Entah kenapa ada yang mengganggu sekali hari ini. Menulis ini dengan rasa kecewa dan putus asa yang mungkin akan berlanjut kearah ketidakpedulian.
"Melampaui Fasad: Mengapa Kita Harus Menilai Esensi, Bukan Hanya Penampilan"
Dalam dunia yang serba cepat dan visual saat ini, peribahasa lama 'don't judge a book by its cover' seringkali dilupakan. Meskipun kita diajarkan untuk tidak menilai sesuatu hanya dari penampilannya, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam persepsi permukaan tanpa meluangkan waktu untuk memahami isi yang sebenarnya.
Menilai buku dari sampulnya adalah metafora yang menggambarkan betapa seringnya kita mengevaluasi segala sesuatu—mulai dari buku hingga manusia—berdasarkan penampilan luar mereka. Di era media sosial ini, di mana citra menjadi semacam mata uang, banyak yang berupaya keras memoles penampilannya demi menciptakan kesan pertama yang sempurna.
Yang mengherankan, banyak di antara kita yang sadar bahwa penampilan luar tidak selalu mencerminkan inti sejati dari sesuatu. Penampilan bisa diciptakan, dimanipulasi, dan disempurnakan hingga ke detail yang terkecil. Tetapi ketulusan, pemikiran, dan karakter seseorang tidak dapat dinilai hanya dengan melihat apa yang terpampang di permukaan.
Ketika seseorang berupaya mempercantik penampilan luar mereka lebih dari mengembangkan apa yang ada di dalam, kita mungkin berhadapan dengan sebuah fasad yang menarik. Penampilan luar yang menawan mungkin dapat menarik minat kita pada awalnya, namun tanpa kedalaman dan substansi, daya tarik itu cepat pudar.
Hal ini berlaku tidak hanya dalam interaksi sosial tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya, seperti saat memilih produk, mengambil keputusan bisnis, atau bahkan saat berpolitik. Pilihan yang nampaknya menarik secara estetis tidak selalu yang terbaik atau yang paling bermakna.
Kita mungkin perlu belajar untuk meluangkan waktu mengeksplorasi lebih dalam dan melihat di luar sekedar tampilan luar. Ini berarti mengedepankan dialog, empati, dan pemahaman untuk menilai nilai intrinsik dari apa yang kita hadapi. Ketika kita mulai menghargai isi dibandingkan hanya sampulnya, kita membuka diri terhadap kekayaan dan kedalaman yang tidak akan pernah kita temukan jika kita terus terpaku pada penampilan luar saja.
Mengakui adanya kecenderungan untuk menilai dari penampilan luar dan secara aktif bekerja melawan bias tersebut adalah langkah pertama menuju pemahaman yang lebih otentik dan relasi yang lebih bermakna. Mari kita ingat bahwa banyak hal yang indah dan bernilai dalam hidup ini seringkali tidak mengumbar penampilan luar yang mencolok tetapi memerlukan usaha lebih untuk ditemukan dan diapresiasi.
Ketika berbagai macam rasa berkecamuk didalam hati, ketika mulut sudah terasa kelu.
Hanya karena teringat selalu.
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)
Catatan Mas Bojreng disiang hari nan terik ini.
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment