Friday, September 6, 2024

Sebuah Renungan Tentang Kehidupan yang Sementara

Perjalanan kemarin membuat saya merenung dan berpikir. Terasa ada yang mengganjal.

Ketika merasa ada kegelisahan di hati, dunia terasa sedemikian berubahnya dan dengan terasa cepatnya. Entah kenapa saya memilih untuk memperlambat diri, bahkan cenderung menjauh daripada mendekat.


Apa yang dicari dan berusaha dipertahankan didunia ini? Toh akhirnya akan kembali juga ke 2 x 1 meter. Membuat saya merenung di malam nan sepi ini.

Harta dan Jabatan Tak Akan Mengikut Ketika Kita Mati

Di dunia yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam kesibukan mengejar harta, jabatan, dan status sosial. Segala usaha dikerahkan untuk memperoleh kedudukan tinggi, kehidupan mewah, dan pengakuan dari orang lain. Seolah-olah, harta dan jabatan adalah tujuan akhir yang mampu memberikan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Namun, ada satu kenyataan yang sering terlupakan, yaitu bahwa tidak ada satu pun dari semua itu yang akan mengikuti kita saat kita mati. Harta benda, jabatan, bahkan pengaruh sosial tidak akan menolong di hadapan kematian yang tak terelakkan.

Kehidupan Dunia yang Sementara

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak-anak." (QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan sementara, penuh dengan permainan dan persaingan dalam hal kekayaan, status, serta anak keturunan. Orang berlomba-lomba untuk menggapai kekayaan dan jabatan tanpa menyadari bahwa semua itu hanya fana. Kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan singkat sebelum menuju kehidupan akhirat yang abadi. Ketika kematian tiba, apa pun yang kita kumpulkan di dunia tidak lagi berarti.

Kematian adalah Pintu Menuju Kehidupan Abadi

Kematian adalah suatu kepastian. Baik orang kaya, pejabat, ataupun orang biasa, tidak ada yang dapat menghindarinya. Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (yaitu kematian)." (HR. Tirmidzi).

Mengingat kematian seharusnya menyadarkan kita bahwa harta dan jabatan yang kita kejar dengan penuh ambisi akan tertinggal saat kita meninggalkan dunia ini. Apa yang kita usahakan selama bertahun-tahun, apa yang kita banggakan di dunia, tidak ada artinya lagi di alam kubur. Liang lahat yang kita tempati tidak akan membedakan antara pejabat, orang kaya, atau orang miskin. Semua terbaring dalam liang yang sama, berukuran 2x1 meter.

Namun, ada sesuatu yang membedakan kita ketika kita sudah berbaring dalam kubur. Bukan harta, bukan jabatan, melainkan amal kebaikan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Mengapa Begitu Banyak Orang Terjebak dalam Mengejar Harta dan Jabatan?

Meskipun kita sadar bahwa kematian adalah kepastian, banyak orang masih terjebak dalam perlombaan duniawi. Mereka berusaha mati-matian mempertahankan harta, jabatan, dan pengaruh, bahkan dengan cara yang tidak diridhai Allah SWT. Mengapa demikian?

Pertama, karena ketidakmampuan melihat esensi kehidupan. Banyak yang lupa bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah ujian. Setiap harta, jabatan, dan kenikmatan yang kita peroleh hanyalah titipan sementara dari Allah SWT. Pada akhirnya, semuanya akan kembali kepada-Nya.

Kedua, godaan dunia sangat kuat. Dunia menawarkan kenyamanan, pengakuan, dan kekuasaan yang sering kali memabukkan. Banyak orang menjadi buta oleh nafsu dan keinginan untuk dihormati, sehingga lupa bahwa tujuan utama kita di dunia ini adalah mengabdi kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Ketiga, rasa takut kehilangan dan kekhawatiran tentang masa depan sering membuat orang bergantung pada harta dan jabatan. Mereka berpikir bahwa dengan memiliki lebih banyak kekayaan dan kedudukan, mereka akan merasa aman dan terlindungi. Padahal, keamanan sejati hanya datang dari Allah SWT, bukan dari harta yang fana.

Liang Lahat yang Sama, Tapi Apa yang Membedakan Kita?

Ketika kita wafat, kita semua akan dimasukkan ke dalam liang lahat yang sama, terlepas dari status kita di dunia. Namun, apa yang membedakan satu orang dengan orang lain setelah kematian?

Jawabannya adalah amal kebaikan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Orang yang rajin beribadah, beramal dengan ikhlas, dan menjalani hidup dengan prinsip kejujuran serta ketakwaan, akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT di alam kubur. Sebaliknya, orang yang sibuk mengejar dunia dan melalaikan akhirat akan menuai penyesalan.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh." (HR. Muslim).

Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa yang abadi bukanlah harta atau jabatan, melainkan amal yang ikhlas, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak-anak yang saleh. Harta dan jabatan hanyalah alat untuk berbuat kebaikan di dunia, bukan tujuan akhir yang harus kita agung-agungkan.

Menyadari Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan sejati bukan terletak pada seberapa banyak harta yang kita miliki atau seberapa tinggi jabatan yang kita capai. Kebahagiaan sejati adalah hidup dengan ridha Allah SWT, menjalani setiap hari dengan penuh keikhlasan, dan merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.

Dalam pandangan Islam, harta dan jabatan bukanlah hal yang salah untuk dimiliki, selama keduanya diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan. Namun, harta dan jabatan tidak boleh menjadi tujuan utama hidup kita. Ketika kita terlalu terikat pada harta dan jabatan, kita rentan terhadap kesombongan, kezaliman, dan lupa diri. Sebaliknya, ketika kita menyadari bahwa harta dan jabatan hanyalah titipan, kita akan lebih mudah bersikap rendah hati, dermawan, dan berserah diri kepada Allah SWT.

Mengingat Kematian Sebagai Pengingat Hidup

Salah satu cara terbaik untuk menghindari keterikatan pada dunia adalah dengan sering mengingat kematian. Mengingat bahwa kehidupan di dunia ini sangat singkat akan membuat kita lebih fokus pada hal-hal yang abadi, yaitu amal kebaikan dan keridhaan Allah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah kematian." (HR. Ibnu Majah).

Mengingat kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dijadikan sebagai motivasi untuk berbuat baik. Dengan mengingat kematian, kita akan lebih berhati-hati dalam menjalani hidup, lebih ikhlas dalam beramal, dan lebih fokus pada tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mencari ridha Allah SWT.

Harta, jabatan yang dikejar, diperebutkan atau dipertahankan tidak akan ikut saat kita mati.

Harta, jabatan, dan segala yang kita kumpulkan di dunia ini tidak akan mengikuti kita ketika kita mati. Hanya amal kebaikan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang akan menolong kita di akhirat. Oleh karena itu, mari kita gunakan harta dan jabatan sebagai alat untuk kebaikan, bukan sebagai tujuan hidup. Kehidupan dunia ini hanyalah sementara, sedangkan kehidupan akhirat akan abadi. Dengan mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelahnya, kita akan menjalani hidup dengan lebih bermakna dan penuh keikhlasan. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selalu ingat akan hakikat kehidupan dan senantiasa berusaha untuk meraih ridha-Nya.

Pada akhirnya, apa sih yang benar-benar kita kejar dalam hidup ini? Harta, jabatan, atau pengakuan dari orang lain? Semua itu nggak akan ada yang bisa dibawa saat kita meninggal. Yang akan menemani kita di alam kubur hanyalah amal baik dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kalau kita terlalu sibuk mengejar dunia, bisa-bisa kita lupa bahwa tujuan sebenarnya adalah akhirat. Coba renungkan, apa yang sudah kita siapkan untuk kehidupan setelah mati?

Mari kita sama-sama berpikir ulang, apakah yang kita kejar sekarang benar-benar memberi makna dalam hidup kita. Apakah kita sudah memanfaatkan harta dan jabatan untuk kebaikan, atau hanya sekadar untuk pamer dan mengejar pengakuan? Yuk, mulai sekarang kita perbanyak ibadah, berbuat baik, dan selalu ingat bahwa hidup ini cuma sementara. Yang kekal adalah akhirat, dan hanya amal baik yang akan menolong kita nanti.


Catatan dan renungan Mas Bojreng
entah kenapa saya sering sekali merenung dan menulis tentang kematian sebagai pengingat diri.

#WealthAndPositionFade #PrepareForAfterlife #DeathIsCertain #LiveForEternity #TrueHappinessInFaith #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...