Kala kabut menutupi makna,
Aku memilih membisu tanpa suara,
Tak berani menuliskan kata yang tak ku tahu,
Sebab pena bisa melukis fitnah yang keliru,
Dan fitnah adalah bara neraka yang memburu.
Mengapa harus berbicara tanpa dasar?
Lidah dan pena teramat tajam, tak tersasar,
Sedetik saja terlepas dari kebenaran,
Kata-kata menjelma duri yang menyakitkan,
Dosa besar, terhitung dalam catatan Tuhan.
Aku diam, bukan berarti tak paham,
Namun lebih takut pada tuntutan kelak di alam,
Setiap huruf, setiap ucapan akan dihisab,
Di hadapan Allah, tiada dusta yang terselap,
Semua akan tampak, semua akan menggapai jawab.
Wahai hati, berhentilah tergesa dalam prasangka,
Biarkan waktu yang mengurai simpul tanda tanya,
Diamku adalah bentuk kehati-hatian,
Agar tak tergelincir dalam dosa fitnah,
Sebab fitnah, adalah kehancuran yang nyata.
Hati-hatilah, pada lisan dan goresan tangan,
Sebab semua itu, meski tampak ringan,
Akan menjadi beban yang berat di pengadilan akhir,
Di hadapan Allah, tiada satupun tersembunyi,
Maka, aku memilih diam, hingga jelas nurani.
Mas Bojreng
#ThePowerOfSilence #SpeakWithCaution #WordsMatter #TruthInQuiet #AvoidSlander #MindfulSpeech #poem #poetry #poetsofinstagram #poets #poet #poetrycommunity #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment