Buat saya memang tidak segampang kelihatannya. Tinggal pencet di kamera atau hape. Gak ada sulitnya sama sekali, ternyata faktor penentunya buanyak sekali, belum lagi ada faktor perancu atau biasnya aihhh.. susah lah.
Walaupun jujur kadang sekarang sudah malas mikir tinggal pencet ajalah... tinggal tergantung mood ada atau tidak... hahaha..
Kalau gak mood ya susah....
Memotret merupakan suatu bentuk seni yang menuntut kesabaran, ketelitian, dan seni dalam mengekspresikan suatu objek atau momen. Banyak orang beranggapan bahwa menghasilkan gambar yang bagus adalah proses yang sederhana, namun kenyataannya memotret adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap berbagai aspek teknis dan estetika. Dalam tulisan ini, kita akan membahas beberapa elemen penting yang berperan dalam menciptakan sebuah foto yang tidak hanya cantik secara visual tetapi juga mampu menyampaikan cerita atau pesan tertentu.
Diafragma: Pintu Masuk Cahaya dan Depth of Field
Diafragma atau aperture merupakan salah satu aspek terpenting dalam fotografi. Ini adalah sebuah pembukaan di lensa yang bisa diperbesar atau diperkecil untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke sensor kamera. Pengaturan diafragma juga menentukan depth of field atau kedalaman fokus, yang mengontrol seberapa jauh bagian dari foto akan tajam. Aperture yang lebar (dengan nilai f-stop rendah, misalnya f/1.8) akan mengizinkan banyak cahaya masuk dan menciptakan depth of field yang dangkal. Ini bagus untuk potret karena bisa membuat latar belakang menjadi blur dan subjek menjadi fokus utama. Sebaliknya, aperture kecil (dengan nilai f-stop tinggi, seperti f/16) akan menghasilkan depth of field yang luas, cocok untuk fotografi pemandangan.
Shutter Speed: Membekukan atau Mengalirkan Waktu
Shutter speed atau kecepatan rana adalah lama waktu kamera membuka rana untuk menangkap cahaya. Shutter speed yang cepat dapat membekukan aksi, ideal untuk menangkap momen cepat seperti olahraga atau satwa liar. Sedangkan shutter speed yang lambat memungkinkan cahaya untuk masuk lebih lama, cocok untuk membuat efek blur yang artistik pada objek bergerak, seperti air terjun atau lalu lintas malam hari.
ISO: Sensitivitas dalam Kegelapan
ISO mensimulasikan sensitivitas film terhadap cahaya dalam fotografi analog, dan pada kamera digital, itu mengendalikan sensitivitas sensor terhadap cahaya. ISO rendah (misalnya 100 atau 200) sangat baik digunakan dalam kondisi cahaya terang dan akan menghasilkan gambar yang lebih tajam dengan "noise" atau butir yang lebih sedikit. Namun, dalam kondisi kurang cahaya, ISO harus ditingkatkan (misalnya 1600 atau lebih) untuk menghindari foto yang terlalu gelap. Memilih ISO yang tepat adalah tentang menyeimbangkan antara kebutuhan cahaya dan keinginan untuk meminimalisir noise.
Komposisi: Seni Penataan Elemen
Komposisi adalah cara menata elemen-elemen di dalam bingkai foto. Ada banyak aturan komposisi, seperti rule of thirds, di mana frame dibagi menjadi sembilan bagian yang sama dengan dua garis horisontal dan vertikal. Menempatkan elemen penting di salah satu titik pertemuan garis-garis itu dapat membuat foto lebih menarik. Selain itu, pemahaman tentang garis, bentuk, pola, dan tekstur juga membantu dalam menciptakan komposisi yang baik. Namun, aturan-aturan ini tidak harus selalu diikuti secara ketat; kadang melanggarnya bisa menciptakan efek yang unik dan menarik.
Sudut Pengambilan: Perspektif yang Unik
Sudut pengambilan sangat mempengaruhi persepsi orang terhadap foto. Mengambil foto dari sudut yang tak terduga atau unik bisa memberikan perspektif baru terhadap subjek yang biasa. Misalnya, memotret dari sudut rendah bisa memberikan kesan keagungan pada subjek, sedangkan memotret dari atas (high angle) bisa memberikan konteks yang lebih luas atau kesan subjek yang lebih kecil dan rapuh.
Post Processing: Kearifan dalam Polesan Akhir
Post processing, atau kegiatan mengolah foto setelah diambil, merupakan tahap di mana seorang fotografer dapat meluaskan kreativitasnya. Dengan menggunakan software seperti Adobe Lightroom atau Photoshop, bahkan yang di hp seperti snapseed dan lain lain fotografer bisa menyesuaikan eksposur, kontras, saturasi, sharpness, dan banyak lagi. Namun, adakalanya kegiatan ini menjadi polemik dimana ada yang berpendapat bahwa foto harus alami. Namun, sebaliknya, post processing seringkali diperlukan untuk mendekatkan hasil foto ke apa yang sebenarnya dilihat atau dirasakan fotografer saat mengambil gambar tersebut.
Mood dan Emosi Fotografer
Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah mood atau emosi dari fotografer itu sendiri. Energi dan perasaan yang dibawa ke dalam proses memotret sangat mempengaruhi output akhir. Fotografi adalah media untuk menyampaikan emosi dan perasaan, dan hal ini seringkali tercermin dalam gambar yang dihasilkan. Mood yang baik bisa meningkatkan kepekaan fotografer terhadap detail dan momen, sedangkan mood yang buruk bisa merusak konsentrasi dan mengaburkan pertimbangan estetika.
Memotret yang menghasilkan gambar bagus memang bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap aspek dari proses fotografi, mulai dari teknis hingga emosional, harus dipikirkan dan dirasakan secara mendalam. Namun, inilah yang menjadikan fotografi seni yang berharga dan penuh kepuasan: setiap foto adalah ekspresi dari interaksi kompleks antara fotografer, peralatan, subjek, dan dunia sekitar.
Jangan lupa kalau motret tutup lensa dibuka dulu, baterenya dipastikan ada dan berisi, memori cardnya juga dibawa dan masih ada tempat hahaha ...
Ya sudah lah... kalau pas sedang mood saya turun jangan gangguin atau ngerecokin saya dulu yaa.... I'm a moody person
Catatan Mas Bojreng
#catatanmasbojreng #masbojreng
No comments:
Post a Comment