Tapi untuk mati—itu hakikat yang terlupa,
Dari rahim menuju liang, tak ada jeda cukup,
Hidup hanyalah antrean menuju neraca.
Luka dan tawa hanyalah selingan,
Dalam perjalanan menuju pengadilan,
Dunia bukan rumah, hanya persinggahan,
Dan setiap jejak ditulis tanpa keringanan.
Tidakkah kau lihat, bumi menelan yang tertawa?
Langit mencatat meski lidahmu membisu,
Hari ini kau berdiri, besok mungkin rebah tak bernyawa,
Dan amalmu—bukan gelarmu—yang akan dibawa itu.
Mas Bojreng
#HidupUntukMati #RenunganAkhirat #SpiritualJourney #BekalAkhirat #IslamicReflection
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment