Setiap hari, kita mendengar berita tentang kematian orang lain, dan suatu hari nanti, orang lain akan mendengar berita tentang kematian kita.
Saatnya Kembali
Di senyap malam, renungi sepi,
Maut datang pasti, tiada yang lari,
Dunia hanyalah persinggahan semu,
Akhirat abadi, rumah yang menunggu.
Kehidupan ini, bak bayang semata,
Hari berganti, waktu berlalu cepat,
Segala nikmat dunia, hanyalah fana,
Persiapkan bekal, janganlah terlambat.
Setiap napas, adalah anugerah-Nya,
Perjalanan hidup, menuju perjumpaan,
Di hadapan-Nya kelak, kita berdiri,
Mempertanggungjawabkan setiap langkah kaki.
Ingatlah selalu, dunia bukanlah tujuan,
Namun persiapan, untuk akhirat yang kekal,
Bersihkan hati, sucikan amal,
Agar nanti, selamat dari siksa dan sesal.
Kembali kepada Allah, jiwa yang tenang,
Dengan iman kuat, hati yang lapang,
Semoga husnul khatimah, menjadi akhir kita,
Di Jannah-Nya, abadi selamanya.
............ oleh mas bojreng......
Hari ini malaikat maut melangkahimu untuk mencabut nyawa orang lain, besok ia melangkahi orang lain untuk menjemput nyawamu. Ungkapan ini mengingatkan kita akan kefanaan hidup dan kepastian kematian. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pentingnya bersiap-siap untuk menghadapi kematian dengan baik.
Kematian adalah kenyataan yang tak terhindarkan dan merupakan bagian dari rukun iman dalam Islam. Setiap Muslim diwajibkan untuk percaya pada qada dan qadar, termasuk kematian yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 57)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap makhluk hidup akan mengalami kematian, dan setelah kematian, kita akan kembali kepada Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita selama di dunia.
Islam memandang hidup sebagai suatu ujian yang harus dijalani dengan penuh kesadaran akan akhirat. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim:
"Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling banyak persiapannya untuk menghadapi kehidupan setelah mati. Itulah orang yang paling cerdas." (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini mengajarkan bahwa mengingat kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan sebuah cara untuk menyadarkan kita agar senantiasa mempersiapkan diri dengan amal sholeh dan menjauhi perbuatan maksiat.
Persiapan Menghadapi Kematian
Mengingat kematian seharusnya mendorong kita untuk senantiasa mempersiapkan diri. Persiapan ini mencakup berbagai aspek kehidupan:
• Menjaga Sholat dan Ibadah: Sholat adalah tiang agama dan ibadah utama dalam Islam. Menjaga sholat lima waktu dengan khusyu’ dan tepat waktu merupakan bentuk persiapan spiritual yang utama. Sholat tidak hanya sebagai kewajiban tetapi juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.
• Bersedekah dan Beramal Sholeh: Sedekah dan amal sholeh adalah investasi kita di akhirat. Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." Dengan bersedekah dan melakukan berbagai amal kebaikan, kita menanam kebaikan yang pahalanya akan terus mengalir bahkan setelah kita meninggal.
• Menuntut Ilmu: Ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amal yang pahalanya akan terus mengalir. Dengan menuntut ilmu, kita dapat memperbaiki diri, mengajarkan kebaikan kepada orang lain, dan memberikan manfaat bagi umat.
• Memperbanyak Istighfar dan Taubat: Manusia tidak luput dari dosa. Oleh karena itu, memperbanyak istighfar dan taubat adalah cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat bagi hamba-Nya yang benar-benar bertaubat.
Kehidupan hanya antara adzan dan sholat
Dalam tradisi Islam, ketika seorang bayi lahir, adzan dikumandangkan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya. Ini melambangkan bahwa hidup seseorang dimulai dengan panggilan untuk beribadah kepada Allah. Sebaliknya, ketika seseorang meninggal, jenazahnya disholati oleh orang-orang yang masih hidup, sebagai doa dan penghormatan terakhir sebelum ia dikuburkan.
Ini menunjukkan bahwa hidup di dunia ini sangat singkat, hanya sekejap antara adzan dan sholat. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Hidup yang singkat ini harus diisi dengan amal yang bisa menjadi bekal di akhirat nanti.
Pandangan Islam tentang Kematian
Islam memandang kematian sebagai pintu menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Dunia hanyalah tempat persinggahan sementara, tempat untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Dalam Al-Qur'an disebutkan:
"Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Ali Imran: 185)
Kematian adalah akhir dari perjalanan di dunia dan awal dari perjalanan di akhirat. Setelah kematian, kita akan memasuki alam barzakh hingga tiba hari kiamat, di mana semua amal perbuatan kita akan dihitung dan kita akan dibalas sesuai dengan apa yang kita kerjakan.
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan, yaitu kematian." (HR. Tirmidzi)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa kematian akan menghancurkan segala kelezatan duniawi yang seringkali membuat kita lalai dari mengingat Allah dan akhirat. Dengan mengingat kematian, kita akan lebih bijaksana dalam menjalani hidup dan lebih berhati-hati dalam setiap tindakan yang kita lakukan.
Sikap Terhadap Kematian
Islam mengajarkan sikap yang seimbang dalam menghadapi kematian. Di satu sisi, kita harus selalu mengingat kematian sebagai pengingat untuk terus berbuat baik. Di sisi lain, kita juga tidak boleh hidup dalam ketakutan yang berlebihan terhadap kematian hingga menghambat aktivitas sehari-hari.
Kematian harus menjadi motivasi untuk lebih giat dalam beribadah dan berbuat baik, bukan menjadi sumber ketakutan yang membuat kita putus asa. Dalam menghadapi kematian, seorang Muslim seharusnya memiliki sikap husnuzan (berbaik sangka) kepada Allah, percaya bahwa Allah akan memberikan balasan yang terbaik bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh.
Hari ini malaikat maut melangkahimu untuk mencabut nyawa orang lain, besok ia melangkahi orang lain untuk menjemput nyawamu. Ungkapan ini mengajarkan kita untuk selalu siap menghadapi kematian. Islam menuntun kita untuk memanfaatkan hidup yang singkat ini dengan sebaik-baiknya, dengan beribadah kepada Allah, melakukan amal sholeh, menuntut ilmu, dan memperbanyak istighfar serta taubat.
Kehidupan dunia ini seringkali diibaratkan sebagai "mampir ngombe," sebuah pepatah Jawa yang berarti hanya berhenti sejenak untuk minum. Ungkapan ini mencerminkan betapa singkat dan sementaranya keberadaan kita di dunia ini. Dalam pandangan Islam, kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara sebelum menuju kehidupan yang abadi di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan kesenangan yang menipu, sedangkan kehidupan akhirat adalah yang sebenarnya dan lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Ankabut: 64). Oleh karena itu, kita diingatkan untuk tidak terjebak dalam keindahan dan kenikmatan duniawi yang sementara, melainkan fokus untuk mempersiapkan bekal menuju akhirat dengan memperbanyak amal sholeh dan ibadah.
Pepatah "mampir ngombe" mengajarkan kita untuk selalu sadar akan kefanaan hidup dan pentingnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Hidup yang hanya sebentar ini harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat dan bermakna. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad). Dengan demikian, setiap Muslim diharapkan untuk senantiasa memperbaiki diri, menuntut ilmu, membantu sesama, dan selalu mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupan. Dengan cara ini, kita dapat menjalani hidup yang singkat ini dengan penuh berkah dan persiapan yang matang untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya di akhirat nanti.
Dengan mengingat kematian, kita akan lebih termotivasi untuk menjalani hidup dengan lebih baik dan lebih bermakna. Karena pada akhirnya, kehidupan dunia ini hanyalah sementara, dan kehidupan yang abadi adalah di akhirat. Bersiaplah selalu, karena kematian adalah suatu kepastian yang bisa datang kapan saja tanpa diduga. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang senantiasa siap menghadapi kematian dengan husnul khatimah (akhir yang baik).
Kadang masih sering menjumpai dan ditanya .. kenapa sih saya sering ngomongin tentang kematian? Karena itu sebagai pengingat diri saya sendiri. Bahwa semua nya akan dipertanggungjawabkan ke Allah SWT.
Kenapa Allah masih hidupkan aku hari ini?
Jawaban Imam Ghazali; "Karena dosaku terlalu banyak dan Allah masih izinkan aku untuk bertaubat. "
Catatan dan pengingat diri Mas Bojreng
#DeathReminder #LifeIsShort #IslamicPerspective #PrepareForDeath #AdhanAndPrayer #LifeAndDeath #IslamicTeachings #SpiritualPreparation #GoodDeeds #RememberDeath #FaithAndActions #EternalLife #HusnulKhatimah #IslamicLife #LifeAfterDeath #IslamicWisdom #QuranAndHadith #MementoMori #FaithJourney #IslamicBeliefs #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment