Wednesday, January 17, 2024

Perjalanan dari hidup ke mati

Refleksi Keabadian: Perjalanan Hidup dan Kematian 

Perjalanan hidup manusia ibarat sebuah alur cerita yang penuh dengan teka-teki dan misteri. Sejak lahir hingga menutup mata, setiap individu menjalani kisah yang unik, mengejar apa yang mereka anggap sebagai esensi kehidupan. Pada hakekatnya, setiap napas yang dihirup adalah tahapan demi tahapan menuju ke sebuah destinasi pasti: kematian. Namun, di balik tirai kematian tersembunyi pelajaran hidup yang mendalam, sebuah filosofi kehidupan yang tidak pernah selesai mengundang renungan. Dalam konteks Islam, perjalanan ini tidak sekedar rangkaian waktu, tapi lebih kepada pembuktian diri dan pemurnian jiwa.


Dalam Islam, kehidupan dipandang sebagai anugerah, sebuah keniscayaan yang harus dipertanggungjawabkan. Manusia diberikan waktu di dunia ini tidak untuk hidup secara sia-sia, tetapi untuk beribadah, beramal, merefleksikan diri, dan terus mencari hikmah di balik setiap detik yang berlalu. Pencarian ini bukan saja terkait dengan kekayaan duniawi atau pencarian makna eksistensial semata, tapi juga tentang bagaimana seseorang bisa mendekat kepada Penciptanya, memperbaiki diri, dan menyiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat.


Filosofi pencarian dalam Islam tidak terlepas dari pemahaman bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, serupa dengan pepatah Arab yang mengatakan, "Kun fī al-dunyā ka-annaka ghārib aw ‘ābiru sabīl," yang berarti, “Jadilah di dunia ini seolah-olah engkau orang asing atau pelintas jalan.” Hal ini mendasari pandangan bahwa kehidupan sejati tidak ditemukan dalam hal-hal yang fana, tetapi pada apa yang bersifat kekal dan tidak bisa dilihat oleh mata kepala.


Setiap kehidupan akan mengalami kematian, sebuah realitas yang tak terbantahkan yang seringkali membuat manusia merasa takut atau cemas. Namun, di mata Islam, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan transisi ke fase yang berikutnya dari eksistensi manusia. Kematian dianggap sebagai kejadian besar yang mengantarkan manusia dari kehidupan duniawi kehidupan akhirat, tempat di mana segala amal akan dinilai.


Islam mengajarkan umatnya untuk selalu ingat akan kematian, bukan karena untuk menyebarkan rasa takut, tetapi untuk mengingatkan agar selalu bersiap. "Kullu nafsin za'iqatul maut" – "Setiap jiwa akan merasakan mati" (QS. Ali-Imran [3]:185). Ayat ini bertujuan untuk membumikan kesadaran agar tidak terlalu larut dalam kehidupan duniawi dan melupakan tujuan akhir yang hakiki.


Pandangan Islam terhadap kehidupan dan kematian juga terintegrasi dalam konsep takdir. Semua yang terjadi dalam hidup, baik yang terasa manis maupun pahit, adalah bagian dari takdir yang telah ditetapkan. Ini tidak berarti manusia harus pasif menghadapi kehidupan; sebaliknya, mereka diajak untuk senantiasa berusaha, berdoa, dan bertawakkal, mengakui bahwa kehendak terakhir adalah milik Allah SWT.


Apa yang dicari dalam kehidupan seorang Muslim, jika ditanya, akan mengarah pada satu jawaban sederhana namun mendalam: Ridha Allah. Ridha atau kerelaan Allah diperoleh melalui berbagai cara, yaitu dengan mengikuti syariat-Nya, membumikan akhlak yang mulia, serta berusaha untuk konstan dalam perbaikan diri dan kebaikan sosial, sekaligus mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan Sang Khalik.


Penutup perjalanan kehidupan seorang Muslim tidak lain ialah sebuah awal yang baru, permulaan dari kehidupan akhirat yang kekal. Kematian menjadi pintu menuju dimensi lain yang penuh rahasia, di mana waktu tidak lagi berarti dan di mana keabadian menjadi milik jiwa-jiwa yang telah berusaha dengan tulus di jalan Allah.


Muslim diajak untuk menjalani kehidupan dengan pandangan yang luas, menghargai setiap momen sebagai kesempatan untuk belajar, beramal dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Di atas semua itu, hidup menurut Islam adalah tentang menemukan keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara keinginan pribadi dan ketetapan Ilahi, antara kehidupan sementara ini dengan keabadian yang dijanjikan. Ini adalah perjalanan yang di dalamnya setiap langkah dihitung, setiap tindakan direnungkan, dan setiap nafas dianggap berharga dalam skala kehidupan yang kekal.


Perenungan dan pemikiran hari ini...

Saya hanyalah manusia yang kecil dan hina.


Catatan Mas Bojreng


#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...