Friday, May 31, 2024

Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, lan Ojo Dumeh

Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, lan Ojo Dumeh

Beberapa hari ini, entah kenapa kok teringat akan filosofi ini. Membuat saya pengen mencoba untuk menuliskannya.


Filosofi hidup orang Jawa sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang mengajarkan cara pandang dan sikap dalam menjalani kehidupan. Di antara banyak ajaran tersebut, ada tiga yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu "Ojo Kagetan," "Ojo Gumunan," dan "Ojo Dumeh." Masing-masing ajaran ini memberikan panduan untuk bersikap bijak dan menjaga keseimbangan dalam menghadapi berbagai situasi. Dalam tulisan ini, kita akan membahas makna dari ketiga ajaran tersebut, pandangan Islam terhadap nilai-nilai ini, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan hubungan antar sesama.

Ojo Kagetan: Jangan Mudah Terkejut

"Ojo Kagetan" secara harfiah berarti "jangan mudah terkejut." Ajaran ini mengajarkan kita untuk tidak mudah kaget atau panik dalam menghadapi perubahan atau situasi baru. Dalam konteks modern, kehidupan penuh dengan dinamika yang sering kali tidak terduga, seperti perubahan teknologi, kebijakan, atau bahkan peristiwa tak terduga dalam kehidupan pribadi. Dengan menerapkan prinsip "Ojo Kagetan," kita diajak untuk tetap tenang, beradaptasi dengan perubahan, dan mencari solusi tanpa terburu-buru atau emosional.

Dalam Islam, sikap tenang dan tidak panik juga sangat dianjurkan. Al-Qur'an mengajarkan umatnya untuk selalu bertawakal kepada Allah dalam segala situasi. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286 menyebutkan, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Artinya, setiap ujian dan perubahan yang kita hadapi sudah diatur sesuai dengan kemampuan kita. Dengan demikian, sikap "Ojo Kagetan" sangat selaras dengan prinsip tawakal dalam Islam.

Ojo Gumunan: Jangan Mudah Kagum

"Ojo Gumunan" berarti "jangan mudah kagum." Filosofi ini mengingatkan kita untuk tidak mudah terpesona atau terkesima dengan sesuatu yang baru atau menarik. Hal ini penting agar kita tetap kritis dan bijak dalam menilai sesuatu. Di era digital ini, kita sering kali disajikan dengan berbagai informasi dan tren yang menarik, baik di media sosial maupun di lingkungan sekitar. Dengan mengamalkan "Ojo Gumunan," kita diajak untuk tidak cepat percaya atau terbawa arus tanpa mempertimbangkan dengan matang.

Dalam pandangan Islam, sikap kritis dan tidak mudah terpesona juga ditekankan. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk selalu menggunakan akal dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam." Ajaran ini menggarisbawahi pentingnya berpikir sebelum bertindak atau berucap, sehingga kita tidak mudah terbawa oleh hal-hal yang bersifat sementara atau menipu.

Ojo Dumeh: Jangan Sombong

"Ojo Dumeh" berarti "jangan sombong" atau "jangan merasa lebih." Ajaran ini menekankan pentingnya rendah hati dan tidak merasa lebih hebat atau lebih baik dari orang lain. Kesombongan sering kali menjadi sumber konflik dan ketidak harmonisan dalam hubungan sosial. Dengan menerapkan prinsip "Ojo Dumeh," kita diajak untuk selalu menghargai orang lain, tidak merendahkan, dan senantiasa bersikap rendah hati.

Dalam Islam, kesombongan adalah salah satu sifat yang sangat dibenci oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, "Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." Sikap rendah hati dan menghargai orang lain adalah bagian penting dari akhlak seorang Muslim. Oleh karena itu, "Ojo Dumeh" sangat sejalan dengan ajaran Islam tentang pentingnya menjaga hati dari sifat sombong dan merasa lebih dari orang lain.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam Kehidupan Pribadi

• Ojo Kagetan: Dalam menghadapi masalah pribadi seperti kehilangan pekerjaan atau masalah kesehatan, tetap tenang dan mencari solusi adalah kunci. Dengan tidak panik, kita bisa berpikir jernih dan menemukan jalan keluar yang terbaik.

• Ojo Gumunan: Ketika melihat orang lain sukses atau memiliki sesuatu yang baru, jangan langsung iri atau terpesona. Sebaliknya, kita bisa mengambil pelajaran dari mereka dan berusaha untuk mencapai kesuksesan dengan cara kita sendiri.

• Ojo Dumeh: Selalu rendah hati dalam bergaul dengan keluarga, teman, dan tetangga. Jangan merasa lebih baik hanya karena memiliki kelebihan materi atau pencapaian tertentu. Hargai setiap orang dengan segala keunikan mereka.

Dalam Dunia Pekerjaan

• Ojo Kagetan: Di lingkungan kerja, perubahan sering kali terjadi, seperti perombakan tim atau perubahan target perusahaan. Dengan sikap yang tenang dan tidak mudah kaget, kita bisa beradaptasi lebih baik dan tetap produktif.

• Ojo Gumunan: Jangan mudah terpesona dengan tawaran pekerjaan baru atau tren di industri tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Selalu lakukan analisis mendalam sebelum membuat keputusan penting.

• Ojo Dumeh: Hindari sikap merasa lebih pintar atau lebih kompeten dari rekan kerja. Sikap rendah hati dan kerjasama tim akan membawa suasana kerja yang lebih harmonis dan produktif.

Dalam Hubungan Antar Sesama

• Ojo Kagetan: Dalam interaksi sosial, kita sering kali menghadapi perbedaan pendapat atau konflik. Dengan tidak mudah terkejut atau emosional, kita bisa menyelesaikan konflik dengan lebih bijak.

• Ojo Gumunan: Jangan mudah terpesona dengan orang yang baru dikenal hanya karena penampilan atau pencapaian mereka. Kenali mereka dengan lebih dalam sebelum memberikan penilaian.

• Ojo Dumeh: Selalu hargai orang lain tanpa memandang status sosial atau latar belakang. Sikap rendah hati akan membuat kita lebih dihormati dan dicintai dalam komunitas kita.

Ajaran "Ojo Kagetan," "Ojo Gumunan," dan "Ojo Dumeh" memberikan panduan berharga dalam menjalani kehidupan dengan lebih bijak dan seimbang. Ketiga ajaran ini sangat relevan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pribadi, pekerjaan, hingga hubungan sosial. Dalam pandangan Islam, nilai-nilai ini juga sangat selaras dengan prinsip-prinsip dasar seperti tawakal, berpikir kritis, dan rendah hati. Dengan mengamalkan ajaran-ajaran ini, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, produktif, dan bermakna.

Catatan dan pengingat diri Mas Bojreng pagi ini

#KearifanLokal #FilosofiJawa #OjoKagetan #OjoGumunan #OjoDumeh #NilaiHidup #BijakDalamHidup #KehidupanSehariHari #HikmahJawa #PandanganIslam #Kebijaksanaan #HidupRukun #RendahHati #SikapBijak #muslim #moslem #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng 

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...