Ketika tiba tiba terasa kurang dalam kehidupan, ada yang secara tidak langsung mengingatkan saya hidup qanaah, apa adanya, lebih tenang daripada hidup memaksakan diri mengikuti gaya hidup. Membuat saya terinspirasi untuk menuliskan pendapat saya.
Hidup Qanaah adalah Menjalani Kehidupan dengan Apa AdanyaDalam dunia yang penuh dengan godaan materialisme dan tekanan sosial untuk mencapai standar kehidupan yang tinggi, kita sering kali terjebak dalam perlombaan untuk memiliki lebih banyak. Kita terdorong untuk mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan kita demi mendapatkan pengakuan dari orang lain. Namun, Islam mengajarkan kita untuk hidup dalam qanaah, yaitu menerima dengan ikhlas segala apa yang telah Allah berikan kepada kita. Hidup dalam qanaah memberikan ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang jauh lebih berharga daripada kebahagiaan semu yang diperoleh dari hidup yang memaksakan diri.
Qanaah dalam Perspektif Islam
Qanaah berasal dari kata bahasa Arab yang berarti "puas" atau "merasa cukup". Dalam konteks kehidupan sehari-hari, qanaah berarti merasa puas dengan rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT, baik dalam hal harta, kesehatan, maupun takdir lainnya. Seseorang yang memiliki sifat qanaah tidak akan merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain, melainkan selalu bersyukur atas apa yang ada dalam genggamannya.
Rasulullah SAW bersabda, "Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah melihat kepada orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian." (HR. Muslim). Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak selalu membandingkan diri dengan orang yang memiliki lebih banyak, tetapi untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Qanaah merupakan Kunci Ketenangan Jiwa
Salah satu keutamaan dari hidup qanaah adalah ketenangan jiwa. Ketika seseorang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, ia tidak akan terjebak dalam kecemasan untuk terus mengejar lebih banyak. Rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT memberikan perasaan damai, karena kita yakin bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah yang terbaik untuk kita menurut Allah.
Sebaliknya, hidup yang selalu memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup orang lain atau standar sosial tertentu sering kali membawa ketidakpuasan. Kita terus merasa kurang, walaupun secara materi kita memiliki banyak. Hal ini karena hati kita tidak pernah merasa puas, selalu ingin lebih, dan akhirnya hidup dalam kecemasan serta ketidakbahagiaan.
Bahaya Memaksakan Diri Mengikuti Gaya Hidup
Di zaman modern ini, tekanan untuk tampil dengan gaya hidup yang "mewah" atau sesuai dengan tren sangat besar, terutama dengan adanya media sosial. Kita sering kali melihat kehidupan orang lain yang terlihat sempurna dan menginginkan hal yang sama, tanpa mempertimbangkan apakah kita mampu atau tidak. Akibatnya, banyak orang yang memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup tersebut dengan berhutang, bekerja lebih keras tanpa henti, atau mengorbankan kesehatan dan waktu berharga bersama keluarga.
Namun, hidup dalam kepalsuan ini hanya akan membawa kita pada kehancuran. Hutang yang menumpuk, stres yang berkepanjangan, dan hubungan yang retak adalah sebagian dari konsekuensi dari hidup yang memaksakan diri. Pada akhirnya, meskipun kita mungkin berhasil mencapai standar hidup yang kita inginkan, kebahagiaan yang dihasilkan hanyalah sementara dan sering kali disertai dengan rasa cemas dan takut kehilangan apa yang sudah kita capai.
Hidup Sederhana adalah Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati
Islam mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan. Rasulullah SAW sendiri adalah contoh terbaik dalam hal ini. Meskipun beliau adalah pemimpin umat dan mendapatkan banyak harta dari peperangan dan zakat, beliau tetap hidup sederhana, bahkan memilih untuk tidur di atas tikar kasar dan makan dari makanan yang sederhana.
Dengan hidup sederhana, kita akan lebih mudah merasa puas dan bersyukur. Tidak ada beban untuk terus mengejar lebih banyak, dan kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup, seperti ibadah, keluarga, dan berbagi dengan sesama. Hidup sederhana juga membantu kita untuk lebih menghargai nikmat yang kecil dan tidak selalu menginginkan yang besar.
Selain itu, hidup dalam qanaah akan menjauhkan kita dari sifat-sifat tercela seperti iri hati, rakus, dan tamak. Kita menjadi lebih ikhlas dalam menerima takdir Allah dan lebih mampu menghadapi ujian hidup dengan tenang. Ketika kita tidak terlalu terikat pada dunia, kita akan lebih siap untuk menghadapi kematian dan kehidupan setelahnya.
Qanaah dan Keseimbangan Hidup
Kehidupan yang qanaah bukan berarti kita tidak boleh berusaha untuk meningkatkan taraf hidup atau mencapai kesuksesan. Islam tidak melarang kita untuk bekerja keras dan meraih rezeki yang halal. Namun, qanaah mengajarkan kita untuk selalu merasa cukup dengan hasil yang kita peroleh, tidak tergoda untuk mencari lebih banyak dengan cara yang tidak halal, dan tidak mengorbankan nilai-nilai yang kita pegang teguh.
Keseimbangan hidup dapat dicapai ketika kita tahu kapan harus berusaha dan kapan harus menerima. Berusaha keras untuk mencapai cita-cita adalah kewajiban, tetapi kita harus tetap mengingat bahwa hasil akhirnya adalah kehendak Allah. Ketika kita telah berusaha semampu kita, kita harus menerima apapun hasilnya dengan lapang dada, itulah qanaah.
Hidup qanaah adalah jalan menuju tenangnya hati
Hidup qanaah adalah jalan menuju ketenangan jiwa dan kebahagiaan sejati. Dalam dunia yang penuh dengan godaan materialisme dan tekanan sosial, qanaah mengajarkan kita untuk merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan. Dengan hidup sederhana dan tidak memaksakan diri mengikuti gaya hidup orang lain, kita akan terhindar dari stres dan ketidakbahagiaan. Sebaliknya, kita akan merasakan kedamaian dalam hati dan ketentraman dalam hidup, karena kita selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita.
Ketika kita merenung lebih dalam, kita akan menyadari bahwa segala harta, kemewahan, dan status sosial yang kita kejar di dunia ini hanyalah sementara. Pada saat kematian datang menjemput, semua yang kita banggakan akan tertinggal di dunia. Rumah megah, kendaraan mewah, dan segala kemilau materi akan tetap berada di sini, sementara kita sendiri hanya akan membawa amal kebaikan, keikhlasan, dan ketakwaan kepada Allah SWT sebagai bekal untuk perjalanan selanjutnya.
Maka dari itu, mari kita berpikir dengan jernih dan bertanya pada diri sendiri: Apakah kita ingin menghabiskan hidup ini dengan memaksakan diri mengejar sesuatu yang akan ditinggalkan, ataukah kita ingin fokus pada hal-hal yang akan kita bawa ke akhirat? Dengan memilih hidup dalam qanaah, kita tidak hanya mendapatkan ketenangan di dunia, tetapi juga menyiapkan bekal yang lebih baik untuk kehidupan abadi di akhirat. Hanya amal, doa, dan ketakwaan yang akan menyertai kita dalam perjalanan menuju Allah SWT, sementara dunia akan kita tinggalkan selamanya.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya, dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya..." (QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah SWT memberikan rezeki, ujian, dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan kita. Dengan memahami dan menerima hal ini, kita dapat hidup dalam qanaah, merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, dan tidak memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup yang melebihi kemampuan kita.
Pada akhirnya, qanaah adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih tenang, seimbang, dan penuh dengan berkah. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu merasa cukup dengan rezeki yang telah Dia berikan dan menjauhkan kita dari sifat-sifat yang dapat merusak ketenangan jiwa kita. Amin.
Catatan Mas Bojreng
#ContentmentInLife #SimplicityIsKey #InnerPeace #GratitudeAlways #RejectMaterialism #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment