unsur ini sering dianggap sebagai sumber kepuasan yang paling nyata dalam kehidupan seseorang. Mereka menjadi kekuatan pendorong yang memberi energi dan motivasi untuk menjalani hari dengan semangat.
Pendidikan dan berkembang secara intelektual adalah hal yang kita kejar, karena melalui ilmu kita dapat memperbaiki keadaan diri kita serta berkontribusi dalam pembangunan peradaban. Kita mencari untuk mengerti lebih dalam tentang alam semesta, kehidupan, dan segala sesuatu di antaranya, yang pada gilirannya dapat membuat kita lebih menghargai keagungan ciptaan Illahi.
Kesehatan dan kesejahteraan adalah dasar bagi semua pencarian lainnya. Kita berusaha untuk menjaga kesehatan fisik dan mental agar dapat menjalani kehidupan dengan penuh dan memenuhi tanggung jawab duniawi dan ukhrawi.
Di atas semua itu, kita mencari inner peace atau ketenangan batin. Ketenangan yang datang dari beragam aspek kehidupan yang seimbang, baik itu dari pencapaian-pencapaian duniawi, kualitas hubungan sosial, maupun kedalaman hubungan kita dengan Sang Pencipta.
Pada akhirnya, persiapan menghadapi kematian dan pertemuan dengan Allah SWT mengingatkan kita bahwa kehidupan ini bukanlah tujuan akhir melainkan sarana untuk menggapai tujuan akhir tersebut. Keberhasilan bukanlah hanya diukur melalui pencapaian materiil, tetapi melalui kerendahan hati, kepemimpinan hati nurani, dan kekuatan spiritual yang membimbing kita dalam tiap langkah. Ini adalah pemikiran yang mendalam dan terus mendorong kita untuk mencari keseimbangan antara kehidupan dunia dan persiapan akhirat.
Jadi mengingat kematian merupakan suatu praktek yang penting dalam Islam. Hal tersebut tidak hanya membantu dalam menyiapkan diri untuk kehidupan akhirat, tetapi juga memiliki manfaat psikologis dan spiritual yang bisa meningkatkan kualitas kehidupan seseorang di dunia ini. Kematian adalah pengingat yang abadi bahwa hidup di dunia ini adalah sementara, dan setiap pilihan serta tindakan yang diambil memiliki konsekuensi yang kekal.
Jadi ini tulisan panjang, lebar dan tinggi saya di hari ini, sebagai pengingat diri saya. Pada suatu topik pembicaraan yang mungkin orang tidak suka dan tidak nyaman. Saya didalam gua saya setiap Kamis sampai Jumat ini.
Entah lah ada yang baca sampai akhir atau tidak lha ini adalah apa yang ada di otak dan saya rasakan dalam hati saya.
Catatan Mas Bojreng dalam gua
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment