Umar ra melangkah dengan jiwa yang luruh,
Dibalut jubah lusuh dan wajah teduh,
Ke Palestina ia tiba dengan hati yang runtuh,
Tak ada takhta, hanya tawadhu yang utuh.
Langit memerah saat unta renta merunduk,
Umar ra bergantian dengan pelayan yang setia,
Malu raja-raja yang megah bertunduk,
Melihat pemimpin adil tanpa nista,
Mengajarkan kita arti kuasa tanpa harta.
Oh, betapa redupnya hatiku kini,
Kala dunia berlomba memamerkan dunia,
Sedang Umar menangis dalam sunyi,
Tak ingin hidupnya menodai surga-Nya,
Padahal ia pemimpin dunia dengan bijaksana.
Apalah artinya kilau emas berlapis kaca,
Jika Umar hanya berbekal sepotong roti,
Menghadirkan takut pada Rabb semesta,
Tak gentar pada kehinaan di mata duniawi,
Lebih indah hidup bersahaja tanpa dusta.
Malu aku pada diriku sendiri,
Kala mengukur kemuliaan dengan kepemilikan,
Sedang Umar mengajarkanku berarti,
Bahwa sederhana itulah kemuliaan,
Menggenggam dunia tanpa memeluk kemegahan.
Malu saya mas bojreng
#HumbleLiving #NoFlexZone #SimpleLife #LeadWithIntegrity #StayGrounded
#poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment