Ketika membaca di WA group ada yang berkomentar.. lho dia kan masih muda? Kok sudah meninggal ya, usia sedemikian mudanya kenapa sampai dirawat di ICU?
Suatu ucapan yang menurut saya tidak perlu dan patut diucapkan dalam suatu forum. Cukup direnungkan, dipikirkan dan didoakan.Empati yang tidak ada menurut saya.
Membuat saya berpikir dan merenung pagi dini hari sambil mengamati langit yang sedemikian bersihnya seakan baru saja dicuci.
Pengingat Diri: Sakit dan Mati Tidak Mengenal Usia dan Keadaan
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita seringkali terjebak dalam rutinitas yang membuat kita melupakan hakikat kehidupan itu sendiri. Salah satu hakikat yang paling penting adalah bahwa sakit dan kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, dan keduanya tidak mengenal usia atau keadaan. Ini adalah kenyataan yang harus kita sadari dan renungkan sebagai pengingat diri dalam menjalani hari-hari kita.
Sakit dan Kematian dalam Perspektif Umum
Sakit dan kematian adalah dua hal yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Tidak peduli seberapa kuat atau sehatnya seseorang, pada suatu saat, kita semua akan merasakan sakit dan pada akhirnya menemui kematian. Sakit bisa datang kapan saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, status sosial, atau keadaan fisik seseorang. Begitu juga dengan kematian, ia bisa datang pada anak kecil, remaja, dewasa, hingga orang tua. Kematian tidak pernah pandang bulu, dan tidak ada satu pun manusia yang bisa lari darinya.
Pandangan Islam tentang Sakit dan Kematian
Dalam Islam, sakit dan kematian dipandang sebagai bagian dari qadha dan qadar Allah SWT. Ini berarti bahwa segala sesuatu, termasuk sakit dan kematian, terjadi atas kehendak dan ketetapan Allah. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk menerima ketetapan ini dengan lapang dada dan bersabar. Sakit bukanlah sekadar musibah, tetapi juga ujian dan sarana untuk mendapatkan pahala jika kita mampu menjalaninya dengan sabar dan ikhlas.
Sakit sebagai Ujian dan Pembersih Dosa
Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada seorang Muslim pun yang tertimpa kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya karena hal tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa sakit dapat menjadi sarana pembersih dosa bagi seorang Muslim. Ketika seseorang sakit, dia diuji kesabarannya. Jika dia bersabar dan tetap bersyukur, maka sakitnya akan menghapuskan dosa-dosanya. Dalam konteks ini, sakit tidak hanya menjadi cobaan fisik tetapi juga ujian spiritual yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya.
Kematian sebagai Kepastian Hidup
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini menegaskan bahwa kematian adalah kepastian bagi setiap makhluk hidup. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan akhirat. Dalam Islam, kehidupan dunia hanyalah sementara dan penuh dengan ujian, sedangkan kehidupan akhirat adalah tempat pembalasan yang kekal. Oleh karena itu, seorang Muslim diingatkan untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan meningkatkan amal ibadah dan kebaikan.
Hikmah di Balik Sakit dan Kematian
Sakit dan kematian, meskipun tampak menakutkan, mengandung banyak hikmah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup. Pertama, sakit mengajarkan kita tentang kelemahan dan ketidakberdayaan manusia. Sebagai makhluk yang lemah, kita harus selalu bergantung kepada Allah SWT dan memohon pertolongan-Nya. Kedua, sakit juga mengajarkan kita tentang pentingnya kesehatan dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Ketika sehat, kita seringkali lupa bersyukur dan menggunakan waktu kita untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Namun, saat sakit, kita baru menyadari betapa berharganya kesehatan.
Kematian, di sisi lain, mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini sementara. Setiap detik yang kita miliki adalah kesempatan untuk berbuat kebaikan dan memperbanyak amal ibadah. Kematian juga mengingatkan kita untuk tidak terikat pada kehidupan duniawi dan materi. Karena pada akhirnya, kita akan meninggalkan semuanya dan hanya amal ibadah yang akan kita bawa.
Tanda Cinta dari Allah
Dalam Islam, sakit dan kematian juga bisa dipandang sebagai tanda cinta dari Allah SWT. Allah menguji hamba-Nya dengan berbagai cobaan termasuk sakit agar hamba tersebut lebih dekat kepada-Nya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya. Jika hamba tersebut sabar dan ikhlas, maka dia akan mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah.
Menghadapi Sakit dan Kematian dengan Ikhlas
Sebagai Muslim, kita diajarkan untuk menghadapi sakit dan kematian dengan ikhlas dan tawakkal. Ikhlas berarti menerima segala ketetapan Allah dengan hati yang lapang, tanpa mengeluh atau merasa tertekan. Tawakkal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin. Kedua sikap ini akan memberikan ketenangan dan kekuatan bagi seorang Muslim dalam menghadapi berbagai ujian hidup, termasuk sakit dan kematian.
Mengambil Pelajaran dari Kehidupan Rasulullah SAW dan Para Sahabat
Kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam menghadapi sakit dan kematian. Rasulullah SAW, meskipun sebagai utusan Allah yang paling mulia, juga mengalami sakit dan akhirnya meninggal dunia. Dalam menghadapi sakit, beliau selalu bersabar dan tetap beribadah kepada Allah SWT. Para sahabat juga menunjukkan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai cobaan termasuk sakit dan kematian. Mereka selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan menjalani hidup dengan penuh ketaqwaan.
Laa ba’sa thahuurun. InsyaaAllah. “ Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, insyaallah”
La syaafiya illa anta syifa’an laa yughadiru saqaman. “Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Engkau (Ya Allah), dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri”.
Sakit dan mati adalah dua hal yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Dalam Islam, keduanya dipandang sebagai bagian dari qadha dan qadar Allah SWT yang harus diterima dengan ikhlas dan tawakkal. Sakit dapat menjadi sarana pembersih dosa dan ujian kesabaran, sedangkan kematian adalah kepastian yang mengingatkan kita akan kehidupan akhirat. Sebagai Muslim, kita diajarkan untuk menghadapi sakit dan kematian dengan sabar, ikhlas, dan tetap berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk laki laki
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hii wa’fu anhu
Untuk perempuan
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
Allaahummaghfir laha warham ha wa’aafi ha wa’fu anha
Dengan memahami dan merenungkan hakikat ini, kita akan lebih siap dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Kita juga akan lebih menghargai setiap detik kehidupan yang Allah berikan dan memanfaatkannya untuk berbuat kebaikan. Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian yang Allah berikan, dan semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Amin.
Catatan Mas Bojreng ketika diingatkan perbincangan di WA group dan FB memories
#Reminder #LifeAndDeath #IllnessAndDeath #IslamicPerspective #FaithAndPatience #DivineDecree #TrialsAndTribulations #SpiritualGrowth #LifeLessons #Endurance #EternalLife #ProphetMuhammad #IslamicTeachings #AcceptanceAndTrust #Gratitude #Resilience #SpiritualJourney #IslamicWisdom #LifeAndMortality #FaithInAdversity #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment