Entah kenapa benar benar ada kegelisahan di hati ini, serasa ada lobang besar didalam hati. Ketika mengerjakan segala sesuatu menjadi terasa hampa dan malas. Merembet kesemua dalam kehidupan.
Istighfar...Istighfar...
Istighfar...
Ketika melihat seakan sudah pada lupa yang namanya kematian. Hidup itu hanya sebentar. "Hanya mampir ngombe"
Ketika Nurani Terusik
Kegelisahan di hati sering kali muncul ketika kita menyaksikan peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kita junjung tinggi. Salah satu sumber kegelisahan yang kerap kali menghantui hati adalah melihat orang-orang di sekitar kita terjebak dalam keserakahan, demi harta dan jabatan yang hanya bersifat sementara. Dalam keseharian, kita mungkin sering menyaksikan bagaimana manusia berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, mengejar pangkat, dan memegang kendali kekuasaan, seakan-akan lupa akan tujuan akhir dari kehidupan ini—kematian dan kehidupan setelahnya.
Keserakahan dan Penanda Kegelisahan Hati Nurani
Keserakahan adalah salah satu penyakit hati yang dapat merusak moral dan nilai kemanusiaan. Ketika seseorang terobsesi dengan harta benda dan kekuasaan, mereka kerap kali mengabaikan aspek-aspek kehidupan yang lebih bermakna, seperti keadilan, kasih sayang, dan integritas. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT telah memperingatkan kita tentang bahaya keserakahan dan cinta dunia yang berlebihan. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah At-Takathur [102:1-2]: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur."
Firman ini mengingatkan kita bahwa perlombaan dalam mengumpulkan harta dan kekuasaan hanya akan membuat kita lalai, hingga tiba-tiba kematian menjemput tanpa kita sadari. Ketika hati nurani terusik oleh pemandangan keserakahan yang merajalela, kita perlu segera menyadari bahwa kita sedang diingatkan akan bahaya yang mengintai. Keserakahan bukan hanya merusak diri sendiri, tetapi juga merusak hubungan sosial, menyebabkan ketidakadilan, dan memicu konflik antar sesama manusia.
Melupakan Kematian menyebabkan Kehilangan Arah
Kematian adalah keniscayaan yang tak dapat dihindari oleh siapa pun. Namun, sering kali kita melihat manusia hidup seakan-akan mereka akan berada di dunia ini selamanya. Mereka bekerja tanpa henti, menumpuk kekayaan, dan mengejar jabatan tinggi, tetapi melupakan tujuan utama dari kehidupan yang sebenarnya. Dalam Islam, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pintu menuju kehidupan abadi di akhirat. Ketika manusia melupakan kematian, mereka kehilangan arah dan tujuan hidup yang sejati.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian." Dengan mengingat kematian, kita akan lebih berhati-hati dalam setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil. Kesadaran akan kematian akan membawa kita kembali pada hakikat kehidupan yang sebenarnya, yaitu mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah SWT dan menjalani kehidupan abadi di akhirat.
Istighfar merupakan Obat bagi Kegelisahan Hati
Ketika hati gelisah melihat berbagai ketidakadilan dan keserakahan di dunia ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak istighfar. Istighfar adalah permohonan ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, baik yang disengaja maupun tidak. Dengan memperbanyak istighfar, kita tidak hanya membersihkan hati dari dosa-dosa, tetapi juga menenangkan jiwa yang gelisah.
Istighfar memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menyembuhkan luka-luka batin dan menghilangkan kegelisahan yang mengganggu. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman dalam Surah Nuh [71:10-12]: "Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan di dalamnya untukmu sungai-sungai.'"
Ayat ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya sebagai bentuk taubat, tetapi juga sebagai jalan untuk mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Ketika kita memperbanyak istighfar, kita memohon kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa kita dan melindungi kita dari godaan dunia yang melalaikan. Istighfar juga membantu kita untuk tetap rendah hati dan mengingat bahwa kita hanyalah hamba yang lemah, yang selalu membutuhkan rahmat dan ampunan-Nya.
Sujud merupakan Waktu untuk Mendekatkan Diri pada Allah SWT
Selain istighfar, sujud adalah momen yang sangat berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon ampunan-Nya. Ketika kita sujud dalam shalat, kita berada dalam posisi terendah secara fisik, tetapi justru itulah momen di mana kita paling dekat dengan Allah SWT. Dalam sujud, kita merendahkan diri kita sepenuhnya di hadapan Sang Pencipta, mengakui segala kelemahan dan kekurangan kita, serta memohon ampunan dan pertolongan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, "Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu." Memperlama sujud adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ibadah kita dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam sujud, kita dapat mencurahkan segala kegelisahan hati, memohon agar Allah menguatkan iman kita, dan menghindarkan kita dari godaan dunia yang menyesatkan.
Mengembalikan Fokus pada Kehidupan Akhirat
Ketika hati nurani terusik oleh pemandangan keserakahan dan melupakan kematian, kita harus segera mengembalikan fokus kita pada kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan di akhirat. Dunia ini hanya sementara, dan segala harta dan jabatan yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa ketika kematian menjemput. Yang akan kita bawa hanyalah amal perbuatan kita dan rahmat dari Allah SWT.
Ketika menyaksikan kedzaliman dan keserakahan yang merajalela di dunia saat ini, kita perlu meluangkan waktu untuk berpikir dan merenung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di dunia ini? Manusia semakin terjebak dalam perlombaan mengejar harta dan kekuasaan, sering kali mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas yang seharusnya menjadi landasan hidup. Kita melihat bagaimana orang-orang dengan mudah menghalalkan segala cara demi mencapai ambisi pribadi mereka, tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain maupun akhirat mereka sendiri. Dalam kekacauan ini, hati nurani kita terbangun, mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara, dan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perbuatan di hadapan Allah SWT.
Oleh karena itu, saat kita melihat realitas yang pahit ini, hendaknya kita kembali kepada Allah SWT, memperbanyak istighfar, dan memperlama sujud dalam shalat. Dengan merenungkan kondisi dunia yang semakin jauh dari nilai-nilai kebenaran, kita dapat memperkuat iman dan meneguhkan niat untuk tetap berada di jalan yang diridhai-Nya. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk menghadapi tantangan ini dengan sabar dan ikhlas, serta menuntun kita menuju kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam menghadapi kegelisahan hati, kita perlu memperbanyak istighfar dan memperlama sujud sebagai bentuk taubat dan penghambaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, kita akan senantiasa diingatkan bahwa tujuan utama hidup ini adalah meraih ridha-Nya dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menghadapi segala godaan dunia, dan menjadikan kita hamba yang selalu ingat akan kematian dan kehidupan yang kekal di akhirat. Aamiin.
Catatan Mas Bojreng
#Greed #Istighfar #Prostration #Conscience #Afterlife #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment