Pada suatu masa didalam kehidupan saya, dimana senyum ya senyum, marah ya marah, ketika kemunafikan tidak ada pada saat itu. Kalau suka ya langsung bilang suka, kalau tidak suka ya bilang tidak suka.
Kalau ada yang macem macem ya biasanya tiba tiba bisa ada perkelahian langsung, habis berkelahi selesai.Dimana tidak ada kepura puraan dan tidak ada kepalsuan.
Dan sekarang sampai lah saya dimasa dimana banyak sekali kepura puraan dan kepalsuan. Ah entah lah.
Kepalsuan dan Kepura-puraan: Antara Dua Wajah
Kita hidup dalam dunia di mana kadang-kadang apa yang terlihat di permukaan tidak mencerminkan kebenaran di dalam hati seseorang. Kepalsuan dan kepura-puraan menjadi dua realitas yang seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam banyak kasus, apa yang kita lihat di wajah seseorang mungkin saja hanya sebuah tirai yang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya di dalam hatinya.
Di era media sosial dan tuntutan untuk mempertahankan citra yang sempurna, fenomena ini semakin menonjol. Orang-orang seringkali terjebak dalam menciptakan gambaran palsu tentang kebahagiaan, keberhasilan, dan kehidupan yang sempurna. Mereka menampilkan versi diri yang diromantisasi, yang terkadang sangat jauh dari keadaan sebenarnya. Dibalik senyum manis dan foto-foto penuh kebahagiaan, mungkin ada kecemasan, kesedihan, atau bahkan keputusasaan yang tersembunyi.
Pandangan Islam terhadap kepalsuan dan kepura-puraan ini sangat jelas. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menegaskan pentingnya kejujuran dan integritas. Firman-Nya dalam surah Al-Baqarah (2:42) menyatakan, "Dan janganlah kamu campurkan yang benar dengan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan yang benar itu, sedang kamu mengetahui."
Islam menekankan bahwa kejujuran harus terpancar dari dalam hati dan tercermin dalam tindakan serta perkataan seseorang. Tidak hanya berbicara tentang kejujuran di hadapan orang lain, tetapi juga jujur kepada diri sendiri dan terutama kepada Allah SWT. Kepalsuan dan kepura-puraan dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai etika Islam.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Empat sifat yang, jika ada pada seseorang, maka dia adalah seorang munafik murni, dan barangsiapa yang memiliki satu sifat dari keempat sifat ini, maka dia memiliki sifat munafik sampai dia meninggalkannya: jika dia dipercayai, dia berkhianat; jika dia berbicara, dia berdusta; jika dia berjanji, dia ingkar; dan jika dia bertengkar, dia menjadi kasar." (Sahih Bukhari)
Hal ini menggambarkan betapa seriusnya Islam dalam melarang tindakan kepura-puraan dan kepalsuan. Menjadi jujur dan tulus dalam segala aspek kehidupan adalah tuntutan agama yang harus dipegang teguh oleh setiap Muslim.
Dalam perspektif Islam, setiap perbuatan baik atau buruk yang dilakukan oleh seseorang akan dihitung dan diperhitungkan pada hari kiamat. Oleh karena itu, menyembunyikan kebenaran atau bersikap palsu tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga diri sendiri di akhirat kelak.
Namun, Islam juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang manusia dan fitrahnya. Kadang-kadang, kepalsuan dan kepura-puraan muncul karena tekanan sosial atau ketidakmampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Islam mendorong umatnya untuk saling membantu dan memahami, menciptakan lingkungan di mana seseorang dapat merasa aman untuk menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi.
Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya melihat kebaikan pada setiap individu dan memberikan nasihat dengan penuh kasih sayang. Ini menciptakan budaya tolong-menolong dan mengurangi tekanan untuk menyembunyikan kelemahan atau kesalahan. Dalam Islam, mendukung satu sama lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah lebih dihargai daripada menciptakan citra palsu yang tidak nyata.
Sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk berusaha menjadi lebih jujur dan tulus dalam setiap aspek kehidupan kita. Mengakui kelemahan dan kesalahan kita bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah pertama menuju kebaikan dan perbaikan diri. Dengan memahami bahwa kejujuran membawa keberkahan dan kebahagiaan, kita dapat melepaskan diri dari jerat kepalsuan dan kepura-puraan, menuju jalan yang benar di mata Allah SWT.
Tetaplah berusaha menjadi diri sendiri, be genuine,be sincere, be apa adanya.
Akhirnya semua akan tersingkap dan terungkap.
Saya hanyalah manusia biasa yang dalam diamnya juga mempunyai pikiran dan perasaan. Biarlah saya menghindar dan menjauh dari semua kepura puraan dan kepalsuan yang ada.
Catatan Mas Bojreng, ketika melihat suatu kepalsuan yang terbuka
Ketika saya menulis ini sedang dalam keadaan emosi yang labil
Astaghfirullahaladzim
Astaghfirullahaladzim
Astaghfirullahaladzim
#myselfreminder #catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment