Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah: "Biarkan mereka yang berburuk sangka denganmu, tetaplah berbuat baik. Jangan biarkan perkataan manusia menghentikanmu dari melakukan amal kebaikan yang engkau niatkan untuk Allah."
Ketika sedang merasakan kegelisahan yang ads mendapat kalimat penyemangat seperti yang diatas tersebut. Bisakah saya... harus bisa... hayuk beristighfar...Jangan pedulikan apa pendapat orang lain, pendapat Allah yang utama. Niatkan selalu Lillahi ta'ala
Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah, seorang ulama besar yang sangat dihormati, pernah memberikan nasihat yang luar biasa: "Biarkan mereka yang berburuk sangka denganmu, tetaplah berbuat baik. Jangan biarkan perkataan manusia menghentikanmu dari melakukan amal kebaikan yang engkau niatkan untuk Allah." Ini adalah sebuah pesan yang sederhana, namun mendalam. Sebuah pengingat untuk tetap berbuat baik meskipun orang-orang di sekitar kita meragukan niat atau tujuan kita.
Tantangan dalam Berbuat Baik
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan dengan berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi perkataan orang lain. Ketika kita berusaha untuk berbuat baik, mungkin ada yang meragukan niat kita. Mereka mungkin berpikir bahwa kita melakukannya untuk mencari pujian, keuntungan pribadi, atau karena alasan lain yang tidak tulus.
Ini bisa sangat menyakitkan, terutama jika kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk melakukan hal yang benar. Kita mungkin merasa sedih, kecewa, atau bahkan marah. Namun, nasihat dari Ibnu Qayyim ini mengingatkan kita bahwa pandangan orang lain tidak seharusnya menjadi penghalang bagi kita. Yang paling penting adalah niat kita. Jika niat kita adalah untuk Allah, maka tidak ada alasan untuk berhenti berbuat baik hanya karena ada yang berburuk sangka.
Niat Adalah Kunci
Dalam Islam, niat adalah hal yang sangat penting. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya." (HR Bukhari dan Muslim). Artinya, setiap perbuatan yang kita lakukan diukur berdasarkan niat di baliknya. Jika niat kita tulus untuk mencari ridha Allah, maka amal kita akan dihitung sebagai kebaikan, terlepas dari apa yang dipikirkan atau dikatakan orang lain.
Seringkali, kita mungkin tergoda untuk berhenti berbuat baik hanya karena merasa tidak dihargai atau diragukan oleh orang lain. Tetapi kita harus ingat bahwa pahala dari perbuatan kita datang dari Allah, bukan dari manusia. Oleh karena itu, fokus kita seharusnya selalu pada niat untuk mencari ridha-Nya, bukan pada apa yang dikatakan orang lain.
Manusia dan Ujian Sosial
Tidak bisa dipungkiri, manusia adalah makhluk sosial. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat, dan wajar jika kita peduli pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Namun, terkadang perhatian ini bisa menjadi berlebihan dan mengganggu. Kita menjadi terlalu fokus pada pandangan orang lain, sampai-sampai melupakan apa yang sebenarnya lebih penting, yaitu penilaian Allah terhadap kita.
Ketika kita berbuat baik, selalu ada kemungkinan bahwa orang lain akan salah paham atau bahkan mencurigai niat kita. Hal ini adalah bagian dari ujian kehidupan. Kita harus bisa belajar untuk menahan diri dari keinginan untuk selalu mendapat pengakuan dari orang lain, dan sebaliknya lebih fokus pada pengakuan dari Allah.
Ini bukan berarti kita tidak boleh mendengarkan kritik atau saran dari orang lain. Tentu saja, kita harus terbuka untuk menerima masukan yang membangun. Namun, jika kritik itu tidak berdasarkan kebenaran, atau jika itu hanya sekedar prasangka buruk tanpa bukti, maka tidak perlu terlalu memikirkannya. Biarkan saja, seperti yang disarankan oleh Ibnu Qayyim, dan teruslah berbuat baik.
Berbuat Baik Karena Allah
Seringkali, kita mungkin merasa lelah atau putus asa karena terus-menerus berusaha berbuat baik, tetapi tidak mendapatkan apresiasi yang diharapkan. Bahkan, mungkin kita mendapatkan kritik atau prasangka buruk dari orang lain. Pada saat-saat seperti ini, kita perlu mengingat bahwa kita melakukan perbuatan baik bukan untuk mendapatkan pengakuan dari manusia, tetapi untuk mendapatkan ridha Allah.
Berbuat baik karena Allah berarti kita tidak peduli dengan apa yang dikatakan atau dipikirkan orang lain. Selama niat kita benar, dan perbuatan kita sesuai dengan syariat, kita tidak perlu khawatir dengan penilaian manusia. Apa yang penting adalah bagaimana Allah melihat kita.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: "Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan dalam beribadah kepada Tuhannya dengan sesuatu apa pun." (QS. Al-Kahfi: 110). Ayat ini mengingatkan kita bahwa amal yang kita lakukan harus tulus hanya untuk Allah, tanpa ada keinginan untuk dipuji atau diakui oleh orang lain.
Mengatasi Rasa Kecewa
Adalah hal yang wajar jika kita merasa kecewa ketika orang lain salah menilai kita. Namun, kita harus belajar untuk tidak terlalu larut dalam kekecewaan tersebut. Ingatlah bahwa manusia tidak sempurna, dan sering kali mereka salah paham. Yang lebih penting adalah bagaimana Allah menilai kita, dan Allah Maha Mengetahui niat kita yang sebenarnya.
Orang beriman selalu yakin bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan dirinya sendirian, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Keyakinan ini didasarkan pada janji Allah yang tercermin dalam perkataan Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi momen genting, "Jangan bersedih, Allah bersama kita." (QS. at-Taubah: 40). Pesan ini mengajarkan bahwa sebesar apa pun ujian atau tantangan yang dihadapi, pertolongan Allah selalu ada bagi hamba-Nya yang beriman dan bertawakkal. Rasa tenang dan optimisme muncul ketika kita meyakini bahwa Allah senantiasa dekat, mendengar doa kita, dan siap memberikan bantuan pada waktu yang tepat.
Orang beriman selalu yakin bahwa setiap kesabaran yang mereka tunjukkan akan mendapatkan balasan yang besar dari Allah. Keyakinan ini didasarkan pada janji Allah dalam firman-Nya, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS az-Zumar: 10). Ujian dan kesulitan dalam hidup tidak membuat mereka putus asa, karena mereka tahu bahwa dengan bersabar, mereka akan memperoleh pahala yang tak terhingga. Kesabaran adalah kunci untuk meraih rahmat dan ganjaran yang luar biasa dari Allah, dan balasannya tidak akan terlewatkan, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang beriman selalu bersyukur bahwa selama alam ini diatur dan diurus oleh Allah, Allah SWT pasti akan menghadirkan kebaikan bagi umat manusia. Itulah pengakuan yang terucap lewat lisan saat kita membaca surah al-Fatihah, “Alhamdulillah Rabbil alamin.”
Dalam hadis qudsi Allah berfirman, “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, itulah yang ia dapatkan. Namun, jika ia berprasangka buruk, itu pula yang ia dapatkan” (hadis hasan dalam kitab al-Jami ash-Shaghir lis Suyuthi).
Ini berarti, jika kita yakin bahwa Allah akan membalas kebaikan kita dengan kebaikan pula, maka itulah yang akan terjadi. Oleh karena itu, jangan biarkan prasangka buruk manusia merusak hubungan kita dengan Allah atau menghentikan kita dari berbuat baik.
Jadi Tetaplah Berbuat Baik
Pesan dari Ibnu Qayyim ini mengajarkan kita untuk tidak berhenti berbuat baik hanya karena ada orang yang berprasangka buruk. Biarkan mereka berpikir apa yang mereka mau, dan tetaplah fokus pada tujuan kita, yaitu untuk mendapatkan ridha Allah. Jangan biarkan perkataan atau penilaian manusia menghentikan kita dari melakukan amal kebaikan yang kita niatkan untuk Allah.
Teruslah berbuat baik, meskipun tidak ada yang melihat. Teruslah membantu, meskipun tidak ada yang mengakui. Pada akhirnya, semua amal kita akan dihitung oleh Allah, dan itulah yang terpenting. Biarkan manusia dengan prasangka mereka, dan kita tetap dengan niat baik kita. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup.
Catatan Mas Bojreng
#KeepDoingGood #IgnoreNegativity #SeekAllahsApproval #FocusOnIntentions #StayPositive #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment