Dua tahun kami menunggu dalam sunyi berdoa,
Lalu kau hadir, menembus fajar yang berselimut asa.
Tangismu, nak, bukan sekadar suara bayi yang pertama—
Itu nyanyian surga yang menetes di pipi Bapak dan Mama.
Dua puluh satu tahun telah kau tapaki bumi,
Langkahmu tumbuh, dari gontai menjadi pasti.
Kami pun menua, menyaksikanmu menjulang tinggi,
Menjadi doa yang perlahan menjelma jadi bukti.
Namamu, Fayyaza, harap kami dalam satu kata,
Agar kebaikan melimpah darimu tak pernah sirna.
Murah hati seperti hujan yang tak memilih tanah,
Berbagi meski dirimu tengah dalam lelah.
Aliya, tinggi maknanya seperti akhlak mulia,
Kami ingin kau hidup dengan kehormatan yang nyata.
Langit tak akan iri bila kau terbang setinggi cita,
Asal hatimu tetap membumi, setia pada yang Maha.
Daffina, pelindung dalam badai dan prahara,
Menjadi tameng bagi Mama dan adikmu tercinta.
Jika kami tiada, kaulah tembok dan pelita,
Yang menenangkan tangis dan menguatkan jiwa.
Anakku, dewasa bukan hanya tentang usia,
Tapi tentang sabar yang tak menyerah meski luka.
Bapak titipkan Mama dan adikmu, jaga mereka—
Dengan cinta yang tak pernah butuh banyak kata.
Jangan biarkan air mata Mama jatuh karena duka,
Tak ada yang lebih mulia dari bakti pada orang tua.
Bila hidup menyesakkan, sabarlah dua kali, tiga,
Sebab sabar—itulah mahkota anak yang utama.
Bapak Bojreng kepada si sulung
#21YearsOfLove #NameWithMeaning #BeKindBeBrave #FamilyFirstAlways #PatienceIsStrength
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment