Tuesday, January 2, 2024

Semua akan dipertanggungjawabkan

 "Arus Waktu yang Tak Terulang: Harapan, Doa, dan Tanggung Jawab dalam kehidupan"

Waktu adalah saksi bisu dari setiap perjalanan kehidupan manusia. Ia mengalir tak terbendung, bagaikan arus sungai yang tak pernah berhenti menuju lautan. Setiap detik dalam waktu adalah mutiara yang tidak ternilai, karena setiap detik tersebut begitu berharga dan tidak akan pernah kembali lagi setelah berlalu. Seperti sungai yang tidak pernah mengalir ke hulu, begitulah waktu yang senantiasa bergerak menuju ke depan, meninggalkan masa lalu yang tak terulang.


Konsep waktu dalam Islam dilihat sebagai salah satu nikmat dan cobaan dari Allah SWT. Dalam setiap tarikan nafas, detakan jantung, dan kejapan mata, setiap individu dihadapkan pada jutaan pilihan yang tak hanya menentukan masa depannya di dunia ini, tetapi juga mengguratkan catatan untuk kehidupan abadi di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yasin ayat 65 yang mengingatkan bahwa segala perbuatan kita di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya:


"Hari ini Kami tutup mulut mereka, dan tangan mereka berbicara kepada Kami dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang biasa mereka kerjakan."


Ayat tersebut menjadi pengingat yang mendalam tentang konsekuensi etis dari segala yang kita lakukan. Setiap perbuatan, baik maupun buruk, akan dicatat dan disaksikan oleh anggota tubuh kita sendiri di Hari Kebangkitan nanti. Perbuatan kita di dunia ini seakan menjadi beban atau bekal yang akan kita bawa dalam perjalanan panjang setelah kematian.


Selain itu, waktu juga mengajarkan kita tentang pentingnya kesadaran dan kebijaksanaan dalam memilih. Dengan memahami bahwa waktu tidak dapat diulang, setiap manusia dianjurkan untuk selalu bertindak dengan penuh pertimbangan, menjauhi perilaku yang sia-sia dan menghindari penundaan dalam kebaikan. Islam menekankan untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, melakukan amal yang berarti, yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga untuk umat manusia pada umumnya.


Memasuki lembaran baru dalam kehidupan, berharap dan berdoa kepada Allah SWT merupakan sebuah proses pembaharuan. Setiap manusia diberi peluang untuk memperbaharui niat, membenahi kesalahan, dan memperkuat langkah dalam kebaikan. Harapan dan doa merupakan ekspresi dari kebergantungan kita kepada kekuatan yang Maha Kuasa, sekaligus menjadi sumber tenaga spiritual yang menghidupi jiwa dalam menjalani setiap detik kehidupan.


Doa dan harapan juga layaknya benang merah yang mengikat masa lalu dengan masa depan. Meskipun waktu yang berlalu tidak dapat kita ulang, namun pengalaman yang telah kita lewati menjadi pelajaran yang berharga. Setiap kesalahan yang pernah dibuat menjadi sebuah refleksi untuk menjadi lebih baik. Setiap keberhasilan yang pernah diraih menjadi motivasi untuk terus berprestasi.


Langkah kita ke depan tidak lepas dari petunjuk dan kasih sayang Allah SWT. Dalam setiap doa yang kita panjatkan, terkandung pengakuan akan kelemahan dan kebutuhan kita atas pertolongan-Nya. Doa juga menjadi simbol kepasrahan kita bahwa hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya, kita bisa mengisi waktu yang kita miliki dengan amal yang terbaik.


Terkadang, dalam hiruk-pikuk kehidupan, kita lupa bahwa setiap kesempatan yang diberikan oleh waktu adalah nikmat yang tak terhingga. Saat kita sibuk dengan rutinitas, kita seringkali mengabaikan esensi dari keberadaan kita, yaitu untuk beribadah dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan yang sesungguhnya. Kita sering lalai bahwa setiap amalan kita akan dimintai pertanggungjawaban, dan waktu tidak akan pernah memberi kita kesempatan kedua untuk memperbaiki apa yang telah lalu.


Sebagai muslim, kita diajar untuk bangkit dan terus memperbaharui komitmen kita terhadap kehidupan yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Membuka lembaran baru dengan penuh harapan dan doa tidak sekadar menjadi ritual tahunan, melainkan sebuah proses kontinu yang melibatkan introspeksi dan aksi untuk menghasilkan perubahan yang signifikan…


Catatan Mas Bojreng di hari pertama di tahun 2024


#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...