Sunday, April 28, 2024

Sudah mengucap syukurkah?Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kalian dustakan?

 Diingatkan lagi tadi pagi ketika sampai di Surah Ar Rahman. 

Surah Ar-Rahman adalah surah ke-55 dalam Al-Qur'an yang memuat banyak ayat-ayat tentang nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Di dalam surah ini, Allah berulang-ulang menyatakan pertanyaan, "Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban" yang dapat diterjemahkan sebagai "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kalian dustakan?"


Makna dari pertanyaan ini adalah untuk mengingatkan manusia akan betapa besar dan berlimpahnya nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Tuhan telah memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan dalam kehidupan ini, baik berupa rezeki, keselamatan, pendidikan, keluarga, dan masih banyak lagi. Namun, seringkali manusia lupa dan mengabaikan nikmat-nikmat tersebut, bahkan ada yang ingkar dan tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.


Cara menyikapi pertanyaan ini adalah dengan merenungkan dan merefleksikan betapa besar kasih sayang dan kebaikan Allah kepada kita. Kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, dan jangan pernah menganggap remeh atau meremehkan karunia-Nya. Sebagai hamba yang taat, seharusnya kita selalu menyadari nikmat-nikmat Allah dan menjaga agar hati kita tetap penuh dengan rasa syukur.


Untuk mengimplementasikan makna dari "Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban" dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melakukan beberapa langkah, antara lain:


1. Berterima kasih kepada Allah setiap hari atas segala nikmat yang telah diberikan, baik yang besar maupun yang kecil.

2. Menggunakan nikmat yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakannya.

3. Memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, makhluk lain, dan lingkungan sekitar sebagai bentuk syukur atas nikmat yang Allah berikan.

4. Menggunakan nikmat yang dimiliki untuk berbuat kebaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain.

5. Selalu mengingat bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah, sehingga kita harus menjaga amanah tersebut dengan baik.


Dengan memahami makna dari "Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban" dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, kita diharapkan dapat menjadi hamba yang lebih bersyukur, rendah hati, dan penuh kasih atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.


Menghargai apa yang dimiliki, sekecil apapun bentuknya, adalah salah satu ajaran yang sangat penting dalam Islam. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang tidak bersyukur atas nikmat kecil, maka ia tidak akan mampu bersyukur atas nikmat yang besar." Hal ini mengajarkan kita untuk senantiasa mensyukuri setiap nikmat, sekecil apapun, yang diberikan oleh Allah.


Pandangan Islam mengenai sikap bersyukur dan mengeluh juga sangat jelas. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Surah Ibrahim: 7). Dari ayat ini, kita dapat memahami pentingnya sikap syukur dalam agama Islam.


Bersyukur dan mengucapkan Alhamdulillah merupakan wujud dari rasa syukur yang harus kita tanamkan dalam diri kita sehari-hari. Allah mencintai hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. Sebaliknya, mengeluh dan tidak merasa cukup merupakan tanda ketidakpuasan terhadap rezeki yang telah diberikan Allah.


Jadi, penting bagi setiap muslim untuk selalu memeriksa diri sendiri apakah telah cukup bersyukur atas nikmat yang telah diberikan atau masih terus mengeluh. Ketika kita merasa kurang atau tidak merasa cukup bersyukur, maka kita perlu bertaubat dan memperbaiki sikap kita dalam menyikapi nikmat-nikmat Allah.


Perasaan kehilangan seringkali membuat kita merasa menyesal karena baru menyadari betapa berharganya sesuatu setelah itu pergi dari hidup kita. Namun sebetulnya, kita seharusnya belajar untuk menghargai sesuatu sejak saat itu ada dalam hidup kita, bukan setelah kita kehilangannya.


Mengapa kita harus menunggu sesuatu hilang untuk mulai menghargainya? Mengapa kita tidak belajar untuk mensyukuri setiap detik keberadaannya dalam hidup kita? Setiap momen, setiap kesempatan, setiap orang yang kita cintai, dan setiap nikmat yang kita terima seharusnya kita hargai sebelum terlambat.


Jangan biarkan ego, kesibukan, atau kebiasaan meremehkan hal-hal kecil menghalangi kita untuk mengucapkan terima kasih, merasa syukur, dan menghargai setiap anugerah yang diberikan oleh Allaj SWT. Mulailah hari ini dengan membuka hati dan mata kita lebih lebar, hargai senyum yang diberikan oleh orang terdekat, hargai waktu luang yang diberikan untuk kita bersama keluarga, hargai pelajaran dari setiap kesalahan yang kita alami.


Ketika kita belajar untuk menghargai sesuatu sejak saat itu ada dalam hidup kita, maka setiap detik akan menjadi berarti. Kita akan hidup dengan penuh keberkahan, rasa syukur, dan kedamaian dalam hati. Jadi, jangan menunggu sampai kehilangan sesuatu untuk baru menghargainya, karena sesungguhnya setiap detik kehidupan adalah sebuah anugerah yang patut kita syukuri.


Dengan bersyukur dan mensyukuri setiap nikmat, sekecil apapun, kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam hati. Hal ini juga akan membuka pintu rezeki yang lebih luas dari Allah SWT. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan dalam hidupnya, hendaklah senantiasa bersyukur, menghargai setiap nikmat, serta berkata Alhamdulillah dalam segala situasi yang dihadapi.


Sudahkah bersyukur? Atau sudahkah mengeluh? Ataukah harus merasakan kehilangan terlebih dahulu untuk merasakan syukur atas anugerah atau rahmat yang diberikan Allah SWT?


Terima kasih ya Allah atas pengingat Mu dini hari ini.


Catatan Mas Bojreng


#Alhamdulillah #alhamdulillahforeverything #syukur #grateful #gratefulheart #myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...