Thursday, January 18, 2024

Kepercayaan adalah amanah yang harus dijaga

Menjaga kepercayaan sebagai tanggungjawab.

Kepercayaan merupakan dasar yang kokoh dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam konteks individu, sosial, dan agama. Menjaga kepercayaan adalah suatu bentuk tanggung jawab moral dan etika yang mengikat setiap orang, dimana dalam Islam, kepercayaan dianggap sebagai amanah yang harus dijaga dengan integritas.


Dalam Islam, kepercayaan (amanah) adalah salah satu nilai utama yang harus dipelihara karena merupakan ciri khas dari seorang Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada iman bagi orang yang tidak dapat dipercaya dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya.” Menjaga amanah bukan hanya terbatas pada pemeliharaan harta benda, tetapi juga menyangkut ucapan, rahasia, dan semua bentuk tanggung jawab yang diemban oleh seseorang.


Menjaga kepercayaan berarti menghormati dan memenuhi janji serta kewajiban yang telah diberikan kepada kita. Ia menjadi sebuah prinsip yang tidak bisa ditawar lagi dalam urusan personal hingga ke urusan yang bersifat umum atau publik. Dalam konteks interpersonal, menjaga kepercayaan berarti menjadi pribadi yang konsisten antara ucapan dan perbuatan. Orang yang dapat dipercaya akan menghargai ucapannya sendiri sebagaimana ia menghargai perjanjian dengan yang lain.


Prinsip “respect is earned, not given” berkaitan erat dengan bagaimana seseorang menjaga kepercayaan. Penghargaan atau rasa hormat yang didapat dari orang lain merupakan hasil dari tindakan-tindakan mereka yang konsisten dan dapat dipercaya. Rasa hormat tidak datang begitu saja tanpa usaha dan demonstrasi karakter yang kuat; ia harus diupayakan dan dibangun melalui tindakan yang teruji waktu.


Masalah timbul ketika kepercayaan itu rusak, terutama jika penyebabnya adalah kebohongan atau pengkhianatan. Islam memberikan pandangan yang sangat serius mengenai pengkhianatan amanah. Rasulullah SAW menyatakan bahwa salah satu ciri-ciri orang munafik adalah ketika dia berbicara, dia berbohong; ketika dia berjanji, dia mengingkarinya; dan ketika dipercaya, dia khianat. Kehilangan kepercayaan bisa berdampak jauh, tidak hanya pada hubungan interpersonal tetapi pada reputasi dan karakter seseorang di mata masyarakat.


Keretakan dalam kepercayaan dapat mengakibatkan kerusakan hubungan dan membutuhkan waktu serta usaha yang signifikan untuk memulihkannya. Dalam banyak kasus, pemulihan kepercayaan memerlukan tindakan yang konsisten dari pihak yang telah mengkhianati untuk menunjukkan kesungguhan mereka dalam berubah dan menjadi lebih dapat dipercaya.


Untuk memperbaiki kepercayaan yang telah rusak, langkah pertama adalah mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Pengakuan ini harus diikuti dengan tindakan konkret untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Dalam Islam, proses ini melibatkan taubat yang ikhlas, memohon maaf kepada yang terluka, dan berusaha keras untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.


Di sisi lain, bagi pihak yang kepercayaannya telah dikhianati, memberikan maaf bisa menjadi proses yang sulit dan membutuhkan waktu. Islam mendorong umatnya untuk memaafkan karena sedekah hati dan untuk menjaga kerukunan dalam masyarakat.


Walaupun memulihkan kepercayaan adalah proses yang sulit dan panjang, hal itu tidak mustahil. Melalui kesabaratan, kemurahan hati, serta kesungguhan dalam bertindak sesuai dengan prinsip kejujuran dan transparansi, kepercayaan yang hilang dapat diperoleh kembali meski membutuhkan perubahan dari dalam diri individu itu sendiri.


Pada dasarnya, kepercayaan adalah fondasi yang menentukan kualitas dan kedalaman hubungan antar manusia serta antara manusia dengan Tuhannya. Sebagaimana dalam hubungan manusia dengan Allah, Islam mengajarkan bahwa kepercayaan kepada-Nya adalah inti dari ibadah, dimana muslim diharapkan untuk selalu mengandalkan, bertawakkal, dan beriman dengan sepenuh hati kepada Allah SWT.


Oleh karena itu, menjaga kepercayaan harus disertai dengan kesadaran yang terus-menerus atas nilai dan tanggung jawabnya. Kepercayaan adalah amanah yang suci, yang harus dijaga dengan penuh rasa tanggung jawab dan integritas, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkup yang lebih luas dari kehidupan sosial dan spiritual.


Alhamdulillah bisa sambil menulis nulis di pagi hari sambil mengingatkan diri bagaimana susahnya menjaga kepercayaan dan tidak merusak apabila sudah dipercaya akan sesuatu hal. Segala sesuatunya akan dipertanggungjawabkan. Sebagaimana sudah ditulis dalam Al Quran

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)


Pengingat diri sendiri


Catatan Mas Bojreng


#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng

No comments:

Post a Comment

Titip Hati pada Allah

Sebagian hati kutinggal di sana, di sisi ranjang dan napas renta. Tak terucap kata, hanya diam yang bercerita, tapi ada kewajiban yang ta...