Kenapa memilih kuliah ini dik? Sering ketika ketemu mahasiswa saya bertanya itu, dan sering sekali dapat jawaban, karena disuruh orang tua.
Bukan karena keinginanmu? Bukan .. sebenarnya saya ingin yang lain, tapi orang tua memaksa saya untuk memilih kuliah ini dok.Entah kenapa saya teringat puisi On Children karya Kahlil Gibran.
On Children
Kahlil Gibran
And a woman who held a babe against her bosom said, Speak to us of Children.
And he said:
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow, which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them, but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite, and He bends you with His might that His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies, so He loves also the bow that is stable.
Hal tersebut membuat saya pengen menuliskan pendapat saya. Mungkin saja ada yang tidak setuju ya monggo saja... ini adalah pandangan saya akan hal ini.
Saya menulis panjang ini juga tidak yakin ada yang baca atau tidak hihi hanya pengen menuliskan apa yang saya pikirkan.
Puisi "On Children" karya Kahlil Gibran mengandung pemikiran yang mendalam mengenai hubungan antara anak dan orang tua. Puisi ini tidak hanya memberikan pandangan filosofis yang mendalam tetapi juga mengandung kebijaksanaan universal yang relevan sepanjang masa. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana Gibran menggambarkan hubungan ini dan mengapa pandangannya begitu berharga dalam konteks modern.
Anak adalah Kehidupan yang Independen
Gibran membuka puisinya dengan pernyataan bahwa anak-anak tidaklah milik orang tua mereka. "Your children are not your children," tulisnya. Pernyataan ini mengejutkan, tetapi sangat kuat. Gibran menekankan bahwa meskipun anak-anak lahir melalui orang tua, mereka bukanlah properti yang bisa dimiliki. Mereka adalah individu yang unik dengan kehidupan mereka sendiri. Pemikiran ini mengajak para orang tua untuk melihat anak-anak mereka sebagai entitas yang mandiri dan tidak menganggap mereka sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri.
Dalam konteks hubungan orang tua dan anak, konsep ini sangat penting. Banyak orang tua yang cenderung memproyeksikan impian dan harapan mereka ke dalam kehidupan anak-anak mereka. Hal ini sering kali membawa tekanan yang tidak perlu dan bisa menghambat perkembangan pribadi anak. Gibran menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak untuk menemukan jati diri mereka sendiri dan mengejar tujuan hidup mereka sendiri.
Peran Orang Tua sebagai Penunjuk Jalan
Gibran melanjutkan dengan mengatakan bahwa orang tua adalah "busur" dan anak-anak adalah "anak panah yang hidup". Dalam metafora ini, orang tua memiliki peran penting sebagai penunjuk jalan, memberikan arah dan dorongan, tetapi pada akhirnya, anak-anak harus menempuh perjalanan mereka sendiri. Busur menembakkan anak panah, memberikan energi dan arah, tetapi begitu anak panah dilepaskan, ia akan melaju di jalannya sendiri.
Metafora ini menggambarkan peran orang tua sebagai pendukung dan pembimbing. Orang tua harus memberikan fondasi yang kuat dan nilai-nilai yang baik, namun pada saat yang sama, mereka harus siap melepaskan anak-anak mereka untuk mengeksplorasi dunia dan menemukan tempat mereka sendiri di dalamnya. Ini adalah keseimbangan yang sulit tetapi sangat penting dalam hubungan orang tua dan anak.
Anak sebagai Manifestasi dari Kehidupan
Gibran juga menyatakan bahwa anak-anak adalah "anak-anak dari kehidupan yang merindukan dirinya sendiri". Ini berarti anak-anak adalah manifestasi dari kehidupan itu sendiri, yang terus berkembang dan berubah. Mereka adalah simbol dari masa depan dan harapan. Oleh karena itu, anak-anak membawa potensi yang tidak terbatas dan kemungkinan-kemungkinan yang tak terbayangkan.
Orang tua, dalam hal ini, memiliki tanggung jawab untuk mengakui potensi ini dan mendukung anak-anak mereka dalam mengembangkan bakat dan minat mereka. Bukan untuk membatasi atau membentuk mereka sesuai dengan keinginan pribadi, tetapi untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan jati diri mereka yang unik. Ini adalah proses yang membutuhkan kesabaran, cinta, dan pemahaman yang mendalam tentang individu yang berbeda.
Menghormati Individualitas Anak
Gibran menekankan pentingnya menghormati individualitas anak. "You may give them your love but not your thoughts," tulisnya. Artinya, orang tua dapat memberikan cinta dan dukungan, tetapi mereka tidak boleh memaksakan pandangan dan pemikiran mereka kepada anak-anak mereka. Setiap anak memiliki pikiran dan perasaan yang unik, dan ini harus dihargai.
Dalam praktiknya, ini berarti orang tua harus mendengarkan anak-anak mereka, memahami perspektif mereka, dan mendukung mereka dalam mengambil keputusan sendiri. Ini juga berarti memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk membuat kesalahan dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Pengalaman ini sangat penting untuk pertumbuhan dan pembelajaran.
Tantangan dalam Menerapkan Filosofi Gibran
Meskipun filosofi Gibran tentang hubungan anak dan orang tua sangat ideal, menerapkannya dalam kehidupan nyata bukanlah tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketakutan orang tua akan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Dalam upaya untuk melindungi mereka, orang tua sering kali ingin mengendalikan dan mengarahkan kehidupan anak-anak mereka. Ini bisa menjadi penghalang bagi perkembangan kemandirian dan kepercayaan diri anak.
Selain itu, masyarakat seringkali memiliki harapan dan standar yang dapat mempengaruhi pandangan orang tua tentang bagaimana anak-anak mereka harus dibesarkan. Tekanan sosial ini bisa membuat orang tua merasa perlu mengarahkan anak-anak mereka ke jalur tertentu, seperti dalam hal pendidikan atau karier. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik dengan jalur hidup mereka sendiri yang harus dihormati.
Implementasi Filosofi Gibran dalam Pendidikan
Implementasi filosofi Gibran dalam konteks pendidikan juga sangat relevan. Guru dan pendidik harus melihat siswa sebagai individu yang memiliki potensi unik dan mendukung mereka dalam pengembangan diri. Pendidikan harus menjadi sarana untuk membantu anak-anak menemukan passion mereka dan mengembangkan keterampilan mereka.
Dalam praktiknya, ini bisa berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi berbagai bidang, mempromosikan pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan kreativitas, dan menciptakan lingkungan di mana siswa merasa aman untuk mengekspresikan diri mereka dan belajar dari kesalahan. Pendidikan yang benar-benar memberdayakan siswa adalah pendidikan yang menghargai individualitas dan potensi setiap anak.
Dalam pandangan Islam, hubungan antara orang tua dan anak memiliki dimensi yang sangat penting dan dijelaskan dengan rinci dalam Al-Qur'an dan Hadis. Islam menekankan keseimbangan antara hak dan tanggung jawab kedua belah pihak, yang sejalan dengan banyak prinsip yang disampaikan oleh Kahlil Gibran dalam puisinya "On Children". Berikut adalah bagaimana pandangan Islam terhadap poin-poin utama yang telah dibahas berdasarkan puisi tersebut:
1. Anak adalah Amanah dari Allah
Islam mengajarkan bahwa anak-anak adalah amanah dari Allah SWT. Mereka bukan milik orang tua, melainkan titipan yang harus dijaga dan dibimbing dengan baik. Al-Qur'an menyebutkan dalam Surat Al-An'am ayat 165 bahwa manusia diberikan tanggung jawab untuk mengelola amanah dengan baik. Pandangan ini menyatakan bahwa anak-anak bukanlah milik orang tua, tetapi individu yang memiliki takdir dan perjalanan hidup mereka sendiri.
2. Peran Orang Tua sebagai Pembimbing
Dalam Islam, orang tua memiliki tanggung jawab besar sebagai pembimbing dan pendidik anak-anak mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mirip dengan metafora busur dan anak panah dari Gibran, di mana orang tua memberikan bimbingan dan dorongan, tetapi anak-anak harus menempuh jalan mereka sendiri. Orang tua harus menanamkan nilai-nilai agama dan moral, serta membimbing anak-anak dalam membangun karakter yang baik.
3. Menghormati Individualitas Anak
Islam mengakui bahwa setiap individu, termasuk anak-anak, memiliki fitrah (kodrat) yang unik. Rasulullah SAW selalu menunjukkan penghormatan terhadap perbedaan individual, termasuk dalam cara beliau berinteraksi dengan anak-anak. Islam mengajarkan pentingnya mendengarkan dan memahami anak-anak, serta tidak memaksakan pandangan kita kepada mereka. Sebagaimana disebutkan dalam Hadis, "Permudahlah, jangan mempersulit; beri kabar gembira, jangan membuat mereka lari" (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Memberikan Pendidikan yang Baik
Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Orang tua diperintahkan untuk mendidik anak-anak mereka dengan baik, baik dalam hal agama maupun pengetahuan umum. Pendidikan ini harus dilakukan dengan cara yang penuh kasih sayang dan perhatian terhadap kebutuhan serta minat anak-anak.
5. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban
Islam mengajarkan keseimbangan antara hak dan kewajiban orang tua dan anak. Anak-anak memiliki kewajiban untuk menghormati dan menaati orang tua mereka, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu" (QS. Luqman: 14). Di sisi lain, orang tua memiliki kewajiban untuk merawat, mendidik, dan memenuhi kebutuhan anak-anak mereka tanpa memaksakan kehendak mereka sendiri.
6. Memberikan Ruang bagi Anak untuk Tumbuh
Islam juga mengajarkan agar orang tua memberikan ruang bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Ini berarti membiarkan mereka mengambil keputusan sendiri dalam batasan yang sesuai dengan ajaran Islam dan membimbing mereka ketika mereka menghadapi kesulitan. Sebagaimana Gibran menyatakan bahwa anak-anak adalah manifestasi dari kehidupan itu sendiri, Islam juga mengakui bahwa setiap anak memiliki potensi yang harus dihormati dan didukung.
7. Kasih Sayang dan Cinta dalam Mendidik
Islam sangat menekankan penggunaan kasih sayang dan cinta dalam mendidik anak-anak. Nabi Muhammad SAW dikenal sangat lembut dan penuh kasih kepada anak-anak. Dalam sebuah Hadis, Anas bin Malik RA berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sayang kepada keluarga daripada Rasulullah SAW" (HR. Muslim). Kasih sayang dan cinta ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan spiritual anak-anak.
Pandangan Kahlil Gibran dalam puisinya "On Children" sangat resonan dengan ajaran Islam mengenai hubungan antara orang tua dan anak. Kedua pandangan ini menekankan pentingnya menghormati individualitas anak, memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik, serta menunjukkan kasih sayang dalam mendidik. Islam mengajarkan bahwa anak-anak adalah amanah dari Allah yang harus dirawat dan dibimbing dengan penuh cinta dan tanggung jawab. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, orang tua dapat membantu anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Puisi "On Children" karya Kahlil Gibran memberikan wawasan yang mendalam tentang hubungan antara anak dan orang tua. Dengan menekankan bahwa anak-anak bukan milik orang tua mereka, tetapi individu yang unik dengan kehidupan mereka sendiri, Gibran mengajak orang tua untuk memberikan dukungan dan bimbingan tanpa memaksakan pandangan mereka. Metafora busur dan anak panah menggambarkan peran orang tua sebagai pendukung dan pembimbing, sementara anak-anak menjalani perjalanan hidup mereka sendiri.
Dalam dunia yang terus berubah, pandangan Gibran sangat relevan. Orang tua dan pendidik perlu menghargai individualitas anak-anak dan memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi mereka. Dengan cinta, dukungan, dan pemahaman, kita dapat membantu anak-anak menemukan jalan mereka sendiri dan menjadi individu yang percaya diri dan mandiri. Puisi Gibran adalah pengingat yang kuat bahwa anak-anak adalah harapan masa depan, dan tanggung jawab kita adalah mendukung mereka dalam perjalanan mereka menuju kehidupan yang penuh makna dan kebahagiaan.
Kepakkanlah sayapmu terbanglah setinggi dan sejauh jauhnya.. selama masih dalam jalannya Allah SWT ikuti petunjuk Nya yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW...
Doa dari kami orang tua selalu kami panjatkan selalu....
La Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah
Catatan Mas Bojreng
#onchildren #childrean #kid #kids #parents #parent #love #educated #education #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment