Pagi yang cerah memancarkan sinarnya melalui jendela. Udara segar menusuk hidung, menyapa pagi dengan semangat yang baru. Di sinilah awal dari sebuah perjalanan harian, sebuah perjalanan untuk menjemput rejeki atau rizki yang telah dijanjikan oleh Allah.
Menjemput rejeki adalah tugas setiap Muslim. Allah telah menjanjikan rezeki bagi setiap hamba-Nya, dan tugas kita adalah untuk bekerja keras dan berusaha untuk mendapatkannya. Namun, penting untuk diingat bahwa rejeki bukanlah segalanya. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mendapatkan rejeki tersebut dan bagaimana kita menggunakannya.
Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana dan bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah. Beliau juga menekankan pentingnya berbagi rezeki dengan orang lain, terutama dengan yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah, tetapi juga membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk semua orang.
Sudahkah bersyukur di pagi hari ini?
Tak bisa dipungkiri, setiap hari adalah anugerah yang diberikan kepada kita. Pagi yang baru adalah bukti dari kasih sayang Allah yang tak terhingga. Dalam Islam, bersyukur adalah kunci keberuntungan. Saat kita bersyukur atas nikmat yang diberikan, Allah akan menambahkan lebih banyak nikmat kepada kita.
Bersyukur di pagi hari bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata, tetapi juga tentang sikap dan tindakan. Menyadari bahwa kita bangun dengan sehat, memiliki keluarga yang mencintai, dan memiliki kesempatan untuk mencari nafkah adalah anugerah yang tak ternilai harganya.
Tersenyum dan Menyapa Orang, gak usah jaim lah.... siapa sih kita ini?
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak ada dalam tubuh manusia suatu urat pun melainkan akan bertemu dengan sadaqah pada setiap pagi tumbuh matahari." (Muslim)
Saat matahari terbit, mengapa tidak kita sambut dengan senyuman? Senyum adalah sedekah, kata Rasulullah. Senyum bukan hanya menyenangkan bagi orang yang melihatnya, tetapi juga membawa kebahagiaan bagi diri sendiri. Saat kita tersenyum, kita merasakan kedamaian dalam hati kita sendiri.
Tak hanya itu, menyapa orang juga merupakan tindakan yang mulia. Menyapa dengan ramah kepada tetangga, teman, atau bahkan orang yang baru kita kenal adalah cara untuk memperluas jaringan sosial kita dan mempererat tali persaudaraan. Siapa tahu, dalam kebersahajaan kita, kita mungkin menemukan jalan menuju rejeki yang telah Allah gariskan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah." (Tirmidzi)
Jadi semoga kita dijauhi dari sifat sombong dan angkuh
Sifat sombong dan angkuh adalah dua sifat yang harus dijauhi oleh setiap Muslim. Sombong adalah ketika seseorang merasa lebih baik dari orang lain dan menganggap rendah orang lain. Angkuh adalah ketika seseorang merasa dirinya lebih penting dari orang lain.
Dalam Islam, kedua sifat ini sangat dilarang. Allah mencintai hamba-Nya yang rendah hati dan rendah diri. Bersikap rendah hati dan rendah diri tidak hanya membuat kita lebih dicintai oleh Allah, tetapi juga membuat kita lebih mudah diterima oleh orang lain. Dengan rendah hati, pintu-pintu rejeki akan terbuka untuk kita.
Dalam Islam, sifat sombong (kibriya) dan angkuh (takabbur) adalah sifat yang sangat dimurkai dan dihindari. Allah SWT sangat menentang kedua sifat tersebut, dan Rasulullah Muhammad SAW pun menekankan pentingnya untuk menjauhinya. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua sifat tersebut:
Sifat Sombong (Kibriya)
Sombong atau kibriya adalah merasa lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain dan meremehkan mereka. Orang yang sombong cenderung melihat dirinya sebagai yang paling penting, yang paling mulia, atau yang paling berharga daripada orang lain. Sifat sombong ini menempatkan dirinya di atas orang lain, dan hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kesederhanaan, kerendahan hati, dan keadilan.
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl (16:23):
"Sesungguhnya Allah mengetahui yang gaib di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati."
Sifat Angkuh (Takabbur)
Angkuh atau takabbur adalah merasa diri lebih besar, lebih mulia, atau lebih berharga daripada yang sebenarnya. Orang yang angkuh merasa dirinya lebih penting dari orang lain dan cenderung memperlakukan orang lain dengan merendahkan atau menganggap remeh. Sifat ini juga bertentangan dengan ajaran Islam tentang kesederhanaan, kerendahan hati, dan penghargaan terhadap sesama.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah:
"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji zarrah dari kesombongan."
Penjauhan dari Sifat Sombong dan Angkuh
Dalam Islam, sangat penting untuk menjauhi sifat sombong dan angkuh. Sebaliknya, seorang Muslim diajarkan untuk hidup dengan kerendahan hati, kesederhanaan, dan menghargai martabat setiap individu. Sifat-sifat ini mencerminkan akhlak yang mulia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sebagai gantinya, Islam mengajarkan untuk bersikap rendah hati, rendah diri, dan menghargai semua ciptaan Allah. Dengan menjauhi sifat sombong dan angkuh, seorang Muslim dapat hidup dalam keseimbangan, harmoni, dan kedamaian dengan Allah SWT dan sesama manusia.
Jadi, mari mulai setiap pagi dengan hati yang bersyukur, senyuman yang hangat, dan sikap yang rendah hati. Dengan begitu, kita tidak hanya akan menjemput rejeki yang telah dijanjikan Allah, tetapi juga membawa kebaikan bagi diri kita sendiri dan orang lain di sekitar kita.
Pengingat diri ... sebagai manusia kecil ciptaan Nya.
Catatan Mas Bojreng
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment